Your Ad Here

Aquarium Fish Food Tips

  • Freeze-drying food preserves almost as much nutritional value as freezing food.
  • Flake foods tend be a mixture of different foods rather than a single food.
  • The Sera lines of flake foods are very specific to certain species such as goldfish, discus, cichlids, ornamental fish and carps. The Sera products have been separated into pages for freshwater and saltwater.
  • Pelletized food appeals to certain varieties of carnivores because the shape better mimics the qualities of live food than either flake or freeze-dried foods.
  • The closest to a natural food is Julian Sprung's Sea Veggies. These seaweed products have been freeze-dried, but they have undergone less processing than other freeze-dried foods. Vegetarian fishes, such as tangs, angelfishes and certain damselfishes and blennies love dried seaweed.
  • Freeze-dried foods can be fortified with Selcon a highly unsaturated fatty acid that includes stabilized vitamin C and vitamin B12.
  • Feed your fish a wide variety of foods. As with humans this will help to insure they get the range of required nutrients.
  • Freeze-dried and flake foods should not be the staple diet of marine fish, but should be used to supplement fresh and frozen foods.
  • Opened flake food may lose food value or even develop mold or bacterial growth. Only purchase food in quantities that can be consumed within a couple months. Store food in the refrigerator.
 Author Visit:
Read more "Aquarium Fish Food Tips..."

Betta Fish Aquarium

The Siamese Fighting

The Siamese Fighting or Betta Fish can grow up to 3 inches long and live for up to 3 years if cared for properly. Bettas are air breathers; they use a unique organ called the labyrinth to process the oxygen in the air and they will die if they are unable to reach the waters surface.

For hundred of years, the Siamese Fighting Fish or Betta splendens, has been kept and cultivated by people in Thailand (Siam). Today, the Betta is popular throughout the world – though not for the purpose of fish fighting but as a peaceful aquarium resident. Through years of selective breeding, pet store Bettas look vastly different from their original, wild-caught ancestors. Instead of just a few colors, they can now be purchased in an array of hues including red, blue, turquoise, black, white, yellow, and brown.

In addition, their fins have greatly increased in size and are much more elaborate; among the different types of hybrids available are the Veil Tail, Delta Tail, Half Moon, Double Tail, and Crown Tail. Of course, it is only the males that have the long, elegant fins and do all the fighting. Females have much shorter fins and are not as vividly colored as the males. Interestingly, Bettas are air breathers; they use a unique organ called the labyrinth to process the oxygen in the air and they will die if they are unable to reach the waters surface.

The Betta’s native habitat is the warm, still ponds, swamps and rice paddies of Southeast Asia. There, among the leaves and branches of the dense undergrowth, these carnivorous fish hunt for small insects and larvae.

Although the Bettas found in pet stores today have been captive bred, they should be kept in conditions that mimic their ancestor’s natural environment. Therefore, an aquarium (minimum size of 10 gallons) that is decorated with several plants and that has gentle water movement will suit them best. A cover, with a few small openings to allow air circulation, should also be provided to prevent them from jumping out.

Bettas like warmer temperatures so the water in the aquarium should be kept between 76-85 F with a slightly acidic pH of 6.5-7.0. Their diet should consist primarily of meaty foods such as brine shrimp, bloodworms, freeze-dried tubifex worms, etc. Bettas can grow to 3 inches long and live for up to 3 years if cared for properly. As far as tank mates are concerned, Bettas get along fine with most fishes; but do not keep them with aggressive species or any that are prone to pick at their beautiful fins. Male Bettas can be kept together in the same tank only if they are partitioned off from each other – otherwise you can expect some shredded fins, missing scales and not-so-nice looking fish!

Compatibility: Tetras, Danios, Angelfish, Livebearers, Rasboras, Loaches, Plecos, and Catfish.

Read more "Betta Fish Aquarium..."

Tips Memelihara Koki


PENDAHULUAN
Koki (Carassius auratus) adalah jenis ikan air tawar yang hidup di perairan dangkal yang airnya mengalir tenang dan berudara sejuk. Beberapa jenis koki yang cukup populer dan digemari masyarakat sebagai berikut.

1. Pearl Scale (Sisik Mutiara)
Sisik di tubuh koki ini berwarna putih, muncul ke permukaan, dan bergerigi, sehingga tampak seperti mutiara. Pearl Scale dibagi menjadi dua jenis, yaitu jenis yang berjambul dan jenis yang tidak berjambul. Tubuh koki ini umumnya bulat, walaupun ada juga yang lonjong.

2. Koki Kepala Singa (Lion Head)
Keindahan dan keunikan koki ini terletak pada kepalanya yang berjambul, mirip dengan kepala singa. Koki ini tidak memiliki sirip di punggungnya. Tubuhnya sangat proporsional, tidak pendek dan tidak terlalu panjang.

3. Koki Oranda
Bentuk koki oranda mirip dengan koki lion head, tetapi memiliki sirip punggung. Selain itu, ekor koki ini juga lebih panjang daripada ekor lion head. Warna koki oranda kuning keemasan dengan jambul kepala berwarna jingga hingga merah.


4. Koki Black Oranda
Koki jenis ini merupakan koki oranda yang memiliki warna tubuh hitam, dari ekor hingga jambul kepalanya.

5. Koki Ranchu
Koki ini termasuk jenis yang cukup tua. Ditemukan di Jepang sekitar tahun 1784. Di Jepang koki ini paling disenangi sehingga disebut ranchu (koki ganteng). Sepintas bentuknya mirip dengan lion head, tetapi tidak memiliki jambul.

6. Koki Mata Balon (Buble Eye)
Koki ini memiliki gelembung yang menggantung di bawah kedua matanya. Gerakannya sangat lambat, karena gelembung tersebut menyulitkan dirinya bergerak leluasa.

7. Koki Teleskop
Koki ini dijuluki mata teropong karena bentuk matanya menonjol mirip teropong bintang atau teleskop.

8. Koki Mata Belo
Koki jenis ini memiliki mata yang hampir sama dengan mata koki teleskop, tetapi bentuknya lebih besar.

9. Koki Butterfly
Sesuai namanya, koki jenis ini memiliki ekor panjang yang ketika mengembang bentuknya menyerupai kupu-kupu. Sedikitnya ada dua jenis koki butterfly, yaitu butterfly hijau (Green butterfly) dan butterfly hitam (black butterfly).

10. Koki Kepala Merah (Red Head)
Koki ini dinamai red head karena memiliki warna merah tepat di atas kepalanya. Koki ini terlihat lebih indah jika warna merahnya tidak menyebar hingga ke badan.

11. Koki Ryu Kin
Koki ini memiliki tubuh berbentuk bulat, mirip koki oranda. Keistimewaan koki jenis ini adalah variasi warnanya yang banyak. Salah satu koki ryu kin yang terkenal adalah jenis calico.

PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN
Persiapan Aquarium

Pemeliharaan koki dapat dilakukan di dalam aquarium atau di dalam kolam. Di dalam aquarium atau kolam berukuran 100 x 50 x 50 cm, idealnya 4-10 ekor koki dengan panjang 10-15 cm. Untuk menunjang pertumbuhan dan kesehatan koki aquarium yang digunakan juga diberi peralatan penunjang seperti aerator, power head dan filter.

Kualitas Air
Air yang digunakan untuk ikan koki sebaiknya terbebas dari bahan-bahan yang dapat menyebabkan ikan sakit. Idealnya, air yang digunakan untuk aquarium koki memiliki tingkat keasaman (PH) 6-7 dan bersuhu 22-26 derajat celcius. Mengingat koki merupakan ikan yang termasuk rakus, sehingga kotorannya juga banyak, air aquarium atau kolam harus diganti rutin setiap minggu disertai juga dengan pembersihan media filter. Jika media filter sudah jenuh sebaiknya diganti saja.

Pemberian Pakan
Makanan yang terbaik untuk koki adalah makanan alami seperti cuk, kutu air, cacing sutra, dan cacing darah. Namun untuk menunjang pertumbuhannya, koki juga perlu diberi pelet yang memiliki komposisi gizi lebih komplit. Namun pelet jangan sampai berlebihan. Pasalnya sisa pelet yang mengendap di dasar aquarium atau kolam dapat mengubah kondisi air yang pada akhirnya membuat ikan stres dan mudah terserang penyakit. Mengingat koki merupakan ikan yang terkenal rakus, pemberian pakan sebaiknya dilakukan secara rutin tiga kali sehari. Dosis pakannya disesuaikan dengan daya makan koki. Hentikan pemberian pakan saat koki terlihat sudah tidak bernapsu memangsa pakan yang diberikan.

PENGENDALIAN PENYAKIT
Cacing Jarum

Cacing jarum (Lernea cyprinaceae) menyerang dengan cara menusukkan tubuhnya ke ikan koki. Bentuk cacing seperti jarum kail pancing dan dapat dilihat dengan mata biasa, tanpa bantuan mikroskop. Penanganan secara mekanis bisa dilakukan dengan cara mengangkat tubuh koki secara hati-hati kemudian mengambil dan menggunting kutu jarum, pekerjaan ini harus dilakukan secara perlahan agar tidak menimbulkan luka lama.

Jamur
Biasanya jamur menyerang ketika terdapat luka pada tubuh ikan koki. Bekas luka yang ada pada tubuh ikan menjadi media sumber bagi pertumbuhan jamur. Gejala penyakit jamur tampak dari tubuh koki yang diselimuti kapas, terutama di bagian kepala, tutup insang, dan sirip. Jamur akan berkembang jika kualitas air buruk. Oleh karena itu, pencegahan dilakukan dengan selalu menjaga kualitas air. Sementara pengobatannya dapat dilakukan dengan merendam koki yang sakit di dalam larutan malachite green dengan dosis 3 gram/m3 air selama 20 menit.

Penyakit Bintik Putih
Penyakit ini disebabkan oleh parasit ichthyophthirius multifiliis yang menyerang dengan cara masuk ke dalam tubuh koki, lalu menyerap darah. Gejalanya muncul bulatan-bulatan pada tubuh koki. Selain itu koki sering membentur-benturkan tubuhnya ke dinding aquarium atau kolam. Pengobatan dilakukan dengan merendam koki yang sakit ke dalam larutan methylene blue. Caranya, buat larutan baku dengan mencampur 1 gram methylene blue ke dalam  ke dalam 100 ml air. Kemudian masukkan koki yang sakit ke dalam bak berisi air bersih, rendam koki selama 24 jam. Jika belum sembuh, lakukan perendaman ulang dengan larutan baru.

Bakteri Aeromonas
Serangan bakteri aeromonas menyebabkan tubuh koki menjadi tidak cerah. Selain itu kulitnya tampak seperti melepuh dan mulutnya tampak megap-megap seperti kekurangan oksigen. Penyakit ini dapat ditanggulangi dengan mencampurkan terracimyn sebanyak 50 gram/kg pakan selama 7 hari berturut-turut. 

Sumber : Agromedia
Read more "Tips Memelihara Koki..."

Tips Memelihara Lou han


PENDAHULUAN
Lou han merupakan ikan hias hasil dari persilangan beberapa jenis ikan siklid yang dilakukan para ahli ikan hias dari Malaysia, tempat pertama kali ikan ini dipopulerkan daya tarik ikan ini yaitu pada bentuk tubuh yang besar, corak warna yang indah, nongnong di kepalanya, dan mukanya yang terlihat serap.

Jenis-Jenis Lou han
Lou han Bertubuh Segi Empat

Lou han ini merupakan jenis yang banyak beredar di pasaran. Bentuk tubuh lou han segi empat yang prima harus memiliki perbandingan lebar dan panjang tubuh 1:1,5. Perbandingan lebar dan panjang tubuh yang tidak proporsional akan membuat lou han terlihat tidak menarik.

Lou han bertubuh Bulat

Lou han ini tampak seperti cakram saat dilihat dari arah samping. Lou han ini termasuk unik sehingga banyak memiliki penggemar. Lou han bertubuh bulat yang prima memiliki bentuk proporsional antara sirip, kepala dan ekornya.



Lou han Berbintik Mutiara
Lou han seperti ini memiliki sisik-sisik seperti mutiara yang akan terlihat mengilap saat terkena sinar.

Lou han Kuning
Lou han kuning sangat berbeda dengan jenis lainnya yaitu tidak memiliki corak berwarna hitam di bagian tengah tubuhnya. Warna tubuhnya didominasi kuning dari ekor sampai kepalanya.

Lou han Nong-nong
Lou han jenis ini memiliki ciri khas, yaitu terdapat benjolan yang sangat besar di bagian atas kepalanya. Semakin besar nong-nongnya, lou han ini terlihat semakin menarik.

PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN
Persiapan Aquarium

Lou han merupakan ikan yang sangat bandel, artinya mudah dipelihara dan tidak rewel. Namun karena termasuk ikan yang agresif, pemeliharaan lou han sebaiknya dilakukan secara soliter (satu ikan di dalam satu aquarium). Aquarium yang digunakan harus berukuran luas, untuk menghindari stres atau luka akibat kepala lou han yang membentur dinding aquarium, mengingat sifat lou han yang lincah dan agresif. Idealnya ukuran aquarium lou han adalah 100 x 50 x 50 cm disekat untuk 2 ekor ikan. Aquarium lou han juga perlu diberi sarana penunjang seperti aerator, power head atau pompa submersible, filter dan lampu.

Kualitas Air
Air yang digunakan untuk aquarium lou han dapat berupa air sumur, PAM, atau air sungai yang bebas dari bahan-bahan beracun. Untuk air PAM harus diendapkan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk menghilangkan klorinnya. Derajat keasaman air (PH) yang cocok untuk lou han 6-6,8 dengan suhu 28-30 derajat celcius. Lou han juga dapat hidup di air dengan PH di atas 7, tetapi napsu makannya berkurang. Sebaliknya pada PH yang terlalu rendah lou han akan menjadi lemah dan lebih banyak mengambang di permukaan air. Air aquarium harus diganti satu minggu sekali.

Pemberian Pakan
Sesuai dengan ukurannya yang besar dan sifatnya yang rakus, lou han memerlukan pakan yang banyak. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan tiga kali sehari. Pakan yang diberikan sebaiknya diseling, misalnya pagi hari pelet, siang hari ikan kecil atau udang, sore harinya cacing. Selain untuk menghilangkan kejenuhan lou han terhadap satu jenis makanan, penyelingan pemberian pakan juga bertujuan melengkapi kandungan gizi yang berguna untuk pertumbuhan. Pemberian pakan sebaiknya dihentikan saat lou han sudah terlihat tidak bernafsu memakan pakan yang diberikan.
Pakan alami lou han adalah ikan kecil atau udang hidup. Pakan alami lainnya adalah cuk (jentik nyamuk), kutu air, cacing sutra (cacing tubifek), dan cacing tanah (lumbricu rubellus).

PENANGGULANGAN PENYAKIT
Stres

Penyakit ini biasanya disebabkan oleh kualitas air yang sudah buruk. Bisa juga terjadi karena air yang digunakan untuk penggantian tidak diendapkan terlebih dahulu. Lou han yang stres terlihat berubah warna menjadi gelap atau jenong yang ada di kepalanya mengempis. Stres dapat dicegah dengan selalu menjaga kualitas air dan selalu menggunakan air yang telah diendapkan terlebih dahulu.

Mal Nutrisi
Penyakit ini disebabkan oleh faktor pakan buatan yang tidak mengandung nutrisi yang dibutuhkan lou han. Pakan ini bisanya dibuat secara asal tanpa mempertimbangkan kandungan gizi. Pencegahan penyakit ini dilakukan selalu memberikan pakan buatan yang memiliki kandungan gizi lengkap.

Penyakit Bintik Putih
Penyakit ini disebabkan oleh parasit ichthyophtirius multifiliis yang menyerang dengan cara masuk ke dalam tubuh lou han, lalu menyerap darah. Gejalanya muncul bulatan-bulatan pada tubuh lou han, lou han sering membentur-benturkan tubuhnya ke dinding aquarium. Pengobatan dilakukan dengan merendam lou han yang sakit ke dalam larutan methylene blue. Dosis yang digunakan disesuaikan dengan petunjuk pakai di kemasan.

Sumber : Agromedia
Read more "Tips Memelihara Lou han..."

Tips Memelihara Koi


PENDAHULUAN
Koi (Cyprinus carpio L) berasal dari ikan mas atau karper. Ikan ini adalah ikan nasional negara jepang (Kokugyo). Koi memiliki jenis yang sangat banyak dan beragam. Sebenarnya semua jenis koi mempunyai asal yang sama, yakni dari anggota kelompok warna tunggal, warna putih (shiromuji), merah (hemigoi, higoi, akagoi), kuning (kigoi), dan keperakan (gingoi). Dari warna-warna tunggal inilah lahir komposisi dua warna, tiga warna, bahkan multiwarna. Asosiasi koi Jepang menggolongkan koi menjadi 13 varietas berdasarkan pola warnanya yaitu :

1. Kohaku
Kohaku memiliki komposisi dwi warna, yakni putih dan merah. Koi jenis kohaku dianggap berkualitas prima bila warna merahnya terang dan putihnya seputih salju.

2. Taisho Sanke
Varietas ini mempunyai komposisi triwarna dengan warna dasar tubuh putih dengan hiasan pola berwarna merah di atas punggungnya. Taisho sanke dianggap berkualitas prima jika warna putihnya seputih salju dan merahnya pekat dengan warna hitam terletak di atas warna putih (Tsubo sumi atau hitam di atas putih).

3. Showa Sanshoku
Showa sanshoku memiliki warna dasar hitam dengan bercak merah dan putih (triwarna). Warna putihnya menyebar menutupi sekitar 20% dari seluruh tubuhnya. Di bagian kepala terdapat bercak hitam. Bagian sirip dan dada berwarna hitam tanpa bercak merah.

4. Bekko
Bekko memiliki warna dasar putih, merah dan kuning dengan bercak hitam. Jenis koi yang termasuk ke dalam kelompok bekko di antaranya shiro bekko (shiro berarti putih), ke bekko (ki berarti kuning), dan aka bekko (aka berarti merah).

5. Utsurimono
Utsurimono memiliki warna hitam dengan pola warna merah (hi utsuri), putih (Shiro utsuri) dan kuning (ki utsuri). Koi ini mirip dengan bekko, tetapi beda pola warna hitamnya. Utsuri mono dianggap berkualitas jika warna dasarnya sangat cerah.

6. Asagi dan Shusui
Asagi memiliki warna biru berpadu dengan warna merah di bagian bawah, dari pipi sampai pangkal ekor. Shusui memiliki ciri seperti asagi. Perbedaannya hanya pada bagian punggung shusui memiliki sisik besar tetapi berkulit lembut.

7. Koromo atau Goromo
Koromo (jubah) merupakan koi hasil persilangan antara asagi dan kohaku. Koromo dibagi menjadi beberapa macam, yaitu ai goromo (cenderung kemerahan), budho goromo (warna anggur), dan sumigoromo (cenderung kehitaman)

8. Hikari Moyo
Hikari moyo merupakan koi dengan dasar warna metalik, dari sirip hingga tubuhnya. Contoh koi jenis hikari moyo adalah kujaku, hariwake, yamato rishiki.

9. Hikari Mono
Koi jenis ini memiliki dasar sama dengan hikari moyo, tetapi pada jenis ini hanya memiliki satu warna. Contoh dari hikari mono adalah ogon platinum, ogon orange, ogon kuning.

10. Hikari Utsurimono
Hikari utsurimono adalah hasil persilangan antara utsurimono dan ogon. Pola warnanya adalah campuran dari keduanya. Sumber lain menyebutkan bahwa koi jenis ini adalah variasi dari utsuri dan showa, yang memiliki warna metalik. Jenis koi kelompok ini yaitu kinki utsuri (kuning metalik), gin shiro utsuri (hitam keperakan metalik), dan kin showa (jenis showa yang langka dengan kemilai metalik keemasan).

11. Kawarimono
Kawarimono terdiri dari kigoi berwarna kuning, karasugoi dengan warna hitam, midorigoi berwarna hijau, chagoi berwarna coklat, dan matsuba yang warna tubuhnya berpola bunga cemara.

12. Kinginrin
Kinginrin memiliki sebagian sisiknya berwarna putih perak mengilap. Pada warna koi kinginrin terdapat sel indopoor, yaitu sel pigmen yang mengandung guanin, yang dapat memantulkan cahaya dan menimbulkan tampilan seperti intan bersinar. Awalnya warna koi ini adalah putih, tetapi karena terdapat sel indopoor berubah menjadi putih kemilau. Jenis kelompok koi ini adalah ginrin kohaku, ginrin sanke, ginrin shiro, bekko, ginrin showa, ginrin ghosiki, ginrin koromo, ginrin tancho, ginrin berigoi, ginrin chagoi, ginrin ochiba, ginrin platinum, dan ginrin utsuri.

13. Tancho
Tancho memiliki ciri bagian kepala dihiasi bulatan merah menyerupai bendera Jepang. Namun jika warna merah telah menyebar hingga ke punggung, ia tidak dapat dikelompokkan ke dalam varietas tancho. Jenis koi ini adalah tancho sanke, tancho kohaku, tancho showa, tancho ghosiki, dan tancho goromo.

PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN
Persiapan Kolam

Pemeliharaan koi dilakukan di kolam semen, kolam tanah, atau kolam taman. Hal ini karena keindahan koi terletak pada bagian punggungnya. Pemeliharaan koi di aquarium tidak dianjurkan karena koi memerlukan areal berenang yang cukup luas dan dalam.
Ukuran kohaku koi yang dianjurkan minimum memiliki luas 1,5 x 2 meter dengan kedalaman 80-150 cm. Jika kolam terlalu dangkal, tubuh koi akan terus menerus terkena sinar ultraviolet yang dihasilkan oleh sinar matahari. Sinar ini menyebabkan warna tubuh koi menjadi pucat dan pertumbuhannya bisa terhambat. Perlu diperhatikan juga, tinggi air kolam minimum 25 cm dari bibir kolam untuk mencegah koi melompat ke daratan.
Kolam koi harus dilengkapi dengan saluran pembuangan (drainese) di bagian bawah kolam. Di bagian atas kolam juga di pasang pipa untuk menyalurkan air bersih yang sudah diendapkan. Selain itu kolam koi juga dilengkapi dengan filter empat lapis yang dapat bekerja secara mekanis. Filter pertama berupa kerikil, pasir, dan ijuk yang berfungsi menyaring sampah dan lumpur yang mengotori kolam. Filter kedua berupa karbon ziolit yang berfungsi menghilangkan racun, bau tidak sedap, dan membunuh bibit penyakit. Filter ketiga berupa pestisida yang tidak mematikan bakteri pengurai yang berfungsi mengikat bakteri pengurai berperan dalam proses penjernihan air kolam. Filter keempat berupa tanaman atau bebatuan yang dapat mengikat berbagai kotoran.

Kualitas Air
Derajat keasaman (PH) air yang cocok untuk mendukung pertumbuhan koi adalah 6,5-8,5. Untuk menjaga sirkulasi air dipasang pompa yang mampu menyalurkan air sebanyak 25 liter per menit. Dengan teknik ini, air kolam tidak perlu sering dibersihkan, tetapi yang perlu dilakukan hanya membersihkan filter dan bak filter. Caranya sangat praktis, yakni menyemprot filter dengan air bersih.
Waktu yang dibutuhkan juga tidak terlalu lama, hanya 5-10 menit. Jika menggunakan penyaring mini, sebaiknya lakukan penggantian air 2 minggu sekali. Tujuan penggantian air adalah membuang zat-zat beracun dari sisa-sisa makanan yang terdekomposisi (terurai) menjadi nitrit yang berbahaya bagi kesehatan koi.

Pemberian Pakan
Selain membantu pembentukan tubuh ideal dan mencemerlangkan warna koi, pakan juga berfungsi sebagai media perantara untuk mengobati koi yang sakit. Jenis pakan yang diberikan bisa berupa pakan alami atau pakan buatan, yang terpenting adalah pakan yang diberikan harus mengandung gizi yang seimbang antara kandungan protein, lemak, karbohidrat, serat, mineral, dan vitamin. Pakan koi diberikan dua kali sehari, pagi dan sore hari.
Jenis pakan yang digunakan untuk memacu pertumbuhan koi adalah wheat germ yang terbuat dari bahan yang memiliki kandungan protein tinggi, seperti gandum, tepung udang, tepung ikan, dan bungkil kacang kedelai. Kandungan proteinnya sekitar 32%, lemak 4%, abu 10%, serat 4%, dan kadar air 12%. Wheat germ juga mengandung vitamin A, D, E, K, B2, B6, B12, niasin, vitamin C dan unsur-unsur mineral lain seperti kalsium, choline chloride, panthetonate, trace mineral, dan antioksidan. Koi yang diberi wheat germ akan tumbuh ideal dengan bentuk tubuh gemuk dan memanjang (terpedo). Di pasaran, jenis pakan yang mengandung wheat germ cukup variatif, sesuai dengan spesifikasinya masing-masing. Selain wheat germ, koi juga bisa diberi pakan alami berupa ulat sutra yang telah dikeringkan. Ulat sutra mengandung kadar gizi tinggi yang dapat memacu pertumbuhan koi agar cepat besar dan gemuk.
Untuk mencemerlangkan dan mempertajam warna koi, pakan yang digunakan harus mengandung zat karoten yang dapat merangsang munculnya warna. Secara alami, di dalam tubuh ikan terdapat terdapat zat karoten berupa antaxanthin yang menghasilkan warna merah dan lutein yang menciptakan warna kuning kehijauan. Sementara itu, pasokan zat karoten dari luar dapat diperoleh dari pemberian pakan sebagai berikut :

Pakan dari Tumbuhan
Wortel, kandungan karotennya dapat memberikan warna jingga.
Alga atau ganggang spirullina, mengandung antaxanthin yang membuat warna merah pada koi lebih cemerlang.
Chlorella, semangka, kubis, cabai hijau, dan sawi mengandung rutin dan lutein yang berfungsi memunculkan warna kuning.
Ekstrak dari beberapa jenis tumbuhan yang mengandung karoten dan astaxanthin yang mampu mencerahkan warna koi dalam 3-4 hari. Ekstrak ini sering disebut carrofish dan sudah banyak dijual di pasaran.

Pakan dari Hewan
Kepiting, udang-udangan, krill, trout, atau salmon merupakan hewan-hewan air dengan kandungan antaxanthin tinggi untuk mencemerlangkan warna merah.
Beberapa jenis kutu air seperti moina, daphnia, dan artemia mengandung astaxanthin yang cukup tinggi.
Jentik nyamuk (Cuk), cacing rambut, dan cacing darah memiliki kandungan antaxanthinnya lebih rendah.

Dosis pemberian pakan disesuaikan dengan umur koi, rinciannya sebagai berikut :
Anakan koi (baby) yang berumur kurang dari 1 tahun dengan panjang 15-25 cm dan berat 50-100 gram diberi pakan sebanyak 5% dari berat tubuhnya atau 2,5-5 gram/ekor/hari.
Koi muda (young) yang berumur sekitar 2 tahun dengan panjang 25-45 cm dan berat 100-200 gram diberi pakan sebanyak 5% dari berat tubuhnya atau 5-10 gram/ekor/hari.
Koi dewasa (adult) yang berumur 3 tahun ke atas dengan panjang 45-65 cm dan berat 500-1 kg dapat diberi pakan sebanyak 5% dari berat tubuhnya atau 25-50 gram/ekor/hari.

PENGENDALIAN PENYAKIT
Luka Gores

Gejala luka gores dapat diketahui dari munculnya luka pada kulit koi. Luka gores ini biasanya muncul akibat tergesek ornamenatau pinggiran kolam. Untuk mencegah luka menjadi infeksi, sebaiknya koi yang menderita luka gores harus direndam di dalam larutan monafuracin selama 4-5 hari. Dosis yang dipakai disesuaikan dengan anjuran pada kemasan.

Penyakit Lumpur
Penyakit lumpur disebabkan oleh kulit koi yang mengalami iritasi dan pembuluh darahnya terserang bakteri. Akibatnya, tubuh koi akan tampak kotor seperti terselimuti lumpur. Keadaan ini biasanya dipicu oleh pemberian pakan yang berlebihan, terutama yang mengandung protein tinggi. Penyakit lumpur akans emakin parah saat suhu air menurun. Pencegahan penyakit ini bisa dilakukan dengan mengganti air kolam dengan air yang baru. Untuk koi yang terserang, dapat diobati dengan cara merendamnya di dalam larutan garam dapur 10%, setiap hari selama satu jam sampai koi benar-benar sembuh.

Penyakit Batang Insang Berjamur
Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang tumbuh di batang insang. Koi yang terserang menunjukkan gejala nafsu makan berkurang dan malas menggerakkan insang. Penyakit batang insang ini akan semakin mengganas saat air kolam kotor atau suhunya terlalu tinggi. Pengobatannya dilakukan dengan cara merendam koi yang sakit ke dalam campuran 0,1 gram Green F per 10 liter air.. lama perendaman disesuaikan dengan petunjuk pakai di kemasan.

Penyakit Bintik Putih (White Spot)
Penyakit ini disebabkan oleh serangan parasit ichtthyophtiruius. Gejala serangannya adalah muncul bercak putih di seluruh tubuh koi. Penyakit ini dapat diobati dengan cara merendam koi yang terserang di dalam larutan garam dapur (NaCl) dosis 1-3 gram per 100 cc air, selama 5-10 menit. Selain itu bisa juga dilakukan dengan merendam koi di dalam laruran 3 gram/m3 selama 15 menit, atau 0,1-0,15 gram/m3 selama 24 jam, atau 250 cc/m3 selama 15-30 menit.

Penyakit Punggung Kurus
Penyakit koi yang tampak sangat kurus merupakan gejala penyakit punggung kurus yang disebabkan oleh kerusakan pada sel-sel lemak. Akibatnya, walaupun tetap bernafsu makan dan berenang lincah seperti biasa, penampilan koi menjadi kurang menarik. Penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian wortel, vitamin E, dan chlorella.

Busuk Sirip dan Ekor
Penyakit busuk sirip dan ekor disebabkan oleh serangan bakteri Aeromonas hydrophylla. Bakteri ini menempel pada tubuh koi yang terluka dan menyebabkan infeksi. Penyakit yang sering terjadi saat air kolam kotor ini menyebabkan sirip koi berwarna suram, lalu membusuk, dan meninggalkan bekas luka berdarah. Koi yang terserang penyakit ini dapat diobati dengan Fenoksietanol, Nitrofurazon, atau Kloramin. Dosisnya disesuaikan dengan petunjuk pakai di kemasan.

Sumber : Agromedia
Read more "Tips Memelihara Koi..."

Tips Memelihara Guppy


PENDAHULUAN
Ikan ini tumbuh dan berkembang di perairan air tawar dan beberapa di antaranya juga ada yang hidup di perairan air payau. Guppy merupakan ikan yang membuahi telur-telurnya di dalam tubuh induknya. Makanan utamanya adalah plankton dan bahan organik, ada juga sebagian guppy yang memakan dedaunan (herbivora).
Berdasarkan bentuk ekornya ada beberapa jenis guppy, yaitu guppy delta tail yang memiliki ekor berbentuk busur yang mengecil di pangkal ekor, guppy short tail yang memiliki ekor pendek, guppy veil tail yang memiliki ekor berbentuk segitiga dengan bentuk melebar di ujungnya, guppy ribbon yang memiliki pita di bawah perut, guppy swallow yang memiliki ekor yang membelah di bagian ujungnya, dan guppy sword tail yang bagian bawah atau atas ekornya lebih panjang daripada bagian bawahnya.
Jenis guppy berdasarkan corak warna tubuhnya antara lain single color yang memiliki warna merata pada seluruh tubuhnya (contohnya guppy full red, full black, black moscow, hijau dan putih), guppy bicolor memiliki dua warna, guppy mosaic memiliki berbagai corak warna, guppy snackeskin memiliki corak warna kulit ular di ekornya dan guppy metalik tubuhnya akan tampak berkilau saat terkena sinar matahari atau lampu.


PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN
Persiapan Aquarium
Pemeliharaan guppy di dalam aquarium dapat digabung dengan guppy atau ikan hias jenis lain. Ukuran aquarium yang digunakan disesuaikan dengan masing-masing. Yang penting ukurannya sesuai dengan jumlah ikan yang ada di dalamnya. Sebagai patokan guppy yang dipelihara tanpa campuran ikan lain dapat digunakan aquarium berukuran 40 x 40 x 60 cm untuk sekitar 50 ekor. Jika dipelihara dengan ikan lainnya harus lebih besar misalnya 100 x 40 x 60 cm.
Sarana penunjang aquarium seperti filter dan lampu flourescence harus tersedia. Aquarium juga diberi dekorasi berupa dekorasi biotik (menggunakan tanaman hidup seperti tanaman air) atau dekorasi abiotik (benda-benda mati seperti pasir, batu kerikil kecil, karang, patung, kincir air dan tanaman imitasi).

Kualitas Air
Air yang akan digunakan sebaiknya diendapkan dan diaerasi terlebih dahulu selama 2 hari agar terbebas dari zat-zat berbahaya. Guppy akan hidup dengan baik pada air bersuhu 25-28 derajat celcius dengan PH 7,5-8. Pada kisaran angka tersebut guppy sangat bernafsu makan dan pertumbuhan ekornya akan maksimal. Selain itu guppy akan mati jika PH air aquarium sangat asam (<5) atau sangat basa (>9).
Agar kebersihan tetap terjaga, sistem penyaringan di dalam aquarium guppy harus benar-benar dirancang dengan baik. Media penyaringan dapat berupa under gravel atau sistem penyaringan di luar aquarium dengan menggunakan pompa. Pompa yang digunakan untuk mendistribusikan air ke dalam media penyaringan sebaiknya tidak terlalu besar, untuk mencegah guppy tidak tersedot. Sementara itu, untuk menjaga kualitasnya, air aquarium guppy harus diganti setiap satu minggu sekali.

Pemberian Pakan
Pakan alami yang diberikan untuk guppy yaitu cuk (jentik nyamuk), kutu air, cacing sutra, dan cacing darah. Uuntuk pakan buatan yaitu pelet halus khusus guppy yang bisa diperoleh di toko ikan hias.

PENGENDALIAN PENYAKIT
Jamur Mulut
Gejalanya adalah muncul area berwarna putih di sekitar mulut guppy, lama kelamaan mulut guppy akan memutih seperti spon. Jika dibiarkan guppy akan mati. Pengobatan dengan memberikan aeronomicnya sebanyak 250 gram per 20 liter air aquarium.

Jamur Mahkota
Gejalanya adalah munculnya spons berwarna putih pada kepala guppy. Serangan penyakit ini dapat membunuh guppy dalam waktu 3 hari. Pengobatan dilakukan dengan memberikan aeronomicnya sebanyak 100 gram per 10 liter air aquarium.

Jamur Pada Sirip dan Ekor
Gejala ditandai dengan munculnya warna abu-abu dan luka gores pada ekor dan sirip. Agar penyakit ini tidak berkembang suhu air harus dinaikkan dengan menggunakan heater hingga mencapai 23 derajat celcius. Pengobatan dengan memberikan 2 cc methylene blue ke dalam aquarioum berukuran 40 x 40 x 60 cm.

Jamur Pada Insang
Serangan jamur ini menyebabkan warna insang guppy menjadi lebih merah dari biasanya dan tutup insang terangkat sehingga insang terlihat dengan jelas, tubuh guppy menjadi kurus. Pengobatan dilakukan dengan memberikan larutan kombinasi aeromicyn sebanyak 100 gram dan terramicyn sebanyak 100 gram ke dalam 20 liter air aquarium.

Penyakit Tubercolusis
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri mycobacterium piscium. Penyakit ini menyerang saat guppy dalam keadaan lemah akibat kualitas dan pakan buruk. Gejalanya yaitu tubuh guppy terlihat kurus. Pengobatan dengan memberikan terramicyn dengan dosis sesuai petunjuk pada kemasan.

Kutu Ikan
Penyakit ini disebabkan oleh parasit copepoda. Guppy yang terserang akan menjadi lemah dan tidak memiliki nafsu makan. Pengobatan dilakukan dengan memberikan 4 tetes kalium permanganate (PK) ke dalam 20 liter air aquarium per minggu. Dalam waktu 3-4 minggu biasanya penyakit kutu ikan ini sudah bisa disembuhkan. 

Sumber : Agromedia
Read more "Tips Memelihara Guppy..."

Tips Memelihara Discus

Jenis-Jenis Discus :
1. Wild Form
Kelompok wild form merupakan jenis discus strain awal, baik hasil tangkapan alam maupun yang sudah diternakkan. Contoh jenisnya antara lain heckle discus, green discus, blue striated discus, dan brown discus.

2. Stripped Form
Discus yang termasuk kelompok ini adalah discus yang memiliki corak garis di tubuhnya. Secara garis besar kelompok discus stripped form dibagi menjadi dua jenis yaitu :

Thick lines
Discus jenis ini memiliki corak garis tebal. Contoh jenisnya antara lain discus turquoise, red pear, checkerboard, red royal blue, bleeding heart, red scribble dan red eagle.

Fine Lines
Merupakan jenis discus yang memiliki corak garis tipis. Kelompok ini didominasi oleh jenis-jenis snackeskin dan beberapa turunannya, seperti red based snackeskin, red scribble snackeskin, pigeon snackeskin, dan blue scorpion snackeskin.

3. Spotted Form
Ciri dari kelompok discus ini memiliki titik-titik merah di tubuhnya. Contoh jenisnya antara lain leopard skin, leopard snackeskin, red spot green, dan red spot snacke.

4. Solid Form
Kelompok discus ini memiliki warna tunggal yang merata di tubuhnya. Contoh jenisnya antara lain blue diamond, solid blue, solid red, virgin red, red rose, red sun, golden, dan red melon.

5. Hybrid
Kelompok hybrid adalah jenis discus yang belum memiliki standardisasi corak dan warna dari seluruh kelompok yang ada. Kelompok ini adalah discus yang dihasilkan dari hasil mutasi. Contoh jenisnya antara lain pigeon blood, ghost discus, white dragon, snow white, dan white diamond.


PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN
Persiapan Aquarium

Mengingat discus merupakan ikan hias yang tidak terlalu agresif, pemeliharaannya dapat dilakukan bersama-sama dengan discus atau ikan lain di dalam satu aquarium. Idealnya, di dalam satu aquarium berukuran 100 x 50 cm dengan tinggi 50 cm dimasukkan sebanyak 10-15 ekor discus berdiameter 10 cm. Aquarium discus tidak harus diletakkan di tempat yang tenang. Aquarium harus dilengkapi dengan sarana pendukung seperti aerator, power head dan filter.



Kualitas Air
Air untuk aquarium discus harus terbebas dari unsur-unsur yang dapat menyebabkan discus sakit. Air yang dipakai bisa berasal dari air sumur atau air PAM yang telah bebas klorin. Mengacu pada habitat aslinya yang berupa hutan tropis, suhu air yang cocok untuk discus adalah 27-32 derajat celcius dengan derajat keasaman (PH) 6-7. Kestabilan suhu aquarium harus selalu terjaga. Pasalnya jika suhu air menurun, discus akan malas makan, warnanya memudar dan menjadi mudah terserang penyakit. Air aquarium discus ini sebaiknya diganti secara total setiap satu minggu sekali agar kualitasnya tetap terjaga.

Pemberian Pakan
Pakan alami yang bisa diberikan untuk discus adalah jentik nyamuk (cuk), cacing sutra, kutu air dan cacing darah. Pakan alami ini, lebih utamanya diberikan kepada discus yang masih berukuran kecil. Saat sudah berusia sekitar dua bulan, discus diberi pakan berupa burger khusus untuk discus. Pemberian burger dilakukan dua kali sehari, pagi dan malam. Siangnya discus diberi pakan pelet sebagai pakan camilan. Hentikan pemberian pakan saat discus sudah tampak tidak bernapsu menyantap pakan. Burger untuk discus bisa dibeli di toko ikan hias.

PENGENDALIAN PENYAKIT
Penyakit Mata

Mata berkabut (Cloudy Eye) dan mata bengkak (pop eye) merupakan dua penyakit mata yang biasa menyerang discus dan bisa mengakibatkan kebutaan permanen. Salah satu penyebab mata berkabut adalah serangan white spot golongan protozoa, sedangkan mata membengkak disebabkan oleh infeksi inchtyosporidium dan beberapa bakteri kokus gram negatif. Penyakit mata berkabut dan mata membengkak biasanya akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari. Namun untuk mempercepat penyembuhannya segera lakukan pergantian air aquarium.

Penyakit Insang
Penyakit yang menyerang insang disebabkan oleh serangan protozoa dan udang renik yang berkembang saat air aquarium kotor akibat sisa pakan yang mengendap di dasar aquarium. Gejala discus yang terkena penyakit insang tampak bernapas dengan terengah-engah ataus ering menggosokkan insangnya ke dinding aquarium. Jika gejala penyakit terlihat, segera ganti air aquarium dengan air baru.

Penyakit Sirip Hancur
Penyakit sirip hancur disebabkan oleh serangan bakteri cocus. Gejala serangannya adalah sirip discus tampak rusak, yang lama kelamaan akan habis tinggal tulang pangkal siripnya saja. Penyakit ini dapat diobati dengan memberikan Chlorampenicol dengan dosis 2 gram per 100 air selama 3-5 hari.

Penyakit Cacing Pita
Penyakit ini disebabkan oleh serangan cacing pita (tape worm). Gejalanya adalah tampak adanya cacing di tinja yang dikeluarkan discus. Pengobatan cacing pita dapat dilakukan dengan levamisol yang diberikan melalui pakan. Dosisnya 400 per 100 gram pakan.

Penyakit Bintik Putih
Penyakit ini disebabkan oleh serangan protozoa berbentuk bulat. Gejala penyakitnya dapat diketahui dengan munculnya bulatan-bulatan pada tubuh discus. Selain itu, discus yang sakit juga terlihat sulit berenang. Pengobatan penyakit ini dapat dilakukan dengan merendam discus yang sakit di dalam larutan acriflavin sebanyak 50 ml per 22,5 liter air.

Sumber : Agromedia
Read more "Tips Memelihara Discus..."

Tips Memelihara Cupang Hias


PENDAHULUAN
Cupang hias (Betta Splendens) merupakan jenis cupang yang keindahannya terletak pada bentuk ekornya saat mengembang. Cupang hias merupakan ikan hasil silangan yang terus berkembang. Sampai saat ini terus bermunculan jenis cupang hias baru seperti halfmoon, double tail, plakat (short tail) dan serit (crown tail).

PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN
Persiapan Aquarium
Cupang hias termasuk ikan yang sangat agresif dan sangat menjaga wilayah kekuasaannya. Pemeliharaan cupang hias sebaiknya dilakukan dengan cara soliter, yaitu menempatkan satu ekor ikan dalam satu wadah. Cupang hias dapat dipelihara dalam toples berukuran kecil atau dalam aquarium berukuran 15 x 15 x 20 cm, dan tidak perlu diberi sarana pendukung seperti filter, lampu dan aerator. Cupang hias merupakan ikan labirin yang mengambil udaranya di permukaan, jadi tidak memerlukan oksigen terlarut di dalam air. Jika wadah pemeliharaan diletakkan berdampingan, sebaiknya di antara wadah diberi pembatas. Pembatas ini bisa dibuka beberapa kali dalam sehari selama sekitar 5 menit, untuk menjaga agar cupang tetap banyak beraktifitas.



Kualitas Air
Air yang digunakan harus memiliki keasaman air (PH) 6,2-7. Pastikan juga air bebas dari zat-zat berbahaya, terutama klorin yang dapat mematikan ikan. Jika memakai air PAM harus diendapkan terlebih dahulu selama 1 hari 1 malam agar kandungan klorinnya hilang. Setiap 3 hari sekali air wadah dikuras dan diganti dengan yang baru.

Pemberian Pakan
Pemberian pakan cupang hias dilakukan dua kali sehari. Ada dua alternatif jenis pakan yang diberikan yaitu pakan alami dan buatan. Pakan alami di antaranya :

Cuk Jentik Nyamuk
Cuk jentik nyamuk mudah ditemui di genangan air di sekitar rumah, seperti saluran air, got. Kandungan proteinnya mencapai 67%, dan kandungan lemaknya sekitar 10%. Sebaiknya cuk direndam dahulu selama 2-6 jam di dalam larutan obat seperti tetrafungi stop, contra stop, atau general tonic contra stop dengan dosis 5 tetes setiap lima liter air.

Kutu Air
Kutu air adalah organisme udang renik yang termasuk dalam kelas crustacea. Jenis kutu air yang banyak digunakan sebagai pakan ikan adalah moina dan daphnia. Pakan ini banyak terdapat di saluran air, got, dan kolam/kubangan yang tidak ada ikannya.

Cacing Sutra
Cacing sutra sering disebut dengan cacing rambut. Cacing ini hidup di perairan air tawar yang mengalir tenang dan berlumpur. Sekarang cacing sutra sudah banyak dijual di toko ikan hias. Sebelum diberikan sebaiknya cacing ini direndam selama semalaman dalam larutan antibiotik seperti tetracylin dengan dosis 250 mg per 0,5 kg cacing sutra. Perendaman dilakukan dalam aquarium atau bak yang diberi aerasi.

Cacing Darah (Blood Worm)
Cacing darah sebenarnya bukan organisme cacing seperti cacing sutra. Pakan ini merupakan larva dari serangga sejenis nyamuk yang menetas di dasar perairan. Saat ini cacing darah sudah dijual di toko ikan hias.

Untuk pakan buatan di antaranya :
Artemia
Artemia banyak dijual di toko-toko ikan hias dalam bentuk telur yang sudah dikalengkan. Telur artemia harus ditetaskan terlebih dahulu dengan memberikan garam dan mengaerasi air untuk penetasan selama 48 jam. Sebelum diberikan larva artemia dibersihkan dengan air tawar.

Pelet
Pelet merupakan pakan buatan yang paling mudah dalam penggunaannya bisa langsung diberikan tanpa harus memprosesnya.

PENGENDALIAN PENYAKIT
Penyakit Bintik Putih

Penyakit ini disebabkan oleh parasit Ichthyophthirius multifiliis yang menyerang dengan cara masuk ke dalam tubuh cupang, lalu menyerap darah. Gejalanya muncul bulatan-bulatan pada tubuh cupang. Cupang yang sakit terlihat malas makan, tidak bergairah, sering membentur-benturkan tubuhnya. Pengobatan dilakukan dengan merendam cupang dalam larutan methylene blue. Caranya buat larutan baku dengan mencampur 1 gram methylene blue ke dalam 100 ml air. Masukan cupang yang sakit ke dalam bak berisi air bersih, lalu teteskan 2-4 ml larutan baku per 4 liter air. Rendam selama 24 jam. Ulangi perendaman jika belum sembuh dengan larutan yang baru.

Penyakit Busung
Penyakit busung disebabkan oleh bakteri salmonella sp. Bakteri ini menyerang organ bagian dalam tubuh sehingga ikan tidak dapat membuang kotorannya. Pengobatan dengan cara merendam ikan ke dalam larutan antibiotik flagil 500 selama 1-2 jam

Sumber : Agromedia
Read more "Tips Memelihara Cupang Hias..."

Tips Memelihara Arwana


PENDAHULUAN
Arwana (Sclerophages formous) memiliki banyak nama panggilan seperti Ikan Naga (dragon fish), ikan payang, siluk, silok, kalikasi, kelasa dan khayangan.

Jenis-jenis Arwana :
1.    Sclerophages Formous
Arwana Super Red
Ciri khas arwana super red terletak pada sisiknya yang berwarna merah menyala dan memancarkan warna kuning di beberapa bagian tubuhnya. Batas sisik yang jelas (ring) terdapat di bagian kepala dan punggungnya. Bagian tepi siripnya berwarna kemerahan. Lingkaran sisiknya berwarna merah. Arwana jenis ini hidup di sungai atau danau yang tenang dan tidak berbatu, banyak terdapat di Pulau Kalimantan

Arwana Golden Red
Ciri khas Arwana jenis ini memiliki warna kuning keemasan, terutama pada sisik kepalanya. Batas antara sisik punggung dan kepala berwarna kehitamam. Bagian ekor dan sirip belakangnya berwarna kemerahan, tetapi bibirnya tidak merah seperti Super Red. Arwana jenis ini berasal dari perairan Riau, Jambi, dan Medan.




Arwana Malayang Bonytongue
Arwana ini berasal dari perairan Malaysia. Ciri khasnya adalah seluruh sisik punggungnya dipenuhi dengan ring berwarna emas. Ada juga yang berwarna dasar kuning dengan ring ungu dan yang berwarnba dasar ungu dengan ring kuning.

2.    Sclerophages Jardini
Arwana jenis ini sering juga disebut dengan arwana Irian karena banyak terdapat di perairan di daerah Papua. Ikan ini juga dapat ditemui di bagian utara Sungai Queensland dan bagian Selatan Sungai Jardine, Australia. Cirinya memiliki bintik merah yang menghiasi seluruh tubuhnya. Bintik merah yang paling menonjol terletak di bagian ekor dan siripnya yang berwarna dasar coklat kehijauan. Warna keperakan tampak di bagian perut dan warna kemerahan menghiasi tubuh bagian belakang.

3.    Osteoglossum Bicirrhosum
Arwana ini sering disebut dengan arwana silver atau naga perak karena sisik di tubuhnya yang berwarna keperakan. Ciri khas arwana ini adalah memancarkan warna perak yang indah saat tubuhnya terkena cahaya matahari atau lampu.

4.    Osteoglossum Ferreirai
Arwana ini hidup di sungai-sungai Negara Brazil. Arwana ini disebut Black Brasil atau Black Arwana (Arwana Hitam). Seiring bertambahnya umur, warna hitamnya akan memudar dan berubah menjadi perak kekuningan.

5.    Arapaima Gigas
Arapaima gigas, di Barsil disebut Pirarucu merupakan jenis arwana terbesar.ukuran tubuhnya bisa mencapai panjang 4,47 meter. Saat masih kecil tubuhnya berwarna kuning kehitaman dan akan berubah menjadi putih keperakan setelah makin dewasa.

6.    Heteritis Niloticus
Arwana ini disebut arwana nil, karena banyak dijumpai di perairan sungai nil. Bentuk tubuhynya menyerupai arwana arapaima gigas, tetapi lebih pipih. Sebelum dewasa berwarna kuning kemerahan dengan kombinasi kehitaman. Setelah dewasa berwarna coklat susu.

7.    Sclerophages Leicchardi
Arwana yang berasal dari Australia ini memiliki warna perak kehijauan, dengan hiasa batik jingga pada tubuhnya. Selain tahan terhadap suhu panas, arwana ini juga dapat hidup di air yang ber pH agak masam hingga sedang.

PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN
Persiapan Aquarium
Ukuran aquarioum disesuaikan dengan ukuran arwananya. Sebaiknya aquarium minimal berukuran 3 kali panjang tubuhnya dan lebar 1,5 kali lebar tubuhnya. Dasar aquarium dapat diberi pasir sungai yang masih bercampur dengan humus, lalu dilapisi batu dan karang kecil. Di dalam aquarium juga bisa diberi tambahan tanaman hidup, asalkan lokasi peletakan akuarium memungkinkan untuk tanaman hidup tersebut mendapat pasokan cahaya matahari kurang lebih 3 jam perhari.

Peralatan yang digunakan :
Aerator, berfungsi meningkatkan kadar oksigen di dalam air, dan untuk mengurai zat yang tidak diperlukan ke udara dan menarik oksigen ke dalam air.
Power Head, berfungsi memompa air dan kotoran menuju filter, juga berfungsi sebagai pembuat arus ringan di dalam aquarium yang berguna untuk merangsang pertumbuhan ikan.
Filter berfungsi menyaring kotoran-kotoran yang ada di dalam aquarium.
Heater berfungsi meningkatkan suhu di dalam aquarium ketika suhu di sekitar lingkungan berubah drastis. Perubahan ini mengakibatkan ikan stres.
Termometer dibutuhkan untuk mengetahui perubahan suhu air aquarium.
Lampu, berfungsi menerangi dan mempercantik tampilan arwana. Sebaiknya lampu berdaya 20 watt untuk setiap luasan 80 x 40 cm

Kualitas Air
Air yang dapat digunakan bisa berasal dari sumur, atau air PAM. Jika menggunakan air PAM sebaiknya diendapkan terlebih dahulu selama satu malam untuk menghilangkan kadar klorinnya. Suhu air yang ideal 27-30 derajat celcius dan PH air ideal bagi pertumbuhan 6,5-9. Jika termometer menunjukkan penurunan suhu air segera nyalakan heater untuk menormalkannya kembali. Air diganti setiap 2 hari sekali.

Pemberian Pakan
Arwana sebaiknya diberi pakan hidup, di antaranya adalah kelabang, udang, kecoa, katak, lipan, anak kadal, ulat Jerman, laron, belalang, dan jangkrik. Sebaiknya diberikan secara bergantian agar arwana terbiasa dengan pakan yang bervariasi. Jika diberi pakan satu jenis secara terus menerus, arwana biasanya akan mogok makan saat diberi pakan yang berbeda, hindari pemberian pakan yang mengandung lemak tinggi seperti cicak, cacing sutra dan artemia. Lemak yang berlebihan akan menyebabkan mata arwana melorot (drop eye). Idealnya pemberian pakan dapat dilakukan 3 kali sehari pada pagi, siang dan sore atau malam.

Penyakit Non Parasiter
Gejalanya antara lain perkembangannya lambat, nafsu makan berkurang, tampak ketakutan dan stres, tutup insang terbuka atau melengkung serta memiliki bentuk tubuh tidak sempurna. Hal ini disebabkan :
Faktor fisik dan kelainan tubuh karena keturunan.
Faktor fisik dan kimia air misalnya PH air yang terlalu rendah atau tinggi, pasokan oksigen yang minim, dll.
Faktor kualitas pakan yang jelek.
Persendian penyakit ini dilakukan dengan selalu menjaga kualitas air. Merawat, membersihkan peralatan dan memberi pakan yang berkualitas.

Penyakit Parasiter
Penyakit Bintik Putih

Penyebab bintik putih adalah protozoa incthyrius multifilis. Ini disebabkan karena kualitas air yang buruk, suhu air yang terlalu rendah, pakan yang buruk. Gejalanya ikan terlihat sulit bernapas, sering mengosokkan tubuhnya ke dinding aquarium, gerakannya lamban, muncul bintik putih pada insang dan sirip. Pencegahan dilakukan dengan menggunakan air dan peralatan yang bersih/steril. Mempertahankan kualitas air dan menjaga suhu air agar tidak kurang dari 28 derajat celcius.

Penyakit Penducle
Penyakit ini disebut dengan penyakit air dingin, menyerang saat suhu air turun menjadi 16 derajat celcius. Penyebabnya adalah bakteri Flexbacter Psychropahila. Gejalanya ikan tampak lemah, tidak bernapsu makan, muncul borok atau nekrosa di kulitnya. Pengobatan dilakukan dengan merendam arwana dalam larutan oxytetracycline 10 ppm selama 30 menit (100 mg/l)

Penyakit Edward Siella
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Edward Siella. Gejalanya arwana terlihat memiliki luka kecil di kulitnya disertai perdarahan, kemudian berubah menjadi bisul bernanah dan akan menjalar menyebabkan luka pada hati dan ginjal. Pengobatan dilakukan dengan mencampur sulfaminazine ke dalam pakan, dosisnya 100-200 mg untuk setiap 1 kg berat arwana.

Penyakit Lernae
Gejala penyakit ini yaitu munculnya udang renik yang menempel pada tutup insang, sirip dan mata ikan. Penyakit ini dapat diatasi dengan cara meredam arwana ke dalam 250 cc formalin yang dicairkan dalam 1 m3 air bersih. Perendaman dilakukan selama 10 menit sebanyak 3 kali dalam 3 hari. Selain itu parasit dalam tubuh arwana dibuang dengan cara mengguntingnya dengan hati-hati agar tidak menimbulkan luka.

Kutu Ikan
Penyakit ini disebabkan oleh parasit Argulus sp yang termasuk golongan udang renik. Parasit penghisap darah ini menempel di insang, kulit dan sirip. Gejalanya arwana terlihat kurus, napsu makan berkurang dan muncul bercak merah di tubuhnya. Pengobatan dilakukan dengan  mencelupkan arwana ke dalam larutan garam dengan takaran 20 gram/liter air selama 5 menit.

Sumber : Agromedia
Read more "Tips Memelihara Arwana..."

Budidaya Koan


PENDAHULUAN
Koan (Grasscarp) dikenal sebagai ikan herbivora pemakan rumput dan tanaman air yang rakus sehingga dijuluki juga sebagai “kambing air”. Klasifikasi koan sebagai berikut :

Phyllum         : Chordata
Kelas             : Actinopterygii
Ordo            : Cypriniformes
Famili            : Cyprinidae
Genus            : Ctenophanyngodon
Species        : Ctenopharyngodon idellus C.V
Nama Asing         : Grasscarp
Nama Lokal         : Koan, kowan, karper rumput, karper cina

Di habitat aslinya, panjang tubuh koan bisa mencapai 2 meter dengan berat mencapai 20-30 kg. Ikan ini termasuk banyak mengeluarkan telur, mencapai 45.000-65.000 butir per kilogram berat induk. Bahkan, jumlah telur dari induk yang mencapai berat 9-12 kilogram mencapai 1-1,3 juta butir. Sebagai ikan herbivora, panjang usu ikan ini bisa mencapai dua kali panjang badannya.

CARA BUDIDAYA
Pembenihan
Di indonesia ikan ini tidak bisa memijah secara alami. Karena itu, pembenihannya masih sepenuhnya mengandalkan pemijahan buatan (induceed breeding atau induceed spawing) menggunakan hormon perangsang berupa kelenjar hipofisa. Pembenihan dimulai dengan pemeliharaan induk di dalam kolam pemeliharaan berukuran 100-500 m2, tergantung ketersediaan luas lahan. Kedalaman air kolam pembenihan sekitar 1 meter. Padat tebar induk maksimal 0,5 kg/m2. Ukuran induk yang dipijahkan baik jantan maupun betina memiliki berat tubuh minimum 1 kg. Selama pemeliharaan induk diberi pakan berupa pelet sebanyak 3% dari total berat badan perhari. Pemberian pakan buatan ini dilakukan 3 kali sehari (pagi, siang, dan sore hari), dan dihentikan sehari sebelum dilakukan penyuntikan.



Donor yang digunakan untuk hyfofisasi adalah ikan mas dengan dosis  1:1. Penyuntikan dilakukan dua kali dengan selang waktu antara penyuntikan pertama dengan kedua 4 jam. Dosis masing-masing penyuntikan 1:1 dan 1:1,5. Selain itu, penyuntikan juga dapat dilakukan menggunakan hormon ovaprim dengan perlakuan dan dosis yang sama dengan penyuntikan kelenjar hipofisa ikan mas. Setelah penyuntikan induk jantan dan betina ditempatkan bersama di dalam satu hapa berukuran 2 x 1 x 1 m. Perbandingan jumlah induk jantan dan betina di dalam hapa adalah 2 : 1 (2 induk jantan dan 1 induk betina).
Pemijahan akan berlangsung dengan sendirinya di dalam hapa, 6-8 jam setelah penyuntikan. Telur yang sudah dibuahi sel sperma jantan akan mengendap di dasar hapa. Selanjutnya, telur tersebut diangkat dan dipindahkan ke dalam baskom dan dimasukkan ke dalam corong penetasan berdiameter 50 cm. Telur ini akan menetas dalam waktu 48 jam kemudian.

Pendederan
Pendederan dilakukan setelah larva berumur tiga hari (menjelang kuning telurnya habis). Pendederan dilakukan dengan terlebih dahulu mempersiapkan kolam pendederan berukuran 100-500 m2 yang telah dikeringkan, diperbaiki pematangnya, dan dipasang saringan di pintu pemasukan. Setelah diperbaiki, kolam dipupuk dengan 500 gram/m2 pupuk kandang (kotoran ayam kering). Kemudian, kolam diisi air sedalam 40 cm dan dibiarkan sampai pakan alami berupa plankton mulai tumbuh, ditandai dengan air kolam berwarna kehijauan.
Penebaran larva dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu masih rendah dan relatif stabil. Jika persediaan pakan alami diyakini kurang, bisa diberi pakan tambahan berupa hancuran pelet atau dedak halus dengan dosis 3% dari berat tubuh per hari. Pemberian pakan ini dilakukan 3 kali sehari. Setelah dipelihara selama 45 hari, larva akan menjadi gelondongan (fingerling) dan siap dipindahkan ke kolam pembesaran.

Pembesaran
Teknik pembesaran ikan koan tidak berbeda jauh dengan teknik pembesaran ikan mas. Sebagai masukan, media pemeliharaan yang digunakan untuk pembesaran ikan koan sebaiknya berupa kolam tanah. Pasalnya, ikan ini terkenal sangat sensitif (sering kaget), sehingga penggunaan kolam tanah dapat meminimalkan terjadinya luka saat ikan menabrak dinding kolam ketika kaget.
Ukuran kolam tanah yang digunakan umumnya 500-1000 m2, tergantung ketersediaan luas lahan. Karena ikan koan tergolong  ikan herbivora, di dalam kolam sebaiknya terdapat tanaman air sebagai pakan alaminya. Selain itu, dapat diberi pakan dari tanaman darat seperti daun talas, daun pepaya, dan rumput-rumputan. Pakan tambahannya berupa pelet dengan kadar protein rendah, yang diberikan 3 kali sehari dengan dosis 3% dari berat badan ikan yang dipelihara. Dalam waktu 3-4 bulan pemeliharaan, ikan koan sudah mencapai ukuran konsumsi (minimum 400 gram per ekor) dan dapat dipanen. Perlu dicatat, karena merupakan jenis ikan herbivora yang responsif, cepat lambatnya pertumbuhan koan sangat tergantung dari ketersediaan pakan berupa dedaunan atau tumbuh-tumbuhan yang ada dalam kolam. 

Sumber : Khairuman, SP dan Khairul Amri, S.Pi, M.Si
Read more "Budidaya Koan..."

Budidaya Lele

PENDAHULUAN
Lele (Clarias) merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin. Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), ca tre trang (Jepang). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish.
Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungaidengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Ikan lele bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam ikan lele memijah pada musim penghujan.



JENIS
Klasifikasi ikan lele menurut Hasanuddin Saanin dalam Djatmika et al (1986) adalah:
Kingdom    : Animalia
Sub-kingdom    : Metazoa
Phyllum    : Chordata
Sub-phyllum    : Vertebrata
Klas        : Pisces
Sub-klas    : Teleostei
Ordo        : Ostariophysi
Sub-ordo    : Siluroidea
Familia    : Clariidae
Genus        : Clarias

Di Indonesia ada 6 (enam) jenis ikan lele yang dapat dikembangkan:
Clarias batrachus, dikenal sebagai ikan lele (Jawa), ikan kalang (Sumatera Barat), ikan maut (Sumatera Utara), dan ikan pintet (Kalimantan Selatan). Clarias teysmani, dikenal sebagai lele Kembang (Jawa Barat), Kalang putih (Padang).
Clarias melanoderma, yang dikenal sebagai ikan duri (Sumatera Selatan), wais (Jawa Tengah), wiru (Jawa Barat).
Clarias nieuhofi, yang dikenal sebagai ikan lindi (Jawa), limbat (Sumatera Barat), kaleh (Kalimantan Selatan).
Clarias loiacanthus, yang dikenal sebagai ikan keli (Sumatera Barat), ikan penang (Kalimantan Timur).
Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele Dumbo (Lele Domba), King cat fish, berasal dari Afrika.

PERSYARATAN LOKASI
Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos, berlumpur dan subur. Lahan yang dapat digunakan untuk budidaya lele dapat berupa: sawah, kecomberan, kolam pekarangan, kolam ebun, dan blumbang.
Ikan lele hidup dengan baik di daerah dataran rendah sampai daerah yang tingginya maksimal 700 m dpl.
Elevasi tanah dari permukaan sumber air dan kolam adalah 5-10%.
Lokasi untuk pembuatan kolam harus berhubungan langsung atau dekat dengan sumber air dan tidak dekat dengan jalan raya.
Lokasi untuk pembuatan kolam hendaknya di tempat yang teduh, tetapi tidak berada di bawah pohon yang daunnya mudah rontok.
Ikan lele dapat hidup pada suhu 200 C, dengan suhu optimal antara 25-280C. Sedangkan untuk pertumbuhan larva diperlukan kisaran suhu antara 26-300C dan untuk pemijahan 24-280 C.
Ikan lele dapat hidup dalam perairan agak tenang dan kedalamannya cukup, sekalipun kondisi airnya jelek, keruh, kotor dan miskin zat O2.
Perairan tidak boleh tercemar oleh bahan kimia, limbah industri, merkuri, atau mengandung kadar minyak atau bahan lainnya yang dapat mematikan ikan.
Perairan yang banyak mengandung zat-zat yang dibutuhkan ikan dan bahan makanan alami. Perairan tersebut bukan perairan yang rawan banjir.
Permukaan perairan tidak boleh tertutup rapat oleh sampah atau daun-daunan hidup, seperti enceng gondok.
Mempunyai pH 6,5–9; kesadahan (derajat butiran kasar ) maksimal 100 ppm dan optimal 50 ppm; turbidity (kekeruhan) bukan lumpur antara 30–60 cm; kebutuhan O2 optimal pada range yang cukup lebar, dari 0,3 ppm untuk yang dewasa sampai jenuh untuk burayak; dan kandungan CO2 kurang dari 12,8 mg/liter, amonium terikat 147,29-157,56 mg/liter.

Persyaratan untuk pemeliharaan ikan lele di keramba :
Sungai atau saluran irigasi tidak curam, mudah dikunjungi/dikontrol.
Dekat dengan rumah pemeliharaannya.
Lebar sungai atau saluran irigasi antara 3-5 meter.
Sungai atau saluran irigasi tidak berbatu-batu, sehingga keramba mudah dipasang.
Kedalaman air 30-60 cm.

TEKNIS BUDIDAYA
Penyiapan Sarana dan Peralatan
Dalam pembuatan kolam pemeliharaan ikan lele sebaiknya ukurannya tidak terlalu luas. Hal ini untuk memudahkan pengontrolan dan pengawasan. Bentuk ukuran kolam pemeliharaan bervariasi, tergantung selera pemilik dan lokasinya. Tetapi sebaiknya bagian dasar dan dinding kolam dibuat permanen. Pada minggu ke 1-6 air harus dalam keadaan jernih kolam, bebas dari pencemaran maupun fitoplankton. Ikan pada usia 7-9 minggu kejernihan airnya harus dipertahankan. Pada minggu 10, air dalam batas-batas tertentu masih diperbolehkan. Kekeruhan menunjukkan kadar bahan padat yang melayang dalam air (plankton). Alat untuk mengukur kekeruhan air disebut secchi. Prakiraan kekeruhan air berdasarkan usia lele (minggu) sesuai angka secchi :
Usia 10-15 minggu, angka secchi = 30-50
Usia 16-19 minggu, angka secchi = 30-40
Usia 20-24 minggu, angka secchi = 30

Penyiapan Bibit
Pemilihan Induk
Ciri-ciri induk lele jantan:
Kepalanya lebih kecil dari induk ikan lele betina.
Warna kulit dada agak tua bila dibanding induk ikan lele betina.
Urogenital papilla (kelamin) agak menonjol, memanjang ke arah belakang, terletak di belakang anus, dan warna kemerahan.
Gerakannya lincah, tulang kepala pendek dan agak gepeng (depress).
Perutnya lebih langsing dan kenyal bila dibanding induk ikan lele betina.
Bila bagian perut di stripping secara manual dari perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan putih kental (spermatozoa-mani).
Kulit lebih halus dibanding induk ikan lele betina.

Ciri-ciri induk lele betina
Kepalanya lebih besar dibanding induk lele jantan.
Warna kulit dada agak terang.
Urogenital papilla (kelamin) berbentuk oval (bulat daun), berwarna kemerahan, lubangnya agak lebar dan terletak di belakang anus.
Gerakannya lambat, tulang kepala pendek dan agak cembung.
Perutnya lebih gembung dan lunak.
Bila bagian perut di stripping secara manual dari bagian perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan kekuning-kuningan (ovum/telur).

Syarat induk lele yang baik:
Kulitnya lebih kasar dibanding induk lele jantan.
Induk lele diambil dari lele yang dipelihara dalam kolam sejak kecil supaya terbiasa hidup di kolam.
Berat badannya berkisar antara 100-200 gram, tergantung kesuburan badan dengan ukuran panjang 20-5 cm.
Bentuk badan simetris, tidak bengkok, tidak cacat, tidak luka, dan lincah.
Umur induk jantan di atas tujuh bulan, sedangkan induk betina berumur satu tahun.
Frekuensi pemijahan bisa satu bula sekali, dan sepanjang hidupnya bisa memijah lebih dari 15 kali dengan syarat apabila makanannya mengandung cukup protein.

Ciri-ciri induk lele siap memijah adalah calon induk terlihat mulai berpasang-pasangan, kejar-kejaran antara yang jantan dan yang betina. Induk tersebut segera ditangkap dan ditempatkan dalam kolam tersendiri untuk dipijahkan.

Perawatan induk lele:
Selama masa pemijahan dan masa perawatan, induk ikan lele diberi makanan yang berkadar protein tinggi seperti cincangan daging bekicot, larva lalat/belatung, rayap atau makanan buatan (pellet). Ikan lele membutuhkan pellet dengan kadar protein yang relative tinggi, yaitu 60%. Cacing sutra kurang baik untuk makanan induk lele, karena kandungan lemaknya tinggi. Pemberian cacing sutra harus dihentikan seminggu menjelang perkawinan atau pemijahan.
Makanan diberikan pagi hari dan sore hari dengan jumlah 5-10% dari berat total ikan.
Setelah benih berumur seminggu, induk betina dipisahkan, sedangkan induk jantan dibiarkan untuk menjaga anak-anaknya. Induk jantan baru bisa dipindahkan apabila anak-anak lele sudah berumur 2 minggu.
Segera pisahkan induk-induk yang mulai lemah atau yang terserang penyakit untuk segera diobati.
Mengatur aliran air masuk yang bersih, walaupun kecepatan aliran tidak perlu deras, cukup 5-6 liter/menit.

Pemijahan di Kolam Pemijahan
Kolam induk:
Kolam dapat berupa tanah seluruhnya atau tembok sebagian dengan dasar tanah.
Luas bervariasi, minimal 50 m2.
Kolam terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian dangkal (70%) dan bagian dalam (kubangan) 30 % dari luas kolam. Kubangan ada di bagian tengah kolam dengan kedalaman 50-60 cm, berfungsi untuk bersembunyi induk, bila kolam disurutkan airnya.
Pada sisi-sisi kolam ada sarang peneluran dengan ukuran 30x30x25 cm3, dari tembok yang dasarnya dilengkapi saluran pengeluaran dari pipa paralon diamneter 1 inchi untuk keluarnya banih ke kolam pendederan.
Setiap sarang peneluran mempunyai satu lubang yang dibuat dari pipa paralon (PVC) ukuran  4 inchi untuk masuknya induk-induk lele.
Jarak antar sarang peneluran 1 m.
Kolam dikapur merata, lalu tebarkan pupuk kandang (kotoran ayam) sebanyak 500-750 gram/m2.
Airi kolam sampai batas kubangan, biarkan selama 4 hari.

Kolam Rotifera (cacing bersel tunggal):
Letak kolam rotifera di bagian atas dari kolam induk berfungsi untuk menumbuhkan makanan alami ikan (rotifera).
Kolam rotifera dihubungkan ke kolam induk dengan pipa paralon untuk mengalirkan rotifera.
Kolam rotifera diberi pupuk organik untuk memenuhi persyaratan tumbuhnya rotifera.
Luas kolam 10 m2.

Pemijahan :
Siapkan induk lele betina sebanyak 2 x jumlah sarang yang tersedia dan induk jantan sebanyak jumlah sarang; atau satu pasang per sarang; atau satu pasang per 2-4 m2 luas kolam (pilih salah satu).
Masukkan induk yang terpilih ke kubangan, setelah kubangan diairi
selama 4 hari.
Beri/masukkan makanan yang berprotein tinggi setiap hari seperti cacing, ikan rucah, pellet dan semacamnya, dengan dosis (jumlah berat makanan) 2-3% dari berat total ikan yang ditebarkan .
Biarkan sampai 10 hari.
Setelah induk dalam kolam selama 10 hari, air dalam kolam dinaikkan sampai 10-15 cm di atas lubang sarang peneluran atau kedalaman air dalam sarang sekitar 20-25 cm. Biarkan sampai 10 hari. Pada saat ini induk tak perlu diberi makan, dan diharapkan selama 10 hari berikutnya induk telah memijah dan bertelur. Setelah 24 jam, telur telah menetas di sarang, terkumpullah benih lele. Induk lele yang baik bertelur 2-3 bulan satu kali bila makanannya baik dan akan bertelur terus sampai umur 5 tahun.
Benih lele dikeluarkan dari sarnag ke kolam pendederan dengan cara: air kolam disurutkan sampai batas kubangan, lalu benih dialirkan melalui pipa pengeluaran.
Benih-benih lele yang sudah dipindahkan ke kolam pendederan diberi makanan secara intensif, ukuran benih 1-2 cm, dengan kepadatan 60 -100 ekor/m2.
Dari seekor induk lele dapat menghasilkan 2000 ekor benih lele. Pemijahan induk lele biasanya terjadi pada sore hari atau malam hari.

Pemijahan di Bak Pemijahan Secara Berpasangan
Penyiapan bak pemijahan secara berpasangan:
Buat bak dari semen atau teraso dengan ukuran 1 x 1 m atau 1 x 2 m dan tinggi 0,6 m.
Di dalam bak dilengkapi kotak dari kayu ukuran 25 x 40x30 cm tanpa dasar sebagai sarang pemijahan. Di bagian atas diberi lubang dan diberi tutup untuk melihat adanya telur dalam sarang. Bagian depan kotak/sarang pemijahan diberi enceng gondok supaya kotak menjadi gelap.
Sarang pemijahan dapat dibuat pula dari tumpukan batu bata atau ember plastik atau barang bekas lain yang memungkinkan.
Sarang bak pembenihan diberi ijuk dan kerikil untuk menempatkan telur hasil pemijahan.
Sebelum bak digunakan, bersihkan/cuci dengan air dan bilas dengan formalin 40 % atau KMnO4 (dapat dibeli di apotik); kemudian bilas lagi dengan air bersih dan keringkan.

Pemijahan:
 Tebarkan 1 (satu) pasang induk dalam satu bak setelah bak diisi air setinggi   25 cm. Sebaiknya airnya mengalir. Penebaran dilakukan pada jam 14.00–16.00.
Biarkan induk selama 5-10 hari, beri makanan yang intensif. Setelah 10 hari, diharapkan sepasang induk ini telah memijah, bertelur dan dalam waktu 24 jam telur-telur telah menetas. Telur-telur yang baik adalah yang berwarna kuning cerah.
Beri makanan anak-anak lele yang masih kecil (stadium larva) tersebut berupa kutu air atau anak nyamuk dan setelah agak besar dapat diberi cacing dan telur rebus.

Pemijahan di Bak Pemijahan Secara Masal
Penyiapan bak pemijahan secara masal:
Buat bak dari semen seluas 20 m2 atau 50 m2, ukuran 2x10 m2 atau 5x10 m2.
Di luar bak, menempel dinding bak dibuat sarang pemijahan ukuran 30x30x30 cm3, yang dilengkapi dengan saluran pengeluaran benih dari paralon (PVC) berdiameter 1 inchi. Setiap sarang dibuatkan satu lubang dari paralon berdiameter 4 inchi.
Dasar sarang pemijahan diberi ijuk dan kerikil untuk tempat menempel telur hasil pemijahan.
Sebelum digunakan, bak dikeringkan dan dibilas dengan larutan desinfektan atau formalin, lalu dibilas dengan air bersih; kemudian keringkan.

Pemijahan:
Tebarkan induk lele yang terpilih (matang telur) dalam bak pembenihan sebanyak 2xjumlah sarang , induk jantan sama banyaknya dengan induk betina atau dapat pula ditebarkan 25-50 pasang untuk bak seluas 50 m2 (5x10 m2), setelah bak pembenihan diairi setinggi 1 m.
Setelah 10 hari induk dalam bak, surutkan air sampai ketinggian 50-60 cm, induk beri makan secara intensif.
Sepuluh hari kemudian, air dalam bak dinaikkan sampai di atas lubang sarang sehingga air dalam sarang mencapai ketinggian 20-25 cm.
Saat air ditinggikan diharapkan induk-induk berpasangan masuk sarang pemijahan, memijah dan bertelur. Biarkan sampai 10 hari.
Sepuluh hari kemudian air disurutkan lagi, dan diperkirakan telur-telur dalam sarang  pemijahan telah menetas dan menjadi benih lele.
Benih lele dikeluarkan melalui saluran pengeluaran benih untuk didederkan di kolam pendederan.

Pemijahan Buatan
Cara ini disebut Induced Breeding atau hypophysasi yakni merangsang ikan lele untuk kawin dengan cara memberikan suntikan berupa cairan hormon ke dalam tubuh ikan. Hormon hipophysa berasal dari kelenjar hipophysa, yaitu hormon gonadotropin. Fungsi hormon gonadotropin:
Gametogenesis: memacu kematangan telur dan sperma, disebut Follicel Stimulating Hormon. Setelah 12 jam penyuntikan, telur mengalami ovulasi (keluarnya telur dari jaringan ikat indung telur). Selama ovulasi, perut ikan betina akan membengkak sedikit demi sedikit karena ovarium menyerap air. Saat itu merupakan saat yang baik untuk melakukan pengurutan perut (stripping).

Mendorong nafsu sex (libido)
Kolam untuk pendederan:
Bentuk kolam pada minggu 1-2, lebar 50 cm, panjang 200 cm, dan tinggi 50 cm. Dinding kolam dibuat tegak lurus, halus, dan licin, sehingga apabila bergesekan dengan tubuh benih lele tidak akan melukai. Permukaan lantai agak miring menuju pembuangan air. Kemiringan dibuat beda 3 cm di antara kedua ujung lantai, di mana yang dekat tempat pemasukan air lebih tinggi. Pada lantai dipasang pralon dengan diameter 3-5 cm dan panjang 10 m.
Kira-kira 10 cm dari pengeluaran air dipasang saringan yang dijepit dengan 2 bingkai kayu tepat dengan permukaan dalam dinding kolam. Di antara 2 bingkai dipasang selembar kasa nyamuk dari bahan plastic berukuran mess 0,5-0,7 mm, kemudian dipaku.
Setiap kolam pendederan dipasang pipa pemasukan dan pipa air untuk mengeringkan kolam. Pipa pengeluaran dihubungkan dengan pipa plastik yang dapat berfungsi untuk mengatur ketinggian air kolam. Pipa plastik tersebut dikaitkan dengan suatu pengait sebagai gantungan.
Minggu ketiga, benih dipindahkan ke kolam pendederan yang lain.Pengambilannya tidak boleh menggunakan jaring, tetapi dengan mengatur ketinggian pipa plastik.

Kolam pendederan yang baru berukuran 100 x 200 x 50 cm, dengan bentuk dan konstruksi sama dengan yang sebelumnya.
Penjarangan:
Penjarangan adalah mengurangi padat penebaran yang dilakukan karena ikan lele berkembang ke arah lebih besar, sehingga volume ratio antara lele dengan kolam tidak seimbang. Apabila tidak dilakukan penjarangan dapat mengakibatkan :
Ikan berdesakan, sehingga tubuhnya akan luka.
Terjadi perebutan ransum makanan dan suatu saat dapat memicu mumculnya kanibalisme (ikan yang lebih kecil dimakan oleh ikan yang lebih besar).
Suasana kolam tidak sehat oleh menumpuknya CO2 dan NH3, dan O2 kurang sekali sehingga pertumbuhan ikan lele terhambat.

Cara penjarangan pada benih ikan lele :
Minggu 1-2, kepadatan tebar 5000 ekor/m2
Minggu 3-4, kepadatan tebar 1125 ekor/m2
Minggu 5-6, kepadatan tebar 525 ekor/m2

Pemberian pakan:
Hari pertama sampai ketiga, benih lele mendapat makanan dari kantong kuning telur (yolk sac) yang dibawa sejak menetas.
Hari keempat sampai minggu kedua diberi makan zooplankton, yaitu Daphnia dan Artemia yang mempunyai protein 60%. Makanan tersebut diberikan dengan dosis 70% x biomassa setiap hari yang dibagi dalam 4 kali pemberian. Makanan ditebar disekitar tempat pemasukan air. Kira-kira 2-3 hari sebelum pemberian pakan zooplankton berakhir, benih lele harus dikenalkan dengan makanan dalam bentuk tepung yang berkadar protein 50%. Sedikit dari tepung tersebut diberikan kepada benih 10-15 menit sebelum pemberian zooplankton. Makanan yang berupa teoung dapat terbuat dari campuran kuning telur, tepung udang dan sedikit bubur nestum.
Minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari.
Minggu keempat dan kelima diberi pakan sebanyak 32% x biomassa setiap hari.
Minggu kelima diberi pakan sebanyak 21% x biomassa setiap hari.
Minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari.
Minggu keenam sudah bisa dicoba dengan pemberian pelet apung.

Pengepakan dan pengangkutan benih
Cara tertutup:
Kantong plastik yang kuat diisi air bersih dan benih dimasukkan sedikit demi sedikit. Udara dalam plastik dikeluarkan. O2 dari tabung dimasukkan ke dalam air sampai volume udara dalam plastik 1/3–1/4 bagian. Ujung plastik segera diikat rapat.
Plastik berisi benih lele dimasukkan dalam kardus atau peti supaya tidak mudah pecah.

Cara terbuka dilakukan bila jarak tidak terlalu jauh:
Benih lele dilaparkan terlebih dahulu agar selama pengangkutan, air tidak keruh oleh kotoran lele. (Untuk pengangkutan lebih dari 5 jam).
Tempat lele diisi dengan air bersih, kemudian benih dimasukkan sedikit demi sedikit. Jumlahnya tergantung ukurannya. Benih ukuran 10 cm dapat diangkut dengan kepadatan maksimal 10.000/m3 atau 10 ekor/liter. Setiap 4 jam, seluruh air diganti di tempat yang teduh.

Pemeliharaan Pembesaran
Sebelum digunakan kolam dipupuk dulu. Pemupukan bermaksud untuk menumbuhkan plankton hewani dan nabati yang menjadi makanan alami bagi benih lele.
Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam) dengan dosis 500-700 gram/m2. Dapat pula ditambah urea 15 gram/m2, TSP 20 gram/m2, dan amonium nitrat 15 gram/m2. Selanjutnya dibiarkan selama 3 hari.
Kolam diisi kembali dengan air segar. Mula-mula 30-50 cm dan dibiarkan selama satu minggu sampai warna air kolam berubah menjadi coklat atau kehijauan yang menunjukkan mulai banyak jasad-jasad renik yang tumbuh sebagai makanan alami lele.
Secara bertahap ketinggian air ditambah, sebelum benih lele ditebar.

Pemberian Pakan
Makanan Alami 
Makanan alamiah yang berupa Zooplankton, larva, cacing-cacing, dan serangga air.
Makanan berupa fitoplankton adalah Gomphonema spp (gol. Diatome), Anabaena spp (gol. Cyanophyta), Navicula spp (gol. Diatome), ankistrodesmus spp (gol. Chlorophyta).
Ikan lele juga menyukai makanan busuk yang berprotein.
Ikan lele juga menyukai kotoran yang berasal dari kakus.

Makanan Tambahan
Pemeliharaan di kecomberan dapat diberi makanan tambahan berupa sisa-sisa makanan keluarga, daun kubis, tulang ikan, tulang ayam yang dihancurkan, usus ayam, dan bangkai.
Campuran dedak dan ikan rucah (9:1) atau campuran bekatul, jagung, dan bekicot (2:1:1).

Makanan Buatan (Pellet)
Komposisi bahan (% berat): tepung ikan=27,00; bungkil kacang kedele=20,00; tepung terigu=10,50; bungkil kacang tanah=18,00; tepung kacang hijau=9,00; tepung darah=5,00; dedak=9,00; vitamin=1,00; mineral=0,500;

Proses pembuatan:
Dengan cara menghaluskan bahan-bahan, dijadikan adonan seperti pasta, dicetak dan dikeringkan sampai kadar airnya kurang dari 10%. Penambahan lemak dapat diberikan dalam bentuk minyak yang dilumurkan pada pellet sebelum diberikan kepada lele. Lumuran minyak juga dapat memperlambat pellet tenggelam.

Cara pemberian pakan:
Pellet mulai dikenalkan pada ikan lele saat umur 6 minggu dan diberikan pada ikan lele 10-15 menit sebelum pemberian makanan yang berbentuk tepung.
Pada minggu 7 dan seterusnya sudah dapat langsung diberi makanan yang berbentuk pellet.
Hindarkan pemberian pakan pada saat terik matahari, karena suhu tinggi dapat mengurangi nafsu makan lele.

Pemberian Vaksinasi

Cara-cara vaksinasi sebelum benih ditebarkan:
Untuk mencegah penyakit karena bakteri, sebelum ditebarkan, lele yang berumur 2 minggu dimasukkan dulu ke dalam larutan formalin dengan dosis 200 ppm selama 10-15 menit. Setelah divaksinasi lele tersebut akan kebal selama 6 bulan.
Pencegahan penyakit karena bakteri juga dapat dilakukan dengan menyutik dengan terramycin 1 cc untuk 1 kg induk.
Pencegahan penyakit karena jamur dapat dilakukan dengan merendam lele dalam larutan Malachite Green Oxalate 2,5–3 ppm selama 30 menit.

Pemeliharaan Kolam/Tambak
Kolam diberi perlakuan pengapuran dengan dosis 25-200 gram/m2 untuk memberantas hama dan bibit penyakit.
Air dalam kolam/bak dibersihkan 1 bulan sekali dengan cara mengganti semua air kotor tersebut dengan air bersih yang telah diendapkan 2 malam. Kolam yang telah terjangkiti penyakit harus segera dikeringkan dan dilakukan pengapuran dengan dosis 200 gram/m2 selama satu minggu. Tepung kapur (CaO) ditebarkan merata di dasar kolam, kemudian dibiarkan kering lebih lanjut sampai tanah dasar kolam retak-retak.

HAMA DAN PENYAKIT
Hama pada lele adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan lele.
Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang lele antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air, ikan gabus dan belut.
Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan lele secara intensif tidak banyak diserang hama.
Penyakit parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.

Penyakit karena bakteri Aeromonas hydrophilla dan Pseudomonas hydrophylla
Bentuk bakteri ini seperti batang dengan polar flage (cambuk yang terletak di ujung batang), dan cambuk ini digunakan untuk bergerak, berukuran 0,7–0,8 x 1–1,5 mikron. Gejala : iwarna tubuh menjadi gelap, kulit kesat dan timbul pendarahan, bernafas megap-megap di permukaan air. Pengendalian : memelihara lingkungan perairan agar tetap bersih, termasuk kualitas air. Pengobatan melalui makanan antara lain: (1) Terramycine dengan dosis 50 mg/kg ikan/hari, diberikan selama 7–10 hari berturut-turut. (2) Sulphonamid sebanyak 100 mg/kg ikan/hari selama 3–4 hari.

Penyakit Tuberculosis
Penyebab : bakteri Mycobacterium fortoitum). Gejala : tubuh ikan berwarna gelap, perut bengkak (karena tubercle/bintil-bintil pada hati, ginjal, dan limpa). Posisi berdiri di permukaan air, berputar-putar atau miring-miring, bintik putih di sekitar mulut dan sirip. Pengendalian: memperbaiki kualitas air dan lingkungan kolam. Pengobatan : dengan Terramycin dicampur dengan makanan 5–7,5 gram/100 kg ikan/hari selama 5–15 hari.

Penyakit karena jamur/candawan Saprolegnia.
Jamur ini tumbuh menjadi saprofit pada jaringan tubuh yang mati atau ikan yang kondisinya lemah. Gejala : ikan ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas, pada daerah luka atau ikan yang sudah lemah, menyerang daerah kepala tutup insang, sirip, dan tubuh lainnya. Penyerangan pada telur, maka telur tersebut diliputi benang seperti kapas.  Pengendalian : benih gelondongan dan ikan dewasa direndam pada Malachyte Green Oxalate 2,5–3 ppm selama 30 menit dan telur direndam Malachyte Green Oxalate 0,1–0,2 ppm selama 1 jam atau 5–10 ppm selama 15 menit.

Penyakit Bintik Putih dan Gatal/Trichodiniasis
Penyebab : parasit dari golongan Ciliata, bentuknya bulat, kadang-kadang amuboid, mempunyai inti berbentuk tapal kuda, disebut Ichthyophthirius multifilis. Gejala : (1) ikan yang diserang sangat lemah dan selalu timbul di permukaan air; (2) terdapat bintik-bintik berwarna putih pada kulit, sirip dan insang; (3) ikan sering menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau dinding kolam.  Pengendalian : air harus dijaga kualitas dan kuantitasnya. Pengobatan : dengan cara perendaman ikan yang terkena infeksi pada campuran larutan Formalin 25 cc/m3 dengan larutan Malachyte Green Oxalate 0,1 gram/m3 selama 12–24 jam, kemudian ikan diberi air yang segar. Pengobatan diulang setelah 3 hari.

Penyakit Cacing Trematoda
Penyebab : cacing kecil Gyrodactylus dan Dactylogyrus. Cacing Dactylogyrus menyerang insang, sedangkan cacing Gyrodactylus menyerang kulit dan sirip. Gejala : insang yang dirusak menjadi luka-luka, kemudian timbul pendarahan yang akibatnya pernafasan terganggu. Pengendalian : (1) direndam Formalin 250 cc/m3 air selama 15 menit; (2) Methyline Blue 3 ppm selama 24 jam; (3) mencelupkan tubuh ikan ke dalam larutan Kalium -Permanganat (KMnO4) 0,01% selama  30 menit; (4) memakai larutan NaCl 2% selama  30 menit; (5) dapat juga memakai larutan NH4OH 0,5% selama  10 menit.

Parasit Hirudinae
Penyebab : lintah Hirudinae, cacing berwarna merah kecoklatan.  Gejala : pertumbuhannya lambat, karena darah terhisap oleh parasit, sehingga menyebabkan anemia/kurang darah. Pengendalian : selalu diamati pada saat mengurangi padat tebar dan dengan larutan Diterex 0,5 ppm.

Hama Kolam/Tambak
Apabila lele menunjukkan tanda-tanda sakit, harus dikontrol factor penyebabnya, kemudian kondisi tersebut harus segera diubah, misalnya :
Bila suhu terlalu tinggi, kolam diberi peneduh sementara dan air diganti dengan yang suhunya lebih dingin.
Bila pH terlalu rendah, diberi larutan kapur 10 gram/100 l air.
Bila kandungan gas-gas beracun (H2S, CO2), maka air harus segera diganti.
Bila makanan kurang, harus ditambah dosis makanannya.

PANEN
Penangkapan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan:
Lele dipanen pada umur 6-8 bulan, kecuali bila dikehendaki, sewaktu-waktu dapat dipanen. Berat rata-rata pada umur tersebut sekitar 200 gram/ekor.
Pada lele Dumbo, pemanenan dapat dilakukan pada masa pemeliharaan 3-4 bulan dengan berat 200-300 gram per ekornya. Apabila waktu pemeliharaan ditambah 5-6 bulan akan mencapai berat 1-2 kg dengan panjang 60-70 cm.
Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak terlalu kepanasan.
Kolam dikeringkan sebagian saja dan ikan ditangkap dengan menggunakan seser halus, tangan, lambit, tangguh atau jaring.
Bila penangkapan menggunakan pancing, biarkan lele lapar lebih dahulu.
Bila penangkapan menggunakan jaring, pemanenan dilakukan bersamaan dengan pemberian pakan, sehingga lele mudah ditangkap.
Setelah dipanen, piaralah dulu lele tersebut di dalam tong/bak/hapa selama 1-2 hari tanpa diberi makan agar bau tanah dan bau amisnya hilang.
Lakukanlah penimbangan secepat mungkin dan cukup satu kali.

Pembersihan
Setelah ikan lele dipanen, kolam harus dibersihkan dengan cara:
Kolam dibersihkan dengan cara menyiramkan/memasukkan larutan kapur sebanyak 20-200 gram/m2 pada dinding kolam sampai rata.
Penyiraman dilanjutkan dengan larutan formalin 40% atau larutan permanganat kalikus (PK) dengan cara yang sama.
Kolam dibilas dengan air bersih dan dipanaskan atau dikeringkan dengan sinar matahari langsung. Hal ini dilakukan untuk membunuh penyakit yang ada di kolam.

PASCAPANEN
Setelah dipanen, lele dibersihkan dari lumpur dan isi perutnya. Sebelum dibersihkan sebaiknya lele dimatikan terlebih dulu dengan memukul kepalanya memakai muntu atau kayu.
Saat mengeluarkan kotoran, jangan sampai memecahkan empedu, karena dapat menyebabkan daging terasa pahit.
Setelah isi perut dikeluarkan, ikan lele dapat dimanfaatkan untuk berbagai ragam masakan.

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas
Read more "Budidaya Lele..."

 
Free Auto BacklinkFree Auto BacklinkFree Auto Backlink

Great Morning ©  Copyright by BUDIDAYAKU | Template by Blogger Templates | Privacy Policy