Your Ad Here

Budidaya Lele

PENDAHULUAN
Lele (Clarias) merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin. Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), ca tre trang (Jepang). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish.
Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungaidengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Ikan lele bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam ikan lele memijah pada musim penghujan.



JENIS
Klasifikasi ikan lele menurut Hasanuddin Saanin dalam Djatmika et al (1986) adalah:
Kingdom    : Animalia
Sub-kingdom    : Metazoa
Phyllum    : Chordata
Sub-phyllum    : Vertebrata
Klas        : Pisces
Sub-klas    : Teleostei
Ordo        : Ostariophysi
Sub-ordo    : Siluroidea
Familia    : Clariidae
Genus        : Clarias

Di Indonesia ada 6 (enam) jenis ikan lele yang dapat dikembangkan:
Clarias batrachus, dikenal sebagai ikan lele (Jawa), ikan kalang (Sumatera Barat), ikan maut (Sumatera Utara), dan ikan pintet (Kalimantan Selatan). Clarias teysmani, dikenal sebagai lele Kembang (Jawa Barat), Kalang putih (Padang).
Clarias melanoderma, yang dikenal sebagai ikan duri (Sumatera Selatan), wais (Jawa Tengah), wiru (Jawa Barat).
Clarias nieuhofi, yang dikenal sebagai ikan lindi (Jawa), limbat (Sumatera Barat), kaleh (Kalimantan Selatan).
Clarias loiacanthus, yang dikenal sebagai ikan keli (Sumatera Barat), ikan penang (Kalimantan Timur).
Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele Dumbo (Lele Domba), King cat fish, berasal dari Afrika.

PERSYARATAN LOKASI
Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos, berlumpur dan subur. Lahan yang dapat digunakan untuk budidaya lele dapat berupa: sawah, kecomberan, kolam pekarangan, kolam ebun, dan blumbang.
Ikan lele hidup dengan baik di daerah dataran rendah sampai daerah yang tingginya maksimal 700 m dpl.
Elevasi tanah dari permukaan sumber air dan kolam adalah 5-10%.
Lokasi untuk pembuatan kolam harus berhubungan langsung atau dekat dengan sumber air dan tidak dekat dengan jalan raya.
Lokasi untuk pembuatan kolam hendaknya di tempat yang teduh, tetapi tidak berada di bawah pohon yang daunnya mudah rontok.
Ikan lele dapat hidup pada suhu 200 C, dengan suhu optimal antara 25-280C. Sedangkan untuk pertumbuhan larva diperlukan kisaran suhu antara 26-300C dan untuk pemijahan 24-280 C.
Ikan lele dapat hidup dalam perairan agak tenang dan kedalamannya cukup, sekalipun kondisi airnya jelek, keruh, kotor dan miskin zat O2.
Perairan tidak boleh tercemar oleh bahan kimia, limbah industri, merkuri, atau mengandung kadar minyak atau bahan lainnya yang dapat mematikan ikan.
Perairan yang banyak mengandung zat-zat yang dibutuhkan ikan dan bahan makanan alami. Perairan tersebut bukan perairan yang rawan banjir.
Permukaan perairan tidak boleh tertutup rapat oleh sampah atau daun-daunan hidup, seperti enceng gondok.
Mempunyai pH 6,5–9; kesadahan (derajat butiran kasar ) maksimal 100 ppm dan optimal 50 ppm; turbidity (kekeruhan) bukan lumpur antara 30–60 cm; kebutuhan O2 optimal pada range yang cukup lebar, dari 0,3 ppm untuk yang dewasa sampai jenuh untuk burayak; dan kandungan CO2 kurang dari 12,8 mg/liter, amonium terikat 147,29-157,56 mg/liter.

Persyaratan untuk pemeliharaan ikan lele di keramba :
Sungai atau saluran irigasi tidak curam, mudah dikunjungi/dikontrol.
Dekat dengan rumah pemeliharaannya.
Lebar sungai atau saluran irigasi antara 3-5 meter.
Sungai atau saluran irigasi tidak berbatu-batu, sehingga keramba mudah dipasang.
Kedalaman air 30-60 cm.

TEKNIS BUDIDAYA
Penyiapan Sarana dan Peralatan
Dalam pembuatan kolam pemeliharaan ikan lele sebaiknya ukurannya tidak terlalu luas. Hal ini untuk memudahkan pengontrolan dan pengawasan. Bentuk ukuran kolam pemeliharaan bervariasi, tergantung selera pemilik dan lokasinya. Tetapi sebaiknya bagian dasar dan dinding kolam dibuat permanen. Pada minggu ke 1-6 air harus dalam keadaan jernih kolam, bebas dari pencemaran maupun fitoplankton. Ikan pada usia 7-9 minggu kejernihan airnya harus dipertahankan. Pada minggu 10, air dalam batas-batas tertentu masih diperbolehkan. Kekeruhan menunjukkan kadar bahan padat yang melayang dalam air (plankton). Alat untuk mengukur kekeruhan air disebut secchi. Prakiraan kekeruhan air berdasarkan usia lele (minggu) sesuai angka secchi :
Usia 10-15 minggu, angka secchi = 30-50
Usia 16-19 minggu, angka secchi = 30-40
Usia 20-24 minggu, angka secchi = 30

Penyiapan Bibit
Pemilihan Induk
Ciri-ciri induk lele jantan:
Kepalanya lebih kecil dari induk ikan lele betina.
Warna kulit dada agak tua bila dibanding induk ikan lele betina.
Urogenital papilla (kelamin) agak menonjol, memanjang ke arah belakang, terletak di belakang anus, dan warna kemerahan.
Gerakannya lincah, tulang kepala pendek dan agak gepeng (depress).
Perutnya lebih langsing dan kenyal bila dibanding induk ikan lele betina.
Bila bagian perut di stripping secara manual dari perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan putih kental (spermatozoa-mani).
Kulit lebih halus dibanding induk ikan lele betina.

Ciri-ciri induk lele betina
Kepalanya lebih besar dibanding induk lele jantan.
Warna kulit dada agak terang.
Urogenital papilla (kelamin) berbentuk oval (bulat daun), berwarna kemerahan, lubangnya agak lebar dan terletak di belakang anus.
Gerakannya lambat, tulang kepala pendek dan agak cembung.
Perutnya lebih gembung dan lunak.
Bila bagian perut di stripping secara manual dari bagian perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan kekuning-kuningan (ovum/telur).

Syarat induk lele yang baik:
Kulitnya lebih kasar dibanding induk lele jantan.
Induk lele diambil dari lele yang dipelihara dalam kolam sejak kecil supaya terbiasa hidup di kolam.
Berat badannya berkisar antara 100-200 gram, tergantung kesuburan badan dengan ukuran panjang 20-5 cm.
Bentuk badan simetris, tidak bengkok, tidak cacat, tidak luka, dan lincah.
Umur induk jantan di atas tujuh bulan, sedangkan induk betina berumur satu tahun.
Frekuensi pemijahan bisa satu bula sekali, dan sepanjang hidupnya bisa memijah lebih dari 15 kali dengan syarat apabila makanannya mengandung cukup protein.

Ciri-ciri induk lele siap memijah adalah calon induk terlihat mulai berpasang-pasangan, kejar-kejaran antara yang jantan dan yang betina. Induk tersebut segera ditangkap dan ditempatkan dalam kolam tersendiri untuk dipijahkan.

Perawatan induk lele:
Selama masa pemijahan dan masa perawatan, induk ikan lele diberi makanan yang berkadar protein tinggi seperti cincangan daging bekicot, larva lalat/belatung, rayap atau makanan buatan (pellet). Ikan lele membutuhkan pellet dengan kadar protein yang relative tinggi, yaitu 60%. Cacing sutra kurang baik untuk makanan induk lele, karena kandungan lemaknya tinggi. Pemberian cacing sutra harus dihentikan seminggu menjelang perkawinan atau pemijahan.
Makanan diberikan pagi hari dan sore hari dengan jumlah 5-10% dari berat total ikan.
Setelah benih berumur seminggu, induk betina dipisahkan, sedangkan induk jantan dibiarkan untuk menjaga anak-anaknya. Induk jantan baru bisa dipindahkan apabila anak-anak lele sudah berumur 2 minggu.
Segera pisahkan induk-induk yang mulai lemah atau yang terserang penyakit untuk segera diobati.
Mengatur aliran air masuk yang bersih, walaupun kecepatan aliran tidak perlu deras, cukup 5-6 liter/menit.

Pemijahan di Kolam Pemijahan
Kolam induk:
Kolam dapat berupa tanah seluruhnya atau tembok sebagian dengan dasar tanah.
Luas bervariasi, minimal 50 m2.
Kolam terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian dangkal (70%) dan bagian dalam (kubangan) 30 % dari luas kolam. Kubangan ada di bagian tengah kolam dengan kedalaman 50-60 cm, berfungsi untuk bersembunyi induk, bila kolam disurutkan airnya.
Pada sisi-sisi kolam ada sarang peneluran dengan ukuran 30x30x25 cm3, dari tembok yang dasarnya dilengkapi saluran pengeluaran dari pipa paralon diamneter 1 inchi untuk keluarnya banih ke kolam pendederan.
Setiap sarang peneluran mempunyai satu lubang yang dibuat dari pipa paralon (PVC) ukuran  4 inchi untuk masuknya induk-induk lele.
Jarak antar sarang peneluran 1 m.
Kolam dikapur merata, lalu tebarkan pupuk kandang (kotoran ayam) sebanyak 500-750 gram/m2.
Airi kolam sampai batas kubangan, biarkan selama 4 hari.

Kolam Rotifera (cacing bersel tunggal):
Letak kolam rotifera di bagian atas dari kolam induk berfungsi untuk menumbuhkan makanan alami ikan (rotifera).
Kolam rotifera dihubungkan ke kolam induk dengan pipa paralon untuk mengalirkan rotifera.
Kolam rotifera diberi pupuk organik untuk memenuhi persyaratan tumbuhnya rotifera.
Luas kolam 10 m2.

Pemijahan :
Siapkan induk lele betina sebanyak 2 x jumlah sarang yang tersedia dan induk jantan sebanyak jumlah sarang; atau satu pasang per sarang; atau satu pasang per 2-4 m2 luas kolam (pilih salah satu).
Masukkan induk yang terpilih ke kubangan, setelah kubangan diairi
selama 4 hari.
Beri/masukkan makanan yang berprotein tinggi setiap hari seperti cacing, ikan rucah, pellet dan semacamnya, dengan dosis (jumlah berat makanan) 2-3% dari berat total ikan yang ditebarkan .
Biarkan sampai 10 hari.
Setelah induk dalam kolam selama 10 hari, air dalam kolam dinaikkan sampai 10-15 cm di atas lubang sarang peneluran atau kedalaman air dalam sarang sekitar 20-25 cm. Biarkan sampai 10 hari. Pada saat ini induk tak perlu diberi makan, dan diharapkan selama 10 hari berikutnya induk telah memijah dan bertelur. Setelah 24 jam, telur telah menetas di sarang, terkumpullah benih lele. Induk lele yang baik bertelur 2-3 bulan satu kali bila makanannya baik dan akan bertelur terus sampai umur 5 tahun.
Benih lele dikeluarkan dari sarnag ke kolam pendederan dengan cara: air kolam disurutkan sampai batas kubangan, lalu benih dialirkan melalui pipa pengeluaran.
Benih-benih lele yang sudah dipindahkan ke kolam pendederan diberi makanan secara intensif, ukuran benih 1-2 cm, dengan kepadatan 60 -100 ekor/m2.
Dari seekor induk lele dapat menghasilkan 2000 ekor benih lele. Pemijahan induk lele biasanya terjadi pada sore hari atau malam hari.

Pemijahan di Bak Pemijahan Secara Berpasangan
Penyiapan bak pemijahan secara berpasangan:
Buat bak dari semen atau teraso dengan ukuran 1 x 1 m atau 1 x 2 m dan tinggi 0,6 m.
Di dalam bak dilengkapi kotak dari kayu ukuran 25 x 40x30 cm tanpa dasar sebagai sarang pemijahan. Di bagian atas diberi lubang dan diberi tutup untuk melihat adanya telur dalam sarang. Bagian depan kotak/sarang pemijahan diberi enceng gondok supaya kotak menjadi gelap.
Sarang pemijahan dapat dibuat pula dari tumpukan batu bata atau ember plastik atau barang bekas lain yang memungkinkan.
Sarang bak pembenihan diberi ijuk dan kerikil untuk menempatkan telur hasil pemijahan.
Sebelum bak digunakan, bersihkan/cuci dengan air dan bilas dengan formalin 40 % atau KMnO4 (dapat dibeli di apotik); kemudian bilas lagi dengan air bersih dan keringkan.

Pemijahan:
 Tebarkan 1 (satu) pasang induk dalam satu bak setelah bak diisi air setinggi   25 cm. Sebaiknya airnya mengalir. Penebaran dilakukan pada jam 14.00–16.00.
Biarkan induk selama 5-10 hari, beri makanan yang intensif. Setelah 10 hari, diharapkan sepasang induk ini telah memijah, bertelur dan dalam waktu 24 jam telur-telur telah menetas. Telur-telur yang baik adalah yang berwarna kuning cerah.
Beri makanan anak-anak lele yang masih kecil (stadium larva) tersebut berupa kutu air atau anak nyamuk dan setelah agak besar dapat diberi cacing dan telur rebus.

Pemijahan di Bak Pemijahan Secara Masal
Penyiapan bak pemijahan secara masal:
Buat bak dari semen seluas 20 m2 atau 50 m2, ukuran 2x10 m2 atau 5x10 m2.
Di luar bak, menempel dinding bak dibuat sarang pemijahan ukuran 30x30x30 cm3, yang dilengkapi dengan saluran pengeluaran benih dari paralon (PVC) berdiameter 1 inchi. Setiap sarang dibuatkan satu lubang dari paralon berdiameter 4 inchi.
Dasar sarang pemijahan diberi ijuk dan kerikil untuk tempat menempel telur hasil pemijahan.
Sebelum digunakan, bak dikeringkan dan dibilas dengan larutan desinfektan atau formalin, lalu dibilas dengan air bersih; kemudian keringkan.

Pemijahan:
Tebarkan induk lele yang terpilih (matang telur) dalam bak pembenihan sebanyak 2xjumlah sarang , induk jantan sama banyaknya dengan induk betina atau dapat pula ditebarkan 25-50 pasang untuk bak seluas 50 m2 (5x10 m2), setelah bak pembenihan diairi setinggi 1 m.
Setelah 10 hari induk dalam bak, surutkan air sampai ketinggian 50-60 cm, induk beri makan secara intensif.
Sepuluh hari kemudian, air dalam bak dinaikkan sampai di atas lubang sarang sehingga air dalam sarang mencapai ketinggian 20-25 cm.
Saat air ditinggikan diharapkan induk-induk berpasangan masuk sarang pemijahan, memijah dan bertelur. Biarkan sampai 10 hari.
Sepuluh hari kemudian air disurutkan lagi, dan diperkirakan telur-telur dalam sarang  pemijahan telah menetas dan menjadi benih lele.
Benih lele dikeluarkan melalui saluran pengeluaran benih untuk didederkan di kolam pendederan.

Pemijahan Buatan
Cara ini disebut Induced Breeding atau hypophysasi yakni merangsang ikan lele untuk kawin dengan cara memberikan suntikan berupa cairan hormon ke dalam tubuh ikan. Hormon hipophysa berasal dari kelenjar hipophysa, yaitu hormon gonadotropin. Fungsi hormon gonadotropin:
Gametogenesis: memacu kematangan telur dan sperma, disebut Follicel Stimulating Hormon. Setelah 12 jam penyuntikan, telur mengalami ovulasi (keluarnya telur dari jaringan ikat indung telur). Selama ovulasi, perut ikan betina akan membengkak sedikit demi sedikit karena ovarium menyerap air. Saat itu merupakan saat yang baik untuk melakukan pengurutan perut (stripping).

Mendorong nafsu sex (libido)
Kolam untuk pendederan:
Bentuk kolam pada minggu 1-2, lebar 50 cm, panjang 200 cm, dan tinggi 50 cm. Dinding kolam dibuat tegak lurus, halus, dan licin, sehingga apabila bergesekan dengan tubuh benih lele tidak akan melukai. Permukaan lantai agak miring menuju pembuangan air. Kemiringan dibuat beda 3 cm di antara kedua ujung lantai, di mana yang dekat tempat pemasukan air lebih tinggi. Pada lantai dipasang pralon dengan diameter 3-5 cm dan panjang 10 m.
Kira-kira 10 cm dari pengeluaran air dipasang saringan yang dijepit dengan 2 bingkai kayu tepat dengan permukaan dalam dinding kolam. Di antara 2 bingkai dipasang selembar kasa nyamuk dari bahan plastic berukuran mess 0,5-0,7 mm, kemudian dipaku.
Setiap kolam pendederan dipasang pipa pemasukan dan pipa air untuk mengeringkan kolam. Pipa pengeluaran dihubungkan dengan pipa plastik yang dapat berfungsi untuk mengatur ketinggian air kolam. Pipa plastik tersebut dikaitkan dengan suatu pengait sebagai gantungan.
Minggu ketiga, benih dipindahkan ke kolam pendederan yang lain.Pengambilannya tidak boleh menggunakan jaring, tetapi dengan mengatur ketinggian pipa plastik.

Kolam pendederan yang baru berukuran 100 x 200 x 50 cm, dengan bentuk dan konstruksi sama dengan yang sebelumnya.
Penjarangan:
Penjarangan adalah mengurangi padat penebaran yang dilakukan karena ikan lele berkembang ke arah lebih besar, sehingga volume ratio antara lele dengan kolam tidak seimbang. Apabila tidak dilakukan penjarangan dapat mengakibatkan :
Ikan berdesakan, sehingga tubuhnya akan luka.
Terjadi perebutan ransum makanan dan suatu saat dapat memicu mumculnya kanibalisme (ikan yang lebih kecil dimakan oleh ikan yang lebih besar).
Suasana kolam tidak sehat oleh menumpuknya CO2 dan NH3, dan O2 kurang sekali sehingga pertumbuhan ikan lele terhambat.

Cara penjarangan pada benih ikan lele :
Minggu 1-2, kepadatan tebar 5000 ekor/m2
Minggu 3-4, kepadatan tebar 1125 ekor/m2
Minggu 5-6, kepadatan tebar 525 ekor/m2

Pemberian pakan:
Hari pertama sampai ketiga, benih lele mendapat makanan dari kantong kuning telur (yolk sac) yang dibawa sejak menetas.
Hari keempat sampai minggu kedua diberi makan zooplankton, yaitu Daphnia dan Artemia yang mempunyai protein 60%. Makanan tersebut diberikan dengan dosis 70% x biomassa setiap hari yang dibagi dalam 4 kali pemberian. Makanan ditebar disekitar tempat pemasukan air. Kira-kira 2-3 hari sebelum pemberian pakan zooplankton berakhir, benih lele harus dikenalkan dengan makanan dalam bentuk tepung yang berkadar protein 50%. Sedikit dari tepung tersebut diberikan kepada benih 10-15 menit sebelum pemberian zooplankton. Makanan yang berupa teoung dapat terbuat dari campuran kuning telur, tepung udang dan sedikit bubur nestum.
Minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari.
Minggu keempat dan kelima diberi pakan sebanyak 32% x biomassa setiap hari.
Minggu kelima diberi pakan sebanyak 21% x biomassa setiap hari.
Minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari.
Minggu keenam sudah bisa dicoba dengan pemberian pelet apung.

Pengepakan dan pengangkutan benih
Cara tertutup:
Kantong plastik yang kuat diisi air bersih dan benih dimasukkan sedikit demi sedikit. Udara dalam plastik dikeluarkan. O2 dari tabung dimasukkan ke dalam air sampai volume udara dalam plastik 1/3–1/4 bagian. Ujung plastik segera diikat rapat.
Plastik berisi benih lele dimasukkan dalam kardus atau peti supaya tidak mudah pecah.

Cara terbuka dilakukan bila jarak tidak terlalu jauh:
Benih lele dilaparkan terlebih dahulu agar selama pengangkutan, air tidak keruh oleh kotoran lele. (Untuk pengangkutan lebih dari 5 jam).
Tempat lele diisi dengan air bersih, kemudian benih dimasukkan sedikit demi sedikit. Jumlahnya tergantung ukurannya. Benih ukuran 10 cm dapat diangkut dengan kepadatan maksimal 10.000/m3 atau 10 ekor/liter. Setiap 4 jam, seluruh air diganti di tempat yang teduh.

Pemeliharaan Pembesaran
Sebelum digunakan kolam dipupuk dulu. Pemupukan bermaksud untuk menumbuhkan plankton hewani dan nabati yang menjadi makanan alami bagi benih lele.
Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam) dengan dosis 500-700 gram/m2. Dapat pula ditambah urea 15 gram/m2, TSP 20 gram/m2, dan amonium nitrat 15 gram/m2. Selanjutnya dibiarkan selama 3 hari.
Kolam diisi kembali dengan air segar. Mula-mula 30-50 cm dan dibiarkan selama satu minggu sampai warna air kolam berubah menjadi coklat atau kehijauan yang menunjukkan mulai banyak jasad-jasad renik yang tumbuh sebagai makanan alami lele.
Secara bertahap ketinggian air ditambah, sebelum benih lele ditebar.

Pemberian Pakan
Makanan Alami 
Makanan alamiah yang berupa Zooplankton, larva, cacing-cacing, dan serangga air.
Makanan berupa fitoplankton adalah Gomphonema spp (gol. Diatome), Anabaena spp (gol. Cyanophyta), Navicula spp (gol. Diatome), ankistrodesmus spp (gol. Chlorophyta).
Ikan lele juga menyukai makanan busuk yang berprotein.
Ikan lele juga menyukai kotoran yang berasal dari kakus.

Makanan Tambahan
Pemeliharaan di kecomberan dapat diberi makanan tambahan berupa sisa-sisa makanan keluarga, daun kubis, tulang ikan, tulang ayam yang dihancurkan, usus ayam, dan bangkai.
Campuran dedak dan ikan rucah (9:1) atau campuran bekatul, jagung, dan bekicot (2:1:1).

Makanan Buatan (Pellet)
Komposisi bahan (% berat): tepung ikan=27,00; bungkil kacang kedele=20,00; tepung terigu=10,50; bungkil kacang tanah=18,00; tepung kacang hijau=9,00; tepung darah=5,00; dedak=9,00; vitamin=1,00; mineral=0,500;

Proses pembuatan:
Dengan cara menghaluskan bahan-bahan, dijadikan adonan seperti pasta, dicetak dan dikeringkan sampai kadar airnya kurang dari 10%. Penambahan lemak dapat diberikan dalam bentuk minyak yang dilumurkan pada pellet sebelum diberikan kepada lele. Lumuran minyak juga dapat memperlambat pellet tenggelam.

Cara pemberian pakan:
Pellet mulai dikenalkan pada ikan lele saat umur 6 minggu dan diberikan pada ikan lele 10-15 menit sebelum pemberian makanan yang berbentuk tepung.
Pada minggu 7 dan seterusnya sudah dapat langsung diberi makanan yang berbentuk pellet.
Hindarkan pemberian pakan pada saat terik matahari, karena suhu tinggi dapat mengurangi nafsu makan lele.

Pemberian Vaksinasi

Cara-cara vaksinasi sebelum benih ditebarkan:
Untuk mencegah penyakit karena bakteri, sebelum ditebarkan, lele yang berumur 2 minggu dimasukkan dulu ke dalam larutan formalin dengan dosis 200 ppm selama 10-15 menit. Setelah divaksinasi lele tersebut akan kebal selama 6 bulan.
Pencegahan penyakit karena bakteri juga dapat dilakukan dengan menyutik dengan terramycin 1 cc untuk 1 kg induk.
Pencegahan penyakit karena jamur dapat dilakukan dengan merendam lele dalam larutan Malachite Green Oxalate 2,5–3 ppm selama 30 menit.

Pemeliharaan Kolam/Tambak
Kolam diberi perlakuan pengapuran dengan dosis 25-200 gram/m2 untuk memberantas hama dan bibit penyakit.
Air dalam kolam/bak dibersihkan 1 bulan sekali dengan cara mengganti semua air kotor tersebut dengan air bersih yang telah diendapkan 2 malam. Kolam yang telah terjangkiti penyakit harus segera dikeringkan dan dilakukan pengapuran dengan dosis 200 gram/m2 selama satu minggu. Tepung kapur (CaO) ditebarkan merata di dasar kolam, kemudian dibiarkan kering lebih lanjut sampai tanah dasar kolam retak-retak.

HAMA DAN PENYAKIT
Hama pada lele adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan lele.
Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang lele antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air, ikan gabus dan belut.
Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan lele secara intensif tidak banyak diserang hama.
Penyakit parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.

Penyakit karena bakteri Aeromonas hydrophilla dan Pseudomonas hydrophylla
Bentuk bakteri ini seperti batang dengan polar flage (cambuk yang terletak di ujung batang), dan cambuk ini digunakan untuk bergerak, berukuran 0,7–0,8 x 1–1,5 mikron. Gejala : iwarna tubuh menjadi gelap, kulit kesat dan timbul pendarahan, bernafas megap-megap di permukaan air. Pengendalian : memelihara lingkungan perairan agar tetap bersih, termasuk kualitas air. Pengobatan melalui makanan antara lain: (1) Terramycine dengan dosis 50 mg/kg ikan/hari, diberikan selama 7–10 hari berturut-turut. (2) Sulphonamid sebanyak 100 mg/kg ikan/hari selama 3–4 hari.

Penyakit Tuberculosis
Penyebab : bakteri Mycobacterium fortoitum). Gejala : tubuh ikan berwarna gelap, perut bengkak (karena tubercle/bintil-bintil pada hati, ginjal, dan limpa). Posisi berdiri di permukaan air, berputar-putar atau miring-miring, bintik putih di sekitar mulut dan sirip. Pengendalian: memperbaiki kualitas air dan lingkungan kolam. Pengobatan : dengan Terramycin dicampur dengan makanan 5–7,5 gram/100 kg ikan/hari selama 5–15 hari.

Penyakit karena jamur/candawan Saprolegnia.
Jamur ini tumbuh menjadi saprofit pada jaringan tubuh yang mati atau ikan yang kondisinya lemah. Gejala : ikan ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas, pada daerah luka atau ikan yang sudah lemah, menyerang daerah kepala tutup insang, sirip, dan tubuh lainnya. Penyerangan pada telur, maka telur tersebut diliputi benang seperti kapas.  Pengendalian : benih gelondongan dan ikan dewasa direndam pada Malachyte Green Oxalate 2,5–3 ppm selama 30 menit dan telur direndam Malachyte Green Oxalate 0,1–0,2 ppm selama 1 jam atau 5–10 ppm selama 15 menit.

Penyakit Bintik Putih dan Gatal/Trichodiniasis
Penyebab : parasit dari golongan Ciliata, bentuknya bulat, kadang-kadang amuboid, mempunyai inti berbentuk tapal kuda, disebut Ichthyophthirius multifilis. Gejala : (1) ikan yang diserang sangat lemah dan selalu timbul di permukaan air; (2) terdapat bintik-bintik berwarna putih pada kulit, sirip dan insang; (3) ikan sering menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau dinding kolam.  Pengendalian : air harus dijaga kualitas dan kuantitasnya. Pengobatan : dengan cara perendaman ikan yang terkena infeksi pada campuran larutan Formalin 25 cc/m3 dengan larutan Malachyte Green Oxalate 0,1 gram/m3 selama 12–24 jam, kemudian ikan diberi air yang segar. Pengobatan diulang setelah 3 hari.

Penyakit Cacing Trematoda
Penyebab : cacing kecil Gyrodactylus dan Dactylogyrus. Cacing Dactylogyrus menyerang insang, sedangkan cacing Gyrodactylus menyerang kulit dan sirip. Gejala : insang yang dirusak menjadi luka-luka, kemudian timbul pendarahan yang akibatnya pernafasan terganggu. Pengendalian : (1) direndam Formalin 250 cc/m3 air selama 15 menit; (2) Methyline Blue 3 ppm selama 24 jam; (3) mencelupkan tubuh ikan ke dalam larutan Kalium -Permanganat (KMnO4) 0,01% selama  30 menit; (4) memakai larutan NaCl 2% selama  30 menit; (5) dapat juga memakai larutan NH4OH 0,5% selama  10 menit.

Parasit Hirudinae
Penyebab : lintah Hirudinae, cacing berwarna merah kecoklatan.  Gejala : pertumbuhannya lambat, karena darah terhisap oleh parasit, sehingga menyebabkan anemia/kurang darah. Pengendalian : selalu diamati pada saat mengurangi padat tebar dan dengan larutan Diterex 0,5 ppm.

Hama Kolam/Tambak
Apabila lele menunjukkan tanda-tanda sakit, harus dikontrol factor penyebabnya, kemudian kondisi tersebut harus segera diubah, misalnya :
Bila suhu terlalu tinggi, kolam diberi peneduh sementara dan air diganti dengan yang suhunya lebih dingin.
Bila pH terlalu rendah, diberi larutan kapur 10 gram/100 l air.
Bila kandungan gas-gas beracun (H2S, CO2), maka air harus segera diganti.
Bila makanan kurang, harus ditambah dosis makanannya.

PANEN
Penangkapan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan:
Lele dipanen pada umur 6-8 bulan, kecuali bila dikehendaki, sewaktu-waktu dapat dipanen. Berat rata-rata pada umur tersebut sekitar 200 gram/ekor.
Pada lele Dumbo, pemanenan dapat dilakukan pada masa pemeliharaan 3-4 bulan dengan berat 200-300 gram per ekornya. Apabila waktu pemeliharaan ditambah 5-6 bulan akan mencapai berat 1-2 kg dengan panjang 60-70 cm.
Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak terlalu kepanasan.
Kolam dikeringkan sebagian saja dan ikan ditangkap dengan menggunakan seser halus, tangan, lambit, tangguh atau jaring.
Bila penangkapan menggunakan pancing, biarkan lele lapar lebih dahulu.
Bila penangkapan menggunakan jaring, pemanenan dilakukan bersamaan dengan pemberian pakan, sehingga lele mudah ditangkap.
Setelah dipanen, piaralah dulu lele tersebut di dalam tong/bak/hapa selama 1-2 hari tanpa diberi makan agar bau tanah dan bau amisnya hilang.
Lakukanlah penimbangan secepat mungkin dan cukup satu kali.

Pembersihan
Setelah ikan lele dipanen, kolam harus dibersihkan dengan cara:
Kolam dibersihkan dengan cara menyiramkan/memasukkan larutan kapur sebanyak 20-200 gram/m2 pada dinding kolam sampai rata.
Penyiraman dilanjutkan dengan larutan formalin 40% atau larutan permanganat kalikus (PK) dengan cara yang sama.
Kolam dibilas dengan air bersih dan dipanaskan atau dikeringkan dengan sinar matahari langsung. Hal ini dilakukan untuk membunuh penyakit yang ada di kolam.

PASCAPANEN
Setelah dipanen, lele dibersihkan dari lumpur dan isi perutnya. Sebelum dibersihkan sebaiknya lele dimatikan terlebih dulu dengan memukul kepalanya memakai muntu atau kayu.
Saat mengeluarkan kotoran, jangan sampai memecahkan empedu, karena dapat menyebabkan daging terasa pahit.
Setelah isi perut dikeluarkan, ikan lele dapat dimanfaatkan untuk berbagai ragam masakan.

Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas
Read more "Budidaya Lele..."

Budidaya Udang Galah

PENDAHULUAN
Udang Galah (Macrobranchium rosenbergii) termasuk udang asli perairan Indonesia.selain itu ditemukan dibeberapa negara Asia Tenggara terutama di Malaysia. Ada varietas unggul yang dikenal sebagai udang galah gimacro (genetic improvement of macrobranchium rosenbergii) yang memiliki tingkat pertumbuhan lebih cepat. Pada umur lima bulan panjang tubuh udang galah gimacro jantan mencapai 38 cm dengan berat tubuh mencapai 480 gram per ekor. Sedangkan udang galah lokal pada waktu yang sama panjang tubuh hanya mencapai 25-28 cm dengan berat tubuh 200 gram per ekor.



Klasifikasi
Phyllum         : Arthropoda
Kelas             : Crustacea
Ordo            : Caridae
Famili            : Decapoda
Genus            : Macrobrachium
Species        : Macrobrachium rosenbergii
Nama Asing        : Fresh water giant river prawn
Nama Lokal        : Udang galah (Riau dan sebagian Sumatera), udang satang
  (Jawa dan Sunda), udang watang (Sumatera)

Udang galah bersifat omnivora atau pemakan hewan dan tumbuhan. Dihabitatnya udang ini menyukai cacing, udang kecil, larva serangga, siput, umbi-umbian, daun yang lunak, biji-bijian, plankton, dan detritus. Namun setelah dibudidayakan dapat diberi pakan buatan berupa pelet.

CARA BUDIDAYA
Secara umum, udang galah dapat dibudidayakan di tambak yang berair payau dengan kadar garam kurang dari 7% dan kolam berair tawar yang berkadar garam 0%. Udang galah dapat bertahan hidup di daerah dengan ketinggian 1.000 mdpl.

Pembenihan
Pembenihan udang galah dilakukan di hatchery (tempat atau unit pembenihan) yang tertutup untuk menjaga kestabilan suhu. Bobot induk udang galah yang baik minimum 50 gram per ekor dengan panjang 10-20 cm. Unit hatchery dilengkapi dengan bak pembuatan air payau berukuran 2 x 10 m3, bak penyimpanan air payau, penyaring (filter), bak pemeliharaan larva berukuran 800-1.000 m3, bak penetasan pakan alami (artemia), bak penetasan induk, dan bak penampungan larva (juvenil). Sarana lain yang diperlukan di dalam hatchery adalah aliran listrik PLN, genset untuk cadangan listrik, dan blower untuk aerasi.
Induk yang akan digunakan ditempatkan di wadah khusus dari fibreglass atau bak kayu yang berlapis plastik. Bak tersebut diberi aerasi secara terus menerus. Sebelum dilepas ke dalam bak pemeliharaan induk direndam dulu dalam larutan formalin 15-20 ppm selama 30 menit atau larutan CuSO4 0,6 ppm selama 6 jam untuk menjaga serangan penyakit. Setiap meter kubik (m3) air dipelihara 3 ekor induk dengan perbandingan jantan dan betina 1:5. Selama pemeliharaan induk diberi pakan pelet berkadar protein 40%. Jumlah pakan yang diberikan 3-5% dari bobot udang galah dengan frekuensi pemberian 2-4 kali perhari. Setiap sepuluh hari sekali dilakukan pengamatan terhadap induk yang dipelihara.

Induk yang sudah meletakan telur di bawah perutnya dipisahkan dan ditampung di dalam wadah khusus, misalnya bak fibreglass. Awalnya telur akan berwarna kuning muda, kemudian berubah menjadi cokelat tua. Jika sudah berwarna cokelat tua telur tersebut sudah siap ditetaskan. Telur ditetaskan dalam bak fibreglass yang berisi air dengan salinitas 5-10% dan diberi aerasi secara terus menerus. Telur ini akan menetas dalam waktu 24-30 jam. Setelah itu larva dipelihara di dalam bak beton berukuran 5 m3 atau di dalam bak fibreglass yang diaerasi terus menerus. Penggantian air dilakukan 4-5 hari sekali. Volume air yang diganti cukup sepertiga bagian.
Setelah larva berumur 1-2 hari diberi pakan tambahan Naupli artemia yang ditetaskan di wadah terpisah. Larva udang galah juga diberi pakan buatan yang kandungan proteinnya cukup tinggi agar kebutuhan gizi larva tercukupi. Benih udang galah dipanen dalam bentuk udang muda (juwana) dan siap untuk didederkan di tempat lain.

Pendederan
Luas kolam yang digunakan minimum 400 m2. Bentuk kolam biasanya empat persegi panjang dengan kedalaman yang disarankan minimum 1 m. Sebelum digunakan kolam dikeringkan selama 3-5 hari. Pengeringan kolam berguna untuk membunuh hama atau penykit. Setelah dikeringkan kolam dipupuk dengan kotoran ayam sebanyak 250-500 gram/m2, pupuk TSP 5-10 gram/m2, dan pupuk urea 5-10 gram/m2. Selain pupuk kolam juga perlu dikapur dengan dosis 10-20 gram/m2. Pupuk dan kapur ditebarkan merata ke seluruh permukaan tanah dasar kolam.
Sebagai tempat berlindung udang galah, di dasar kolam diberi substrat (tempat menempel atau berlindung) dari daun kelapa, cabang bambu, atau akar tanaman. Selanjutnya kolam diisi air melalui lubang pemasukan air yang telah disaringan. Kolam dibiarkan selama 3-5 hari sampai fitoplankton atau zooplankton tumbuh.
Agar tidak stres larva ditebar pada pagi atau sore hari. Jumlah larva yang ditebar 25-50 ekor/m2. pertumbuhan udang galah bisa dipacu dengan memberikan pakan buatan berupa pelet butiran yang berkadar protein minimum 35%. Jumlah pakan yang diberikan 5-10% dari berat tubuh udang galah per hari dengan frekuensi pemberian pakan 3-4 kali. Udang galah mencapai bobot 1 gram dalam waktu 40-60 hari.

Pembesaran
Pembesaran dilakukan di kolam atau di tambak. Pembesaran dilakukan dengan monokultur (tanpa dicampur dengan jenis ikan lain) agar mendapat hasil yang besar. Sebelum diisi air lumpur di dasar kolam diangkat, kemudian kolam dikeringkan hingga tanah dasarnya retak. Tujuan pengeringan adalah membunuh hama dan penyakit. Derajat keasaman (pH) tanah bisa ditingkatkan dengan penebaran kapur. Jika pH 6,5-7, kapur yang diberikan sebanyak 10-20 gram/m2. Tanah yang memiliki pH 5-6 perlu diberi kapur sebanyak 40-75 gr/m2. Pengapuran berfungsi untuk membunuh hama dan penyakit. Kesuburan kolam dapat ditingkatkan dengan menebarkan pupuk kandang sebanyak 200-500 gram/m2. Setelah dipupuk kolam diisi air setinggi 70 cm. Tiga hari kemudian kolam dipupuk lagi dengan urea dan TSP masing-masing 5-10 gram/m2. Benih (juwana) ditebar dengan pada penebarannya 20-35 ekor/m2.
Selama masa pemeliharaan udang galah diberi pelet dengan kandungan protein minimum 25%. Pemberian pakan dilaukan sebanyak 3 kali sehari. Pakan ditempatkan di dalam anco (tempat pakan) yang dibenamkan di pinggir kolam.

Panen
Udang galah dapat dipanen setelah mencapai berat 30 gram/ekor. Biasanya ukuran tersebut diperoleh setelah 5-6 bulan pemeliharaan benih ukuran juwana. Panen dilakukan dengan mengeringkan kolam agar udang berkumpul di dalam kamalir, sehingga mudah ditangkap dengan tangan atau seser.

Sumber : Khairuman, SP dan Khairul Amri, SPi, M.Si.
Read more "Budidaya Udang Galah..."

Budidaya Patin


PENDAHULUAN
Secara umum ada dua jenis patin yang ada di pasaran saat ini yaitu patin lokal dan patin siam. Patin lokal adalah patin asli Indonesia yang berasal dari sungai-sungai besar di Sumatera dan kalimantan. Patin siam merupakan jenis ikan patin yang diintroduksi dari Thailand. Berkiut ini klasifikasi dari setiap jenis patin tersebut.

Patin Siam
Phyllum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Siluriformes
Subordo : Siluroidea
Famili : Pangasiidae
Genus : Periopthalmus
Species : periopthalmus sutchi, atau Pangasius sutchi, atau pangasius
hypothalmus
Nama Asing : thai catfish, stripped catfish
Nama Lokal : patin bangkok, lele bangkok, jambal siam




Patin Jambal
Phyllum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Siluriformes
Sub-ordo : Siluroidae
Famili : Pangasiidae
Genus : Pangasius
Species : Pangasius djambal, atau Pangasius pangasius, atau Pangasius spp
Nama Asing : Schilbeid catfish
Nama Lokal : Patin jambal, patin kipar

Patin dapat bertahan hidup di perairtan dengan derajat keasaman yang agak asam (pH rendah) sampai di perairan yang basa (pH tinggi) dengan pH 5-9. Kandungan oksigen (O2) terlarut yang dibutuhkan bagi kehidupan patin adalah 3-6 ppm. Kadar karbondioksida (CO2) yang bisa ditoleran adalah 9-20 ppm. Tingkat alkalinitas yang dibutuhkan 80-250 ppm.



CARA BUDIDAYA
Pembenihan
Pembenihan dilakukan selama 2-3 minggu sejak persiapan induk, pemijahan, sampai menghasilkan benih berukuran 1-2 cm. Pembenihan bisa dilakukan di dalam bak tembok (beton) atau di kolam tanah berukuran 100 m2.
Selama pemeliharaan di kolam, induk patin diberikan pakan tambahan yang cukup mengandung protein. Komposisi pakan untuk induk patin terdiri atas 35% tepung ikan, 30% dedak halus, 25% menir beras, 10% tepung kedelai, serta 0,5% vitamin dan mineral. Campuran bahan pakan tersebut dibuat menjadi pasta dan diberikan sebanyak 5% per hari dari bobot induk selama 5 hari dalam seminggu. Pemberian pakan dilakukan pada pagi dan sore hari. Untuk mempercepat kematangan gonad, dua kali seminggu induk patin diberi pakan ikan rucah atau ikan-ikan yang tidak layak dikonsumsi manusia sebanyak 10% dari bobot induk yang dipelihara.
Larva yang baru menetas di bak penetasan sampai usia 5 hari tidak diberi pakan karena masih memiliki cadangan pakan berupa kuning telur. Pada hari keenam larva dipindah ke tempat pemeliharaan berupa akuarium atau fibreglass selama 2-3 minggu. Selama pemeliharaan mulai hari pertama sampai hari kesepuluh benih patin diberikan pakan tambahan berupa artemia yang telah ditetaskan di tempat terpisah. Pemberian pakan setiap 3-4 jam sekali. Setelah hari kesepuluh benih patin diberi pakan berupa kutu air. (daphnia sp), jentik nyamuk, atau cacing sutera. Jumlah pakan disesuaikan dengan kebutuhan benih.

Pendederan
Pendederan dilakukan dalam dua tahap. Pendederan I dilakukan selama 3 minggu hingga menghasilkan benih berukuran 3-5 cm. Setelah itu dilanjutkan dengan pendederan II selama 3 minggu untuk menghasilkan benih berukuran 5-8 cm. Pendederan dilakukan di kolam tanah atau kolam tembok dengan luas 100-500 m2 atau disesuaikan dengan luas lahan yang ada. Pakan buatan yang cocok untuk pendederan ikan patin adalah pelet bentuk tepung. Pakan tersebut diberikan sebanyak 3-5% per hari dari total berat benih. Pemberian pakan dilakukan pada pagi, siang, sore dan malam hari.

Pembesaran
Pembesaran dilakukan di kolam tanah atau kolam tembok dengan ukuran di sesuaikan dengan luas lahan yang ada, juga dapat dilakukan di karamba jaring apung (KJA). Lamanya waktu pemeliharaan tergantung dari ukuran ikan yang akan dihasilkan. Biasanya pemeliharaan dilakukan selama 3-4 bulan untuk menghasilkan ikan ukuran konsumsi (minimum 300-450 gram per ekor.
Apabila tersedia waktu dan peralatan pakan untuk ikan patin dapat dibuat sendiri dengan komposisi tepung ikan 30%, tepung kedelai 25%, bungkil kelapa 25% dan dedak halus 20%. Komposisi tersebut diperkirakan memiliki kandungan protein sekitar 20%. Jumlah pakan diberikan sebanyak 3-4% dari berat total ikan yang dipelihara dan diberikan pada pagi, siang, sore dan malam hari.

Sumber : Khairuman, SP dan Khairul Amri, SPi, M.Si.
Read more "Budidaya Patin..."

Budidaya Gurame


PENDAHULUAN
Gurame (Osphronemus gouramy) merupakan ikan yang memiliki pertumbuhan agak lambat namun harganya relatif meningkat setiap saat. Jenis ikan ini tidak memerlukan air yang mengalir.Untuk memberi petunjuk bagi masyarakat yang berminat di bawah ini diuraikan tata cara budidayanya. Adapun klasifikasi ikan gurame sebagai berikut :
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Ordo : Labyrinthici
Famili : Anabantidae
Genus : Osphronemus
Spesies : Osphronemus gouramy, Lac
Nama Asing : Gouramy, Giant gouramy
Nama Lokal : Gurame atau guramih (Jawa), gurami, kalau atau kaloi
(Sumatera), kala atau kalui (Kalimantan)



JENIS
Jenis ikan gurame yang dikenal masyarakat berdasarkan bentuk tubuh dan warnanya yaitu:

Gurame Angsa (Soang)
Badan relatif panjang mencapai 65 cm, berat tubuh mencapai 6-12 kg per ekor atau rata-rata 8 kg per ekor. Warna tubuhnya abu-abu dengan sisik relatif lebar.

Gurame Jepang
Badan relatif pendek dan sisik lebih kecil. Ukuran yang dicapai hanya 45 cm dengan berat kurang dari 4,5 kg warna tubuhnya abu-abu kemerahan, terutama di ujung srip-siripnya.

Gurame Blausafir
Warna tubuhnya merah muda cerah, berat maksimum mencapai 2 kg per ekor. Produktivitas telur mencapai 5.000-7.000 butir

Gurame Paris
Warna tubuhnya merah muda cerah, kepala berwarna putih, terdapat bintik-bintik hitam di sekujur tubuhnya. Berat maksimum mencapai 1,5 kg. produktivitas telurnya mencapai 5.000-6.000 butir.

Gurame Porselen
Warna tubuhnya merah muda cerah. Ukuran kepala relatif kecil. Setiap kali pemijahan telur mencapai 10.000 butir. Berat induknya mencapai 1,5-2 kg.

Gurame Bastar
Tubuhnya berwarna agak kehitaman, tetapi kepala berwarna putih, bentuk sisik besar, laju pertumbuhan cepat, produktivitas telur hanya 2.000-3.000 butir setiap kali pemijahan.

Gurami Kapas
Tubuhnya berwarna putih keperakan, sisik besar, pertumbuhan tergolong cepat, berat mencapai 1 kg per ekor dalam waktu 13 bulan sejak menetas, produktivitas telur mencapai 3.000 butir setiap pemijahan.

Gurami Batu
Tubuh berwarna hitam, sisiknya kasar, pertumbuhan lambat dibandingkan dengan jenis lain, berat mencapai 0,5 kg dalam waktu 13 bulan sejak menetas.

MEMILIH INDUK
Induk yang dipakai sebaiknya mencapai umur 3 tahun.Untuk membedakan induk jantan dan betina bisa dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut:

1. Induk betina
Ikan betina mempunyai dasar sirip dada yang gelap atau berwarna kehitaman, warna dagu ikan betina keputih-putihan atau sedikit coklat, jika diletakkan di lantai maka ikan betina tidak menunjukan reaksi apa-apa. Sebaiknya sudah berumur 3-7 tahun.

2. Induk jantan
Ikan jantan mempunyai dasar sirip berwarna terang atau keputih-putihan, mempunyai dagu yang berwarna kuning, lebih tebal daripada betina dan menjulur. Induk jantan apabila diletakkan pada lantai atau tanah akan menunjukan reaksinya dengan cara mengangkat pangkal sirip ekornya ke atas.
Selain mengetahui perbedaan induk jantan dan betina, perlu juga diketahui demi keberhasilan pembenihan gurame ini.
Induk telah berumur 3~7 tahun. Berbeda dengan induk ikan tambakan, induk ikan gurame ini semakin bertambah umurnya akan mengeluarkan telur semakin banyak, perut akan membulat dan relatif panjang dengan warna badan terang. Sisik-sisiknya usahakan tidak cacat/hilang dan masih dalam keadaan tersusun rapi.
Induk betina yang cukup umur dan matang kelamin ditandai dengan perutnya akan membesar ke belakang atau di dekat lubang dubur. Pada lubang anus akan nampak putih kemerah-merahan. Dan apabila kita coba untuk meraba perutnya akan teras lembek.


PEMIJAHAN
Pemasukan air dilakukan pagi-pagi sekali, sehingga menjelang jam 10.00 kolam telah berisi air setengahnya. Induk-induk yang telah lolos seleksi dimasukkan dalam kolam dengan hati-hati dan penuh kasih sayang. Perbandingan jumlah antara induk jantan dan betina biasa 1 : 1 - 14. Dengan harapan induk jantan paling sedikit bisa mengawini dua ekor induk betina dalam satu tarikan.
Setelah dilepaskan dalam kolam pemijahan biasanya induk jantan tidak otomatis langsung membuat sarang, tetapi terlebih dahulu berjalan-jalan, berenang kesana-sini mengenal wilayahnya. Setelah 15 hari sejak dilepaskan, induk jantan biasanya sudah langsung disibukkan oleh kegiatannya membuat sarang.
Garis tengah sarang biasanya kurang lebih 30 cm, yang biasanya dikerjakan oleh induk jantan ini selama seminggu (7 hari). Setelah sarang selesai dibuat, induk jantan cepat-cepat mencari dan merayu induk betina untuk bersama-sama memijah disarang. Induk betina ini akan menyemprotkan telur-telurnya kedalam sarang melalui lubang sarang yang kecil, kemudian jantan akan menyemprotkan spermanya, yang akhirnya terjadilah pembuahan didalam istana ijuk ini. Tidak seperti halnya ikan mas yang pemijahannya hanya beberapa jam saja, pemijahan ikan gurame ini biasanya berlangsung cukup lama. Induk jantan bertugas menjaga sarang selama pemijahan berlangsung. Setelah pemijahan selesai, biasanya giliran induk betina yang bertugas menjaga keturunannya, dengan terlebih dulu menutup lubang sarang dengan ijuk atau rumputan kering.
Dengan nalurinya sebagai orang tua yang baik, biasanya induk betina ini menjaga anaknya dengan tak lupa mengipaskan siripnya terutama sirip ekor kearah sarang. Gerakan sirip induk betina ini akan meningkatkan kandungan oksigen terlarut dalam air. Air dengan kandungan oksigen yang cukup akan membantu menetaskan telur-telur dalam sarang. Sebab seperti diketahui, telurpun butuh oksigen dalam prosesnya menjadi benih ikan. Sementara dengan kasih sayang induk betina menjaga keturunanya, induk jantan akan kembali menyusun sarang dan memikat induk betina yang lainnya untuk melanjutkan keturunannya.
Dari atas kolam kita bisa mengetahui induk-induk yang telah memijah tanpa turun ke kolam dengan melihat adanya bau amis, dan terlihat adanya lapisan minyak tepat di atas sarang pemijahan.

PENETASAN
Penetasan telur bisa dilakukan di paso, aquarium atau pun ember-ember plastik. Cara memindahkan telur dari dalam sarang ke paso/aquarium dilakukan dengan hati-hati tidak terlalu kasar untuk menghindari agar telur tidak pecah. Sarang bahan dari ijuk yang ada 5 cm dibawah permukaan air dan telah ditutup rapat, diangkat dengan cara dimasukkan kedalam ember yang berisi 3/4 bagian ember. Sarang menghadap ke atas dan ditenggelamkan kemudian perlahan-lahan tutup sarang dibuka, maka telur-telur akan keluar dan mengambang dipermukaan air. Selanjutnya telur diangkat dengan mengunakan piring kecil untuk dipindahkan ke pasoaquarium atau ember bak yang telah diisi air bersih yan sudah diendapkan. Penggantian air dilakukan secara rutin agar telur-telur menetas dengan sempurna dan telur yang tidak menetas segera dikeluarkan.Telur akan menetas dalam tempo 30 - 36 jam.

PENDEDERAN
Selama 5 hari benih-benih belum membutuhkan makanan tambahan, karena masih mengisap kuning telur (yolk sack). Setelah lewat masa itu benih membutuhkan makanan yang harus disuplai dari luar. Oleh karenanya jika masih belum ditebarkan di kolam harus diberi makan infusoria.
Jika benih hendak ditebarkan di kolam, kolam harus dikeringkan dan dipupuk dengan pupuk kandang 1 kg/m2. Setelah seminggu benih ditebarkan, yaitu ketika air kolam sudah berubah menjadi kehijau-hijauan. Benih gurame umur 7 hari dapat dipasarkan kepada para pendedar dengan system jual sarang sehinga frekwensi pembenihan dapat ditingkatkan.
Padat tebar pendederan 50 - 100 ekor/m2, sementara kolam yang digunakan berkisar 50.250 m2.

PEMBESARAN
Membesarkan benih hasil pendederan (minimum berukuran 100 gram per ekor) hingga mencapai ukuran konsumsi (minimum berukuran 500 gram per ekor). Namun untuk memenuhi keinginan konsumen, kadang-kadang ada peternak yang membesarkan hingga mencapai 700-1.000 gram per ekor. Gurame dewasa lebih menyukai pakan berupa tumbuhan air seperti Azolla (mata lele), Lemna, Hydrilla (ekor kucing), Ceratopgyllum dan Myriophyllum (ekor tupai), pistis (apu-apu), kangkung dan genjer, daun talas (sente), daun pepaya, dan daun singkong. Gurame juga dapat diberi pakan tambahan berupa pelet yang mengandung protein tinggi yaitu sekitar 32% dengan porsi 2-3% dari bobot badan perhari.

PENUTUP
Meskipun pemeliharaan gurame relatif membutuhkan waktu lama namun harga jual yang tinggi tetap akan memberi keuntungan.

Sumber :
- Dinas Perikanan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, 1997
- Khairuman, SP dan Khairul Amri, S.Pi, M.Si.
Read more "Budidaya Gurame..."

Budidaya Bawal

PENDAHULUAN
Ikan bawal air tawar yang nama latinnya Colossoma macropomum bukanlah ikan asli Indonesia, tetapi didatangkan dari Brazil, Amerika Selatan. Adapun klasifikasi ikan bawal sebagai berikut :

Phyllum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Characiformes
Famili : Charasidae
Genus : Colossoma
Species : Colossoma macropomum
Nama Asing : Tambaqui
Nama Lokal : Bawal, bawal air tawar


Bawal air tawar termasuk ke dalam kelompok ikan pemakan segala (omnivora). Adapula yang menyebutkan bahwa ikan ini menjadi karnivora (pemakan daging). Ketika masih kecil menyukai makanan sejenis plankton (fitoplankton dan zooplankton) serta tumbuhan air atau dedaunan (herbivora). Setelah dewasa juga memakan hewan kecil, udang kecil dan serangga air. Bila dibudidayakan di kolam dapat diberi pakan alami dan tambahan berupa pelet.

CARA BUDIDAYA
Pembenihan
Pembenihan bawal air tawar biasanya dilakukan pada musim hujan dengan rangsangan hormon hypofisa atau ovaprim. Induk bawal air tawar mulai matang gonad setelah berumur 2-4 tahun dengan berat tubuh 3-4 kg per ekor. Induk yang akan dipijahkan adalah induk-induk pilihan dengan kondisi yang sehat, cukup umur, dan telah matang gonad. Tandanbya dapat diketahui dari bentukperutnya yang buncit dan terasa lunak jika diraba. Untuk induk jantan dengan jalan memijat perut ke arah anus. Jika sperma keluar saat pemijatan berarti sudah bisa dipijahkan untuk membuahi induk betina.
Sebelum dipijahkan, induk jantan dan betina diberok (dipelihara terpisah) selama 2 hari. Setelah itu penyuntikan induk jantan dan betina dilakukan menggunakan hypofisa atau hormon komersial seperti ovaprim dengan dosis 0,75 ml/kg berat induk. Penyuntikan dilakukan dua kali. Masing-masing setengah dosis. Selanjutnya induk jantan dan betina dimasukan ke dalam bak pemijahan untuk memijah secara alami, atau bisa juga pemijahan buatan dengan melakukan stripping (pengurutan telur dan sperma). Pengurutan dilakukan di bagian perut ke arah anus untuk mengeluarkan telur atau sperma. Induk yang diurut terlebih dahulu adalah induk betina. Telur yang terkumpul ditampung ke dalam cawan. Setelah itu, induk jantan juga diurut perutnya sampai keluar spermanya. Telur dan sperma tersebut dicampur dan diaduk menggunakan bulu ayam hingga tercampur rata.
Telur yang sudah terbuahi dicuci dengan air bersih dan selanjutnya ditetaskan di dalam corong penetasan atau di dalam bak (akuarium) yang sudah dipersiapkan. Padat tebar telur yang akan ditetaskan dalam corong penetasan 200-250 butir telur/liter air. Dalam waktu 36-48 jam, telur akan menetas. Larva hasil penetasan dipindahkan ke dalam akuarium, bak beton, atau kolam pemeliharaan larva. Larva dipelihara sampai berusia tiga minggu hingga mencapai ukuran panjang tubuh 0,5-1 cm. Padat tebar larva adalah 100-150 ekor/liter air media pemeliharaan.


Pendederan
Pendederan dilakukan untuk benih berukuran 1 cm yang dipelihara selama 1 bulan untuk mendapatkan hasil panenan berukuran 3-5 cm. Kolam pendederan awal umumnya berukuran 200 atau 400 m2. Langkah awal persiapan kolam dilakukan dengan mengeringkan kolam sehingga tanah dasarnya benar-benar kering, tujuannya adalah :
  1. Membasmi ikan-ikan liar yang bersifat predator atau kompetitor (penyaing makanan).
  2. Mengurangi senyawa-senyawa asam sulfida (H2S) dan senyawa beracun lainnya yang terbentuk selama kolam terendam.
  3. memungkinkan terjadinya pertukaran udara (aerasi) di pelataran kolam, sehingga dalam oksigen (O2) mengisi celah-celah dan pori-pori tanah.
Setelah dasar kolam kering, dasar kolam diberi kapur tohor atau dolomit dengan dosis 25 kg/100 m2. Pengapuran ini bertujuan meningkatkan pH tanah dan juga untuk membunuh hama maupun patogen yang masih hidup. Setelah itu kolam diisi air sampai mencapai ketinggian 50 cm dan dibiarkan selama 3-4 hari untuk menumbuhkan pakan alami berupa plankton.
Kemudian masukan benih ke dalam plastik tertutup rapat, lalu tenggelamkan plastik di dalam kolam biarkan sampai plastik mengembun, pertanda suhu air di dalam plastik dan suhu air kolam sudah sama. Setelah itu plastik dibuka dan dimasukkan air kolam secara perlahan-lahan. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kematian yang tinggi akibat stres saat penebaran benih yang akan ditebar di kolam. Selama pendederan, benih diberi pakan buatan berupa pelet. Dosisnya 3-5% berat badan (jumlah total berat ikan yang dipelihara).

Pembesaran
Selain di kolam budidaya, pembesaran bawal air tawar juga banyak dilakukan di karamba jaring apung (KJA) yang ditempatkan di waduk atau danau. Teknik pemeliharaan bisa dilakukan secara monokultur atau polikultur (pemeliharaan campuran) dengan ikan nila. Kolam untuk pembesaran berukuran sekitar 500 m2. Kolam bisa berupa kolam tanah atau kolam tanah dengan dipupuk dengan pematang tembok atau beton. Baiknya kolam pembesaran dipupuk terlebih dahulu menggunakan pupuk kandang dengan dosis 25-50 kg/100 m2 dan TSP 3 kg/100 m2. Setelah dipupuk kolam diisi air setinggi 2-3 cm dan dibiarkan selama 2-3 hari. Setelah itu, air kolam ditambah sedikit demi sedikit hingga mencapai ketinggian 40-60 cm dan terus diatur sampai ketinggian 80-120 cm, tergantung kepadatan ikan. Jika warna air sudah hijau terang, baru benih ikan ditebar (biasanya 7-10 hari setelah pemupukan).
Proses pembesaran di dalam KJA pada prinsipnya sama dengan pemeliharaan ikan jenis lainnya. Satu hal yang harus diperhatikan adalah ukuran mata jaring yang digunakan harus lebih kecil dibandingkan dengan ukuran tubuh bawal air tawar. Tujuannya agar ikan bawal air tawar tidak mudah lolos.
Selama pemeliharaan benih diberi pakan buatan berupa pelet sebanyak 3-5% berat badan (perkiraan jumlah total berat ikan yang dipelihara). Pakan diberikan dengan cara ditebar langsung pada pagi, siang dan sore. Setelah tiga bulan dipelihara berat tubuh bawal air tawar bisa mencapai satu kilogram (berat saat tebar 100 gram). Secara total masa pemeliharaannya di kolam budidaya dilakukan selama 6-8 bulan, sedangkan masa pemeliharaan di KJA dilakukan selama 7 bulan hingga mencapai ukuran konsumsi.

Sumber : Khairuman, SP dan Khairul Amri, SPi, M.Si.
Read more "Budidaya Bawal..."

Budidaya Baung

PENDAHULUAN 
Ikan baung dikenal sebagai salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki kandungan protein yang cukup tinggi, tetapi rendah lemak. Rasa dagingnya enak, gurih dan lezat melebihi rasa daging ikan patin atau ikan jambal air tawar. Ikan ini hanya terdapat diperairan-perairan tertentu di Pulau Sumatera, Jawa dan kalimantan.
Dalam taksonomi (sistem penamaan) ikan baung mengalami beberapa kali pergantian nama ilmiah. Nama ilmiah yang pertama kali disandangnya adalah Macrones nemurus (Weber & de Beaufort, 1916), lalu berubah menjadi Mystus nemurus (Roberts, 1989; Kottelat et.al, 1993). Setelah itu berubah lagi menjadi Hemibagrus nemurus (Kottelat & Whitten, 1996; Rachmatika et.al, 2005). Nama yang terakhir inilah yang dinyatakan sebagai nama valid baung. Adapun urutan sistematika ikan baung secara lengkap berdasarkan Eschmeyer (1998) dan Kottelat (1996) sebagai berikut:



Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Subkelas : Toleostei
Ordo : Siluriformes
Famili : Bagridae
Genus : Hemibagrus
Species : Hemibagrus nemurus (synonim: Mystus nemurus;
Macrones nemurus)
Nama Asing : Tripical catfish, green catfish, river catfish
Nama Umum : Baung
Nama Lokal : Baung (Sumatera), Sengol/Senggal (Jawa Barat), Ikan Sogo
(Jawa Tengah), Ikan Tagih atau Tageh (Jawa Timur)

Bentuk tubuh ikan baung memanjang agak pipih dan tidak bersisik. Di bagian sirip adanya terdapat tulang tajam dan bersengat yang berfungsi sebagai patil. Pakan ikan baung yaitu ikan-ikan kecil, udang-udang kecil, remis, insekta, molusca dan rumput. Pemijahan ikan baung secara alami terjadi pada awal masuknya musim hujan. Walaupun demikian ikan ini dapat memijah sepanjang tahun saat dibudidayakan di kolam pemeliharaan.

CARA BUDIDAYA
Cara budidaya ikan baung baru mulai disebarkan secara luas sejak tahun 1990-an dengan ditemukannya teknik pembenihan intensif dengan teknik hypofisasi (kawin suntik menggunakan hormon hifopisa).

Pembenihan
Pemijanan ikan baung dengan cara penyuntikan dilakukan menggunakan kelenjar hypofisa dari donor ikan mas, dapat juga menggunakan hormon Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dengan nama dagang pregnyl atau ovaprime. Dosisnyas ebanyak 0,8 ml per kg induk betina dan 0,5 ml per kg induk jantan. Penyuntikan induk betina dilakukan sebanyak dua kali. Penyuntikan pertama dan kedua dilakukan setengah dosis. Penyuntikan kedua dilakukan 8-10 jam setelah penyuntikan pertama. Pada penyuntikan pertama juga dilakukan pada induk jantan. Penyuntikan induk jantan dan betina dilakukan secara intramuskular (di dalam otot daging) yang dilakukan persis di belakang pangkal sirip punggung. Induk-induk ikan baung yang telah disuntik dipelihara secara terpisah antara jantan dengan betina. Pemeliharaan dilakukan di bak tembok yang airnya mengalir atau di dalam happa.
Telur-telur yang telah dibuahi, lalu ditetaskan di dalam corong penetasan. Untuk menghindari timbulnya jamur pada telur, maka telur direndam dengan Emolin atau Blitz-ich dengan dosis 0,05 cc per liter air. Zat-zat tersebut dapat diperoleh di toko kimia atau apotek. Setiap kilogram bobot induk betina menghasilkan (fekunditas) 18.730-72.160 butir telur. Sifat fisika dan kimia air yang cocok untuk penetasan telur baung adalah suhu berkisar 25-26o C, pH normal yaitu 6,5, oksigen (O2) berkisar 5,76-6,4 mg/l, dan CO2 berkisar 10,7-13,7 mg/l.
Larva ikan baung yang baru menetas (berumur 1 hari) berukuran 0,5 cm dengan berat 0,7 mg ditampung di dalam happa yang dipasang di bak fibreglass berbentuk bulat. Selanjutnya dipelihara di akuarium ukuran 70 x 40 x 40 cm yang diisi air bersih dan jernih dan telah diaerasi dengan bantuan blower. Setiap akuarium menampung benih baung sebanyak 10 ekor benih per liter air.
Larva yang masih berumur 1 hari belum diberikan pakan tambahan, karena benih tersebut masih mempunyai cadangan pakan berupa yolk egg sack atau kuning telur. Hari kedua dan ketiga diberi pakan tambahan berupa Moina Cyprinacea. Hari keempat sampai kesepuluh pakan tambahan diganti dengan Artemia yang telah ditetaskan. Hari kelima belas diberi pakan alami berupa Daphnia sp. Selanjutnya diberi pakan cacing rambut. Frekuensi pemberian pakan dilakukan 5 kali perhari pada pukul 07.00, 100.00, 15.00, 19.00 dan 23.00.
Sistem aerasi harus selalu diperhatikan agar kandungan oksigen terlarut di dalam air akuarium. Agar kualitas air tetap baik dilakukan penyifonan kotoran yang mengendap di dasar akuarium. Penyifonan dilakukan 1 kali sehari di pagi hari sebelum pemberian pakan.


Pendederan
Benih ikan baung hasil penetasan selanjutnya didederkan di kolam tanah atau tembok. Tapi sebelumnya kolam harus dilakukan pengeringan dan penjemuran, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar kolam, pemupukan, serta pembuatan caren (kemalir). Penjemuran dilakukan selama 3 hari agar kolam terbebas dari bibit-bibit penyakit atau hama.
Cara pengolahan dasar kolam dilakukan dengan membalikkan tanah dasar kolam, lalu dibuatkan kemalir dengan kemiringan 0,5-1% ke arah pintu pengeluaran. Kemudian kolam diberi pupuk menggunakan kotoran ayam petelur sebanyak 500-1.000 gram/m2 yang disebarkan merata di dasar kolam untuk menumbuhkan pakan alami. Hari keempat kolam diisi air secara bertahap sampai mencapai ketinggian 90 cm. Sehari setelah pengisian air dilakukan inokulasi (penebaran) Moina sp yang merupakan zooplankton. Moina sp dapat diperoleh di Balai Benih Ikan (BBI) terdekat. Kemudian diamkan kolam selama 3-4 hari agar ekosistem kolam dapat mencapai keseimbangan dan Moina sp dapat berkembang biak.
Penebaran benih dilakukan pada hari ketiga setelah penebaran Moina sp dan dilakukan pada pagi atau sore untuk menghindari benih stres. Padat tebar benih 50-100 ekor/m2 dengan ukuran benih rata-rata 2,4 cm. Pemeliharaan benih dilakukan selama 4 minggu. Pakan diberikan selama pemeliharaan berupa pakan komersial (pelet) yang telah dihancurkan dengan kadar protein 28-30% sebanyak 25-100% total biomassa/hari. Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari pagi, siang dan sore.

Pembesaran
Pembesaran ikan baung dapat dilakukan di berbagai media seperti kolam air tergenang (kolam tanah, tembok, atau beton), kolam rawa, di Karamba Jaring Apung (KJA), atau di karamba. Kolam yang digunakan disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Biasanya kolam pembesaran yang digunakan memiliki luas minimu 100 m2. sementara itu jaring yang digunakan untuk memelihara di KJA harus berukuran mata 2,5 cm dengan jaring polietilen nomor 240 D/12. berdasarkan pengalaman para petani ikan baung yang akan dipelihara berukuran 50-100 g/ekor, mata jaring yang digunakan berukuran 2 inhi.
Sebelum penebaran benih, kolam pembesaran harus dikeringkan terlebih dahulu selama 5-7 hari dengan tujuan untuk membunuh bibit penyakit, hama dan memudahkan pemupukan untuk menumbuhkan pakan alami. Pupuk yang digunakan berupa pupuk kandang sebanyak 500 gram/m2 dan kapur pertanian sebanyak 15gram/m2. Pupuk dan kapur tersebut disebar rata di permukaan dasar kolam. Lalu pintu pengeluaran air ditutup dan pintu pemasukan air dibuka sambil dipasang saringan agar ikan-ikan liar tidak bisa masuk. Ketinggian air dalam kolam dipertahankan 75-100 cm.
Penebaran benih ikan baung dilakukan tujuh hari setelah pemupukan, saat pakan alami telah tersedia. Benih ditebar pagi atau sore hari saat suhu udara masih rendah agar benih tidak stres. Setiap kolam seluas 100 m2 ditebarkan benih sebanyak 50 ekor. Dengan ukuran rata-rata 45 gram per ekor. Selama pemeliharaan, ikan baung diberi pakan tambahan pakan buatan komersial (pelet) dengan kandungan proteinnya 28% dan alternatif berupa campuran antara ikan rucah dan dedak halus. Pakan tambahan ini diberikan sebanyak 3% per hari dari berat total ikan baung.
Lama pemeliharaan tergantung dari ukuran benih, untuk pembesaran di KJA jika benih yang ditebar berukuran 30-50 gram per ekor dalam waktu 4 bulan pemerliharaan akan mencapai bobot 150-200 gram per ekor atau 5 ekor per kg. Pembesaran di kolam jika benih yang ditebar ukuran 45 gram per ekor, dalam waktu 3 bulan menjadi 113 gram perekor, dan jika dipelihara selama 4 bulan ukurannya akan menyamai ikan baung yang dipelihara di KJA dengan syarat pakan yang diberikan memiliki kandungan protein sesuai yang dianjurkan.
Pemanenan harus dilakukan secara hati-hati untuk menghindari terjadinya stres atau luka-luka sehingga mutu ikan tetap bagus dan harga jualnya tinggi.

Sumber : Khairuman, SP dan Khairul Amri, SPi, M.Si.
Read more "Budidaya Baung..."

Budidaya Belut

1. Pendahuluan
Belut merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki bentuk tubuh memanjang, tidak bersirip dan bersisik, serta memiliki lapisan lendir di sekujur tubuhnya. Belut menyukai tempat-tempat berlumpur, seperti sawah atau rawa-rawa dan tidak bisa hidup dengan baik pada media yang sepenuhnya air.
Di Indonesia terdapat tiga jenis belut yang cukup dikenal, yaitu belut sawah (monopterus olbus, Zuieuw 1973), belut rawa (synbranchus bengalensis, McCell), dan belut laut (macrotema coligans, Cant). Adapun klasifikasi belut sawah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Synbrancloidae
Famili : Synbranchidae
Genus : Monopterus
Spesien : Monopterus albus
Sinonim : Fluta alba (Zuieuw), Manopterus javanensis
Seperti telah disebutkan, belut merupakan hewan yang menyukai lingkungan berlumpur. Hal ini karena belut memiliki alat bantu pernapasan berupa kulit tipis berlendir yang terletak pada rongga mulutnya. Pada kondisi kekeringan belut bisa bertahan dengan mengubur dirinya di dalam lumpur untuk menjaga agar tubuhnya tetap lembap.



Secara umum makanan belut dapat diklasifikasikan atas kelas insecta (serangga), hirudenia, oligochaeta (cacing-cacingan), gustropoda (Siput), dan pisces (ikan). Belut yang masih anakan biasanya memangsa hewan-hewan kecil (mikroorganisme) seperti protozoa, zooplankton, mikrocrustacea (daphnia), larva serangga, kecebong, zoobenthos (cacing) dan ikan. Ketika dewasa mampu memangsa katak, serangga dewasa, kepiting sawah (yuyu), bekicot, dan keong mas.
Belut bersifat hermaprodit protogini, yaitu mengalami masa hidup sebagai betina pada awalnya dan kemudian berubah menjadi jantan. Pergantian kelamin tersebut dikatakan sebagai masa transisi. Belut mampu berkembang biak tiap tahun, masa perkawinannya sangat panjang yaitu mulai dari musim hujan hingga permulaan musim kemarau (sekitar 4-5 bulan).
Daging belut memiliki kandungan gizi yang baik untuk tubuh. Dalam 100 gram daging belut terkandung protein 14%, lemak 27%, zat besi 2,0 mg, kalsium 20 mg, vitamin A 1.600 SI (Satuan Internasional), vitamin B 0,1 mg, dan vitamin C 2,0 mg.

2. Kolam Belut
Kolam Tembok
Kolam tembok dibuat dengan bahan dasar berupa bata merah, pasir, semen, batu kali dan besi. Kolam berbentuk persegi menyerupai bak di atas tanah dengan ukuran 3 x 5 meter. Lubang pembuangan air di kolam tembok dibuat di dinding kolam, misalnya 10 cm dari dasar kolam menggunakan pipa paralon ¼ dim, berarti lubang pembuangan berada di dalam tanah. Lubang kelebihan air disesuaikan dengan ketinggian media plus air.
Sebelum digunakan, kolam harus dicuci hingga 3 kali. Tujuannya untuk menghilangkan bau semen pada kolam. Sifat kolam tembok yang tidak fleksibel menyisakan pekerjaan yang cukup berat pada waktu panen, yaitu saat proses pengerukan lumpur dan pengeringan kolam.

Kolam Terpal
Kolam terpal terbilang sangat praktis, anda tinggal menggali tanah berukuran 3 x 5 meter sedalam 50 cm. Tanah hasil galian diletakan di pinggir kolam. Kemudian pasang dan atur terpal mengikuti bentuk kolam hasil galian. Tancapkan pancang pendek di setiap lubang yang tersedia di setiap bibir terpal.
Lubang pembuangan air untuk kolam terpal tidak dibuat dengan melubangi terpal, melainkan dengan mengatur ketinggian tepi kolam. Misalnya, lubang pembuangan dibuat di salah satu sudut kolam. Usahakan agar sudut tersebut lebih tinggi dibandingkan tanah asli di sekitarnya, sehingga secara kontinue anda dapat membuka atau menurunkan sedikit terpal untuk meloloskan air keluar. Lubang pembuangan kelebihan air dibuat sama seperti halnya pada kolam tembok.

3. Media Belut
Media dikeringkan di luar kolam
- Potong jerami sepanjang 10 cm dan cincang kedebong pisang menjadi ukuran lebih kecil, hal
ini dilakukan untuk mempercepat proses pengeringan.
- Jemur jerami dan kedebong pisang secara terpisah dan bolak-balik secara teratur agar
merata.
- Gunakan mikrostarter, seperti biotanah atau agrobost untuk mempercepat proses
dekomposisi, yaitu dengan cara larutkan dua tutup botol (10 ml) cairan biotanah dengan lima
liter air. Siram jerami dan kedebong pisang sambil bahan dibolak-balik. Pemberian biotanah
cukup 2 kali selama periode pengeringan.
- Apabila saat jerami dan kedebong pisang digenggam hancur berarti kedua bahan tersebut
siap digunakan.
- Jika anda sulit mendapatkan tanah sawah, gunakan tanah kebun yang subur. Tambahkan
larutan biotanah pada tanah tersebut sesuai aturan di kemasan. Untuk pupuk kandang
gunakan kotoran sapi atau kerbau yang sudah matang atau kering dengan ciri-ciri warna
kotoran telah menyerupai tanah, kering dan tidak berbau dan tidak panas. Jangan pakai
kotoran kambing karena sulit hancur.
- Campur semua bahan menjadi satu di luar kolam, dengan komposisi sekitar 28,6% jerami,
143% pupuk kandang, 14,3% kedebong pisang, 28,6% humus/kompos dan 14,3% tanah sawah
dan 14,3% tanah sawah/kebun.
- Masukan bahan ke dalam kolam dan atur hingga merata.
- Tambahkan air secara perlahan ke dalam kolam hingga tercampur dengan media.
- Diamkan media selama satu minggu, lalu aduk merata. Ganti air kolam setiap tiga hari sekali.
- Lakukan pengetesan media pada minggu kedua setelah media dimasukkan. Jika media sudah
tidak terasa panas dan air kolam tampak jernih, berarti media dalam kolam sudah layak huni.
Pertahankan ketinggian air kolam sekitar 1-2 cm dari permukaan media.
- Tambahkan tanaman air, seperti eceng gondok atau kangkung sebagai peneduh, benih belut
siap dimasukan.

Media 80% Tanah Sawah
- Siapkan bahan media secara terpisah, terdiri atas tanah sawah atau lumpur, jerami kering,
kedebong pisang yang telah dicincang, dan air bersih.
- Masukkan tanah ke dalam kolam, disusul jerami dan kedebong pisang, hingga mencapai
ketinggian 40 cm.
- Masukkan air hingga menggenangi semua media. Diamkan selama 3 hari.
- Pada hari keempat ganti air kolam dengan air yang baru. Tujuannya untuk membuang
kotoran dan gas hasil pembusukan media. Jika media turun dari batas ketinggian yang
seharusnya 40 cm, tambahkan tanah sawah lagi sebelum kolam diisi air lagi.
- Diamkan kolam selama 7 hari, lalu keluarkan airnya. Masukkan pakan awal ke media, yakni
berupa cacing ataupun bekicot yang telah direbus dahulu. Jumlah pakan awal sama dengan
berat bibit yang akan dimasukkan. Isis kembali kolam dengan air bersih. Ketinggian air 2-5
cm dari permukaan media.
- Diamkan kolam selama 7 hari. Masukkan bibit bersama dengan penambahan cacing ke media
dengan perbandingan 1:5. Artinya jika anda memasukkan bibit belut sebanyak 20 kg
dibutuhkan cacing sebagai pakan sebanyak 100 kg.
- Pemberian pakan secara rutin dimulai setelah 7 hari bibit dimasukan. Pakan bisa berupa
yuyu (kepiting air tawar) yang sering ditemui di persawahan.

4. Pemeliharaan
Penyiapan Benih
Bila anda menggunakan benih dari tangkapan di sawah, pastikan benih tersebut bukan hasil setruman. Sebaiknya pilih belut yang ditangkap menggunakan bubu. Secara umum benih belut berkualitas dapat ditentukan dengan parameter sebagai berikut :
- Gerakan tubuh belut gesit dan agresif
- Sosoknya sehat yang ditandai dengan tubuh mulus dan utuh, tidak terluka, tubuh keras serta
tidak lemas.
- Tubuh berukuran kecil dengan ukuran 8-15 cm.
Jika anda memperoleh benih atau bibit belut hasil tangkapan alam, sebaiknya dikarantina terlebih dahulu selama 2 hari. Hal tersebut dilakukan untuk menyortir benih belut berdasarkan ukuran dan kesehatannya. Benih belut tersebut diletakkan pada bak berisi air setinggi 2 cm dari permukaan belut. Penggantian air dilakukan setiap 6 jam. Benih belut diberi makanan berupa kocokan telur ayam sehari sekali. Misalnya untuk benih 15 kg diberi 2 butir telur untuk sekali pemberian makan. Air diganti dengan segera setelah satu jam dari pemberian telur.

Penebaran Benih
Penebaran benih dilakukan pada pagi hari sebelum pukul 09.00 dan sore setelah pukul 15.00, agar benih belut tidak stress akibat perbedaan suhu. Benih belut diletakan pada permukaan media tanpa harus menenggelamkannya. Jika saat ditebar belut dapat dengan mudah masuk ke dalam media, berarti media sudah mantap. Jumlah benih yang ditebar untuk ukuran kolam 3 x 5 meter yaitu 20 kg, 30 kg atau 50 kg. Ada juga yang berpendapat sebaiknya setiap 1 m2 diisi 1 kg benih belut. Umumnya tingkat kematian benih cukup tinggi pada minggu pertama setelah penebaran.

Pakan dan Pengaturan Air
Pakan awal diberikan sebelum bibit ditebar, yaitu seminggu sebelum bibit dimasukan. Caranya masukan pakan seperti bekicot, keong mas yang sudah diolah (direbus) untuk membuang lendirnya dan dicincang atau yuyu yang sudah dibuang kakinya dan badannya dibelah agar pakan tersebut menyatu (terurai) dengan media, kalau memakai cacing dan kecebong bisa langsung diberikan. Jumlah pakan disesuaikan dengan perbandingan 1:1. Jika bibit 1 kg, maka pakan awal diberikan 1 kg pakan. Sebagai selingan dapat diberikan pelet ikan (usahakan pelet yang tenggelam/tidak mengambang) seperti pelet udang maksimal 3 kali seminggu dengan dosis 5% dari bobot belut yang ditebar. Misalnya benih belut 40 kg, maka pelet udang 2 kg. Usus ayam juga dapat dijadikan sumber pakan belut dengan cara dibersihakn dahulu kemudian dikukus lalu dipotong-potong terus dibenamkan ke dalam kolam.
Pemberian pakan secara rutin selanjutnya dapat dilakukan setiap 2 hari sekali. Jika kolam diisi 20 kg bibit, berikan pakan 1 kg setiap dua hari sekali, bila diisi 50 kg bibit berikan 2 kg pakan setiap 2 hari sekali. Waktu pemberian pakan adalah sore menjelang malam, karena belut aktif pada malam hari. Untuk menambah nafsu makan belut apat diberikan temulawak (curcuma xanthorhiza) dengan cara 200 gram temulawak ditumbuk lalu direbus dengan 1 liter air. Setelah dingin tuangkan ke dalam kolam pembesaran.
Air menjadi syarat utama kolam pemeliharaan belut, karena itu lubang sirkulasi air dan lubang pembuangan kelebihan air menjadi syarat utama. Air harus terus mengalir dalam jumlah debit yang kecil dari sumber air agar oksigen terlarut tetap terjaga persediaannya.

5. Hama dan Penyakit
Hama
Umumnya hama pada belut di antaranya berang-berang, ular, tikus, katak dewasa, burung, serangga, musang air, ikan gabus dan kucing.

Penyakit
Penyakit yang ditimbulkan akibat penanganan tidak tepat seperti pemberian pakan terlalau banyak, kepadatan terlalu tinggi, kualitas air kolam terlalu subur akibatnya banyak kandungan bahan organik dan ini akan memacu pertumbuhan bakteri aeromonas dan pseudomonas. Gejala fiksi yang ditimbulkan ditandai dengan adanya bercak-bercak merah pada tubuh belut, sekresi lendir berlebihn dan terjadinya perdarahan. Pengobatan dapat dilakukan dengan memberikan antibiotik seperti Tetracyclin, kemicitine, dan chlorampenicol sebanyak 250 gram dalam 500 liter air selama dua jam atau 25-35 mg untu setiap 1 kg berat belut, dilakukan tiap hari selama 3-5 hari.
Penyakit lain yaitu protozoa dari jenis Ichtyopthirius multifilis, parasit ini biasanya disebut white spot (bercak putih). Biasanya menyerang bagian insang dan mulut belut. Pencegahan dapat dilakukan dengan proses karantina terhadap individu baru dengan menggunakan berbagai senyawa kimia seperti Metheline Blue, malachite Green, dan formalin dengan dosis 1 g/19 m2 luas kolam setiap 2 hari sekali sampai bintik putih menghilang sepenuhnya.

6. Pemanenan
Umumnya panen belut khusus pembesaran dilaksanakan pada umur empat bulan sejak penebaran benih. Pada umur tersebut jumlah panen 10-25 ekor per kg. Pemanenan dilakukan pada pagi hari lebih awal untuk menghindari terik matahari.

Pemanenan di Kolam Tembok
- Siapkan beberapa peralatan seperti jaring, jeriken, ember dan air bersih
- Buka lubang pembuangan air. Jika panen direncanakan pada pagi hari, anda bisa membuka
tutup lubang pembuangan sejak subuh.
- Keluarkan terlebih dahulu eceng gondok atau tanaman air dari permukaan media, termasuk
kedebong pisang yang mengambang.
- Kuras air yang masih tersisa menggunakan ember. Biasanya, pada saat air dikuras belut
mulai bermunculan dan berkumpul ke sudut-sudut kolam.
- Tangkap belut secara seksama dan masukkan ke dalam jeriken berisi air bersih.
Penangkapan belut terus dilakukan bersamaan dengan pengurasanair dan lumpur hingga
kolam kosong
- Ganti air di dalam jeriken bila tampak keruh.

Pemanenan di Kolam Terpal
Pemanenan di kolam terpal lebih praktis Anda tidak perlu menguras air dan lumpur hingga habis, cukup dengan membuka ikatan terpal.
- Siapkan jeriken, ember dan air bersih
- Keluarkan air kolam melalui celah pembuangan
- Bersihkan tanaman air dari permukaan media
- Keluarkan lagi air yang masih tersisa. Anda dapat menggunakan ember untuk menguras air
kolam.
- Keluarkan sebagian media secara bertahap. Perhatikan jangan sampai belut ikut dengan
media.
- Tangkap belut secara seksama dan masukkan dalam jeriken yang berisi air bersih.
- Ganti air jeriken bila tampak keruh

Setelah panen kolam tembok harus dibersihkan dari media dan dikeringkan. Begitu juga dengan kolam terpal, sebaiknya terpal segera dicuci bersih, dikeringkan, dilipat dan disimpan di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung agar terpal tetap awet.
Media yang telah dikeluarkan dari kolam dikumpulkan di satu tempat. Jika media ini akan dipergunakan lagi, sebaiknya dijemur dulu dan diberi mikroorganisme atau starter organik seperti biotanah untuk menambah jasad renik yang telah defisit setelah proses pemeliharaan selama empat bulan.

Sumber : Agromedia, 2008
Read more "Budidaya Belut..."

Budidaya Nila Merah

Dikenal sebagai nila merah Taiwan atau hibrid antara 0. homorum dengan 0. mossombicus yang diberi nama ikan nila merah florida. Ada yang menduga bahwa nila merah merupakan mutan dari ikan mujair. Ikan ini masuk ke Indonesia pada tahun 1981 dari Filipina dan tahun 1989 dari Thailand.

Budi daya nila merah telah berkembang di beberapa daerah, bahkan produksinya telah diekspor ke Eropa dan Amerika Serikat. Dagingnya putih serta tebal. Rasanya enak, seperti ikan kakap merah. Di beberapa negara Eropa, daging nila merah dimanfaatkan sebagai substitusi bagi daging kakap merah.



Dalam budi daya, ikan nila merah mempunyai keunggulan antara lain 1) ikan nila merah respon terhadap pakan buatan, 2) pertumbuhan cepat, 3) dapat hidup dalam kondisi kepadatan tinggi, 4) nilai perbandingan antara konsumsi pakan dan daging Yang dihasilkan lebih rendah, 5) tahan terhadap penyakit dan lingkungan perairan yang tidak memadai, 6) rasa dagingnya enak dan banyak digemari masyarakat.

A. Sistematika
Famili : Chiclidae
Spesies : Oreochromis niloticus
Nama dagang : red tilapia
Nama lokal : kakap merapi, mujarah

B. Ciri-ciri
1. Ciri fisik
Tubuh ikan agak bulat dan pipih. Mulut terletak di ujung kepala (terminal). Garis rusuk (linea lateralis) terputus menjadi dua bagian dan terletak memanjang mulai dari atas sirip dada. Jumlah sisik garis rusuk sebanyak 34 buah. Warna badan kemerahan polos atau bertotol-totol hitam dan sering pula berwarna albino (bule).
2. Pertumbuhan dan perkembangan
Nila merah bersifat beranak pinak dan cepat pertumbuhannya. Selain itu, ikan ini memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan kadar garam sampai 3o promil. Kedewasaan pertama tercapai pada umur 4-6 bulan dengan bobot 100-250 g. Jenis ikan ini dapat memijah 6-7 kali/tahun.
Seekor induk betina dapat menghasilkan telur sebanyak 1.000 - 1.500 butir. Saat pemijahan ikan jantan akan membuat sarang dan menjaganya. Telur yang telah dibuahi dierami oleh induk betina di dalam mulutnya. Penjagaan oleh betina masih terus dilanjutkan sampai seminggu setelah telur-telur tersebut menetas.
Di dalam karamba jaring apung ikan ini dapat mencapai ukuran di atas 250 g dalam waktu 4 bulan dari bobot awal sekitar 20 g. lkan jantan tumbuh lebih cepat dan lebih besar dibanding betinanya.

C. Pemilihan Lokasi Budi Daya
sebagai ikan yang tergolong eurihalin, ikan nila merah dapat dibudidayakan di perairan tawar, payau, dan laut. Namun demikian, pada perairan dengan kadar garam tinggi (>29 ppt) ikan ini masih tumbuh baik, tetapi tidak dapat berkembang biak. Nila merah dapat tumbuh baik pada lingkungan perairan yang bersuhu antara 27-33 0 C; kadar oksigen terlarut >3 mg/l; pH 7-8,3; alkalinitas 90 — 190 mg/l; kesadahan 62-79 mg CaCO 3, kecepatan arus 10 -2o cm/dt, kecerahan >3 m, dan kedalaman air 10-20 M.


D. Wadah Budi Daya
Rakit sebagai tempat karamba dapat dibuat dari bahan kayu, pipa besi antikarat, atau bambu. Pelampung berupa drum plastik bervolume 200 l. Untuk satu unit KJA berukuran 5 m x 5 m, memerlukan 8-9 Pelampung karamaba dibuat dari jaring yang bahannya dari polietilen. Ukuran mata jaring tergantung dari ukuran ikan yang akan dipelihara. Pada setiap sudut karamba harus diberi pemberat dari batu atau semen cor seberat 2-5 kg. Jangkar diperlukan yang berfungsi untuk menjaga rakit agar tidak terbawa arus. Jangkar bisa terbuat dari besi, kayu, maupun coran semen.

E. Pengelolaan Budi Daya
1. Penyediaan benih
Pembenihan nila merah secara umum ditujukan untuk memproduksi benih campuran jantan betina. Mengingat ikan jantan mempunyai ukuran yang lebih besar dan laju pertumbuhan yang lebih cepat, banyak petani mengarahkan pada budi daya nila merah jantan. Oleh karena itu, para pakar budi daya perikanan telah berupaya menciptakan teknologi pembenihan nila merah jantan dengan penggunaan 6o mg hormon metiltestosteron yang dicampur ke dalam 1 kg pakan larva. Proses alih kelamin tersebut berlangsung selama 28 hari Pengangkutan benih sebaiknya dilakukan dengan sistem terbuka jika membutuhkan waktu kurang dari 4 jam. Sementara itu, apabila lebih dari 4 jam, pengangkutan dapat dilakukan dengan sistem tertutup menggunakan kantong plastik yang ditambahkan oksigen.
2. Penebaran
Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari agar kondisi udara tidak terlalu panas. Sebelum penebaran, harus diperhatikan kondisi kualitas air. Jika kualitas air pengangkutan beda dengan kualitas air lokasi budi daya, perlu dilakukan adaptasi secara perlahan-lahan terutama terhadap salinitas dan suhu. Padat tebar yang optimal untuk diaplikasikan adalah 500 ekor/m3 dengan bobot awal benih 15-20 g/ekor dan waktu pemeliliaraan 3 bulan untuk sistem budi daya tunggal kelamin (jantan saja).
3. Pemberian pakan
Pada waktu muda ikan ini pemakan plankton, baik plankton nabati maupun hewani. Beranjak dewasa ikan nila merah mulai makan detritus dan sering juga alga benang. Selain bersifat herbivore, ikan ini bersifat omnivore sehingga dapat diberikan pakan buatan (pelet). Ikan ini tanggap, terhadap pakan buatan (pelet), baik pelet tenggelam maupun terapung. Pakan buatan yang diberikan adalah pelet dengan kandungan protein 26-28% sebanyak 3% dari bobot badan per hari. Frekuensi pemberiannya 3 kali sehari, yaitu pagi, siang, dan malam.

F. Pengendalian Hama dan Penyakit
Untuk mengetahui jenis penyakit dan Cara pencegahannya, diperlukan diagnose gejala penyakit. Gejala penyakit untuk ikan nila merah yang dibudidayakan dapat diamati dengan tenda-tanda berikut.
1. Penyakit kulit Gejala
- Berwarna merah di bagian tertentu.
- Kulit berubah warna menjadi lebih pucat.
- Tubuh berlendir.
Pengendalian
a) Perendaman ikan dalam larutan PK (kalium permanganat) selama 3o-6o menit dengan dosis
2 g/10 l air. Pengobatan dilakukan berulang 3 hari kemudian.
b) Perendaman ikan dengan Negovon (kalium permanganat) selama 3 menit dengan dosis
2-3,5%.
2. Penyakit pada insang
Gejala
- Tutup insang bengkak.
- Lembar insang pucat/keputihan.
Pengendalian
- Cara pengendalian sama dengan penyakit kulit.
3. Penyakit pada organ dalam Gejala
- Perut ikan bengkak.
- Sisik berdiri.
- Ikan tidak gesit.
Pengendalian
- Cara pengendaliannya sama dengan penyakit kulit.

Adapun secara umum hal-hal yang dilakukan untuk dapat mencegah timbulnya penyakit pada budi daya ikan nila merah di KJA adalah sebagai berikut.
1. Hindari penebaran ikan secara berlebihan melebihi kapasitas.
2. Berikan pakan cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya.
3. Hindari penggunaan pakan yang sudah berjamur.

G. Panen
Ikan nila merah yang dipelihara dengan padat penebaran 500 ekor/m3 dapat dipanen setelah 3 bulan. Produksinya 85 kg/m3 dan sintasan 85%. Pemanenan ikan di KJA mudah dilakukan. Sistem pemanenan dapat dilakukan secara total atau selektif tergantung dari kebutuhan. Panen harus dilakukan hati-hati untuk mencegah terjadinya luka akibat gesekan atau tusukan sirip ikan lainnya. Cara panennya adalah dasar karamba diangkat perlahan-lahan. Namun, salah satu sisi karamba harus tetap berada dalam air untak memungkinkan ikan berkumpul. Setelah itu, ikan yang sudah terkumpul disisi karamba diseleksi dan ditangkap dengan menggunakan seser secara perlahan-lahan.

Sumber : Penebar Swadaya, 2008
Read more "Budidaya Nila Merah..."

Cara Jitu Dapat Ribuan Back Link Gratis

Cara ini saya baca ketika berkunjung di blog sahabat, kemudian saya lihat widget alexa yang terpampang di sidebar blognya. Woowww…. backlinknya banyak sekali, hingga puluhan ribu. Sudah lama sebenarnya saya menemukan posting seperti ini, namun dulu saya sanksi apakah benar cara ini bisa berhasil menaikkan PR dan backlink. Setelah saya membacanya kembali dan masih kurang yakin atas backlink yang saya lihat di alexa-nya sayapun kembali lagi mengunjungi blog-blog yang telah mengikuti cara ini. Dan ternyata benar, blog-blog yang menerapkan cara ini PR meningkat namun yang paling menonjol adalah backlink yang dimiliki blog-blog tersebut sungguh banyak sekali.
Jika kita memiliki PR yang bagus dan backlink yang banyak, maka sangat cocok jika kita ikut program semacam paid reviews. Saya sungguh menyesal tidak menerapkan cara ini sejak dulu. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Karna saya ingin memoneytizekan blog ini ke program paid reviews.
Caranya sangatlah gampang, anda hanya tinggal copy link yang berada di bawah ini dengan syarat anda harus menghapus link pada peringkat 1 dari daftar, lalu pindahkan yang tadinya nomor 2 menjadi nomor 1, nomor 3 menjadi nomor 2, nomor 4 menjadi nomor 3, dst. Kemudian masukan link blog anda sendiri pada urutan paling bawah ( nomor 10). Dan silahkan ajak teman anda untuk mengikuti cara ini serta sebarkan cara ini ke sebanyak-banyaknya teman anda.

1. ilmu-kompi
2. alfacroon
3. Trik-Gue
4. Pabrik Info
5. WordPress Paper’s
6. bootingskoBlog
7. Rajwa Info
8. julianusginting
9. FirstBlog
10.Budidayaku
 
Keterangan:
Jika anda mampu mengajak lima orang saja untuk mengcopy artikel ini, maka jumlah backlink yang akan didapat adalah:
* Posisi 10, jumlah backlink = 1
* Posisi 9, jumlah backlink = 5
* Posisi 8, jumlah backlink = 25
* Posisi 7, jumlah backlink = 125
* Posisi 6, jumlah backlink = 625
* Posisi 5, jumlah backlink = 3,125
* Posisi 4, jumlah backlink =15,625
* Posisi 3, jumlah backlink = 78,125
* Posisi 2, jumlah backlink = 390,625
* Posisi 1, jumlah backlink = 1,953,125
Dan nama dari alamat blog dapat dimasukan kata kunci yang anda inginkan yang juga dapat menarik perhatian untuk segera diklik. Dari sisi SEO anda sudah mendapatkan 1,953,125 backlink dan efek sampingnya jika pengunjung downline mengklik link anda maka anda juga mendapat traffic tambahan.
Saya sarankan anda mencoba cara ini dan silakan copy sebarkan artikel ini ke teman-teman anda. Hilangkan link nomor 1 dan masukan alamat blog anda pada nomor 10. Buktikan sendiri hasilnya setelah itu baru kementar.
Peringatan !!!
Artikel ini harus permanen selamanya di blog anda, dan Anda harus Jujur dalam menaruh Link Blogger yang telah lebih dulu ada, serta Anda pun tidak boleh menghapus Artikel ini dari Blog Anda…
Berani Mencoba??? Silahkan Copy – Paste Artikel ini, dan selamat merasakan kedahsyatannya diBlog Anda….
Read more "Cara Jitu Dapat Ribuan Back Link Gratis..."

 
Free Auto BacklinkFree Auto BacklinkFree Auto Backlink

Great Morning ©  Copyright by BUDIDAYAKU | Template by Blogger Templates | Privacy Policy