Your Ad Here

Budidaya Belut

1. Pendahuluan
Belut merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki bentuk tubuh memanjang, tidak bersirip dan bersisik, serta memiliki lapisan lendir di sekujur tubuhnya. Belut menyukai tempat-tempat berlumpur, seperti sawah atau rawa-rawa dan tidak bisa hidup dengan baik pada media yang sepenuhnya air.
Di Indonesia terdapat tiga jenis belut yang cukup dikenal, yaitu belut sawah (monopterus olbus, Zuieuw 1973), belut rawa (synbranchus bengalensis, McCell), dan belut laut (macrotema coligans, Cant). Adapun klasifikasi belut sawah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Synbrancloidae
Famili : Synbranchidae
Genus : Monopterus
Spesien : Monopterus albus
Sinonim : Fluta alba (Zuieuw), Manopterus javanensis
Seperti telah disebutkan, belut merupakan hewan yang menyukai lingkungan berlumpur. Hal ini karena belut memiliki alat bantu pernapasan berupa kulit tipis berlendir yang terletak pada rongga mulutnya. Pada kondisi kekeringan belut bisa bertahan dengan mengubur dirinya di dalam lumpur untuk menjaga agar tubuhnya tetap lembap.



Secara umum makanan belut dapat diklasifikasikan atas kelas insecta (serangga), hirudenia, oligochaeta (cacing-cacingan), gustropoda (Siput), dan pisces (ikan). Belut yang masih anakan biasanya memangsa hewan-hewan kecil (mikroorganisme) seperti protozoa, zooplankton, mikrocrustacea (daphnia), larva serangga, kecebong, zoobenthos (cacing) dan ikan. Ketika dewasa mampu memangsa katak, serangga dewasa, kepiting sawah (yuyu), bekicot, dan keong mas.
Belut bersifat hermaprodit protogini, yaitu mengalami masa hidup sebagai betina pada awalnya dan kemudian berubah menjadi jantan. Pergantian kelamin tersebut dikatakan sebagai masa transisi. Belut mampu berkembang biak tiap tahun, masa perkawinannya sangat panjang yaitu mulai dari musim hujan hingga permulaan musim kemarau (sekitar 4-5 bulan).
Daging belut memiliki kandungan gizi yang baik untuk tubuh. Dalam 100 gram daging belut terkandung protein 14%, lemak 27%, zat besi 2,0 mg, kalsium 20 mg, vitamin A 1.600 SI (Satuan Internasional), vitamin B 0,1 mg, dan vitamin C 2,0 mg.

2. Kolam Belut
Kolam Tembok
Kolam tembok dibuat dengan bahan dasar berupa bata merah, pasir, semen, batu kali dan besi. Kolam berbentuk persegi menyerupai bak di atas tanah dengan ukuran 3 x 5 meter. Lubang pembuangan air di kolam tembok dibuat di dinding kolam, misalnya 10 cm dari dasar kolam menggunakan pipa paralon ¼ dim, berarti lubang pembuangan berada di dalam tanah. Lubang kelebihan air disesuaikan dengan ketinggian media plus air.
Sebelum digunakan, kolam harus dicuci hingga 3 kali. Tujuannya untuk menghilangkan bau semen pada kolam. Sifat kolam tembok yang tidak fleksibel menyisakan pekerjaan yang cukup berat pada waktu panen, yaitu saat proses pengerukan lumpur dan pengeringan kolam.

Kolam Terpal
Kolam terpal terbilang sangat praktis, anda tinggal menggali tanah berukuran 3 x 5 meter sedalam 50 cm. Tanah hasil galian diletakan di pinggir kolam. Kemudian pasang dan atur terpal mengikuti bentuk kolam hasil galian. Tancapkan pancang pendek di setiap lubang yang tersedia di setiap bibir terpal.
Lubang pembuangan air untuk kolam terpal tidak dibuat dengan melubangi terpal, melainkan dengan mengatur ketinggian tepi kolam. Misalnya, lubang pembuangan dibuat di salah satu sudut kolam. Usahakan agar sudut tersebut lebih tinggi dibandingkan tanah asli di sekitarnya, sehingga secara kontinue anda dapat membuka atau menurunkan sedikit terpal untuk meloloskan air keluar. Lubang pembuangan kelebihan air dibuat sama seperti halnya pada kolam tembok.

3. Media Belut
Media dikeringkan di luar kolam
- Potong jerami sepanjang 10 cm dan cincang kedebong pisang menjadi ukuran lebih kecil, hal
ini dilakukan untuk mempercepat proses pengeringan.
- Jemur jerami dan kedebong pisang secara terpisah dan bolak-balik secara teratur agar
merata.
- Gunakan mikrostarter, seperti biotanah atau agrobost untuk mempercepat proses
dekomposisi, yaitu dengan cara larutkan dua tutup botol (10 ml) cairan biotanah dengan lima
liter air. Siram jerami dan kedebong pisang sambil bahan dibolak-balik. Pemberian biotanah
cukup 2 kali selama periode pengeringan.
- Apabila saat jerami dan kedebong pisang digenggam hancur berarti kedua bahan tersebut
siap digunakan.
- Jika anda sulit mendapatkan tanah sawah, gunakan tanah kebun yang subur. Tambahkan
larutan biotanah pada tanah tersebut sesuai aturan di kemasan. Untuk pupuk kandang
gunakan kotoran sapi atau kerbau yang sudah matang atau kering dengan ciri-ciri warna
kotoran telah menyerupai tanah, kering dan tidak berbau dan tidak panas. Jangan pakai
kotoran kambing karena sulit hancur.
- Campur semua bahan menjadi satu di luar kolam, dengan komposisi sekitar 28,6% jerami,
143% pupuk kandang, 14,3% kedebong pisang, 28,6% humus/kompos dan 14,3% tanah sawah
dan 14,3% tanah sawah/kebun.
- Masukan bahan ke dalam kolam dan atur hingga merata.
- Tambahkan air secara perlahan ke dalam kolam hingga tercampur dengan media.
- Diamkan media selama satu minggu, lalu aduk merata. Ganti air kolam setiap tiga hari sekali.
- Lakukan pengetesan media pada minggu kedua setelah media dimasukkan. Jika media sudah
tidak terasa panas dan air kolam tampak jernih, berarti media dalam kolam sudah layak huni.
Pertahankan ketinggian air kolam sekitar 1-2 cm dari permukaan media.
- Tambahkan tanaman air, seperti eceng gondok atau kangkung sebagai peneduh, benih belut
siap dimasukan.

Media 80% Tanah Sawah
- Siapkan bahan media secara terpisah, terdiri atas tanah sawah atau lumpur, jerami kering,
kedebong pisang yang telah dicincang, dan air bersih.
- Masukkan tanah ke dalam kolam, disusul jerami dan kedebong pisang, hingga mencapai
ketinggian 40 cm.
- Masukkan air hingga menggenangi semua media. Diamkan selama 3 hari.
- Pada hari keempat ganti air kolam dengan air yang baru. Tujuannya untuk membuang
kotoran dan gas hasil pembusukan media. Jika media turun dari batas ketinggian yang
seharusnya 40 cm, tambahkan tanah sawah lagi sebelum kolam diisi air lagi.
- Diamkan kolam selama 7 hari, lalu keluarkan airnya. Masukkan pakan awal ke media, yakni
berupa cacing ataupun bekicot yang telah direbus dahulu. Jumlah pakan awal sama dengan
berat bibit yang akan dimasukkan. Isis kembali kolam dengan air bersih. Ketinggian air 2-5
cm dari permukaan media.
- Diamkan kolam selama 7 hari. Masukkan bibit bersama dengan penambahan cacing ke media
dengan perbandingan 1:5. Artinya jika anda memasukkan bibit belut sebanyak 20 kg
dibutuhkan cacing sebagai pakan sebanyak 100 kg.
- Pemberian pakan secara rutin dimulai setelah 7 hari bibit dimasukan. Pakan bisa berupa
yuyu (kepiting air tawar) yang sering ditemui di persawahan.

4. Pemeliharaan
Penyiapan Benih
Bila anda menggunakan benih dari tangkapan di sawah, pastikan benih tersebut bukan hasil setruman. Sebaiknya pilih belut yang ditangkap menggunakan bubu. Secara umum benih belut berkualitas dapat ditentukan dengan parameter sebagai berikut :
- Gerakan tubuh belut gesit dan agresif
- Sosoknya sehat yang ditandai dengan tubuh mulus dan utuh, tidak terluka, tubuh keras serta
tidak lemas.
- Tubuh berukuran kecil dengan ukuran 8-15 cm.
Jika anda memperoleh benih atau bibit belut hasil tangkapan alam, sebaiknya dikarantina terlebih dahulu selama 2 hari. Hal tersebut dilakukan untuk menyortir benih belut berdasarkan ukuran dan kesehatannya. Benih belut tersebut diletakkan pada bak berisi air setinggi 2 cm dari permukaan belut. Penggantian air dilakukan setiap 6 jam. Benih belut diberi makanan berupa kocokan telur ayam sehari sekali. Misalnya untuk benih 15 kg diberi 2 butir telur untuk sekali pemberian makan. Air diganti dengan segera setelah satu jam dari pemberian telur.

Penebaran Benih
Penebaran benih dilakukan pada pagi hari sebelum pukul 09.00 dan sore setelah pukul 15.00, agar benih belut tidak stress akibat perbedaan suhu. Benih belut diletakan pada permukaan media tanpa harus menenggelamkannya. Jika saat ditebar belut dapat dengan mudah masuk ke dalam media, berarti media sudah mantap. Jumlah benih yang ditebar untuk ukuran kolam 3 x 5 meter yaitu 20 kg, 30 kg atau 50 kg. Ada juga yang berpendapat sebaiknya setiap 1 m2 diisi 1 kg benih belut. Umumnya tingkat kematian benih cukup tinggi pada minggu pertama setelah penebaran.

Pakan dan Pengaturan Air
Pakan awal diberikan sebelum bibit ditebar, yaitu seminggu sebelum bibit dimasukan. Caranya masukan pakan seperti bekicot, keong mas yang sudah diolah (direbus) untuk membuang lendirnya dan dicincang atau yuyu yang sudah dibuang kakinya dan badannya dibelah agar pakan tersebut menyatu (terurai) dengan media, kalau memakai cacing dan kecebong bisa langsung diberikan. Jumlah pakan disesuaikan dengan perbandingan 1:1. Jika bibit 1 kg, maka pakan awal diberikan 1 kg pakan. Sebagai selingan dapat diberikan pelet ikan (usahakan pelet yang tenggelam/tidak mengambang) seperti pelet udang maksimal 3 kali seminggu dengan dosis 5% dari bobot belut yang ditebar. Misalnya benih belut 40 kg, maka pelet udang 2 kg. Usus ayam juga dapat dijadikan sumber pakan belut dengan cara dibersihakn dahulu kemudian dikukus lalu dipotong-potong terus dibenamkan ke dalam kolam.
Pemberian pakan secara rutin selanjutnya dapat dilakukan setiap 2 hari sekali. Jika kolam diisi 20 kg bibit, berikan pakan 1 kg setiap dua hari sekali, bila diisi 50 kg bibit berikan 2 kg pakan setiap 2 hari sekali. Waktu pemberian pakan adalah sore menjelang malam, karena belut aktif pada malam hari. Untuk menambah nafsu makan belut apat diberikan temulawak (curcuma xanthorhiza) dengan cara 200 gram temulawak ditumbuk lalu direbus dengan 1 liter air. Setelah dingin tuangkan ke dalam kolam pembesaran.
Air menjadi syarat utama kolam pemeliharaan belut, karena itu lubang sirkulasi air dan lubang pembuangan kelebihan air menjadi syarat utama. Air harus terus mengalir dalam jumlah debit yang kecil dari sumber air agar oksigen terlarut tetap terjaga persediaannya.

5. Hama dan Penyakit
Hama
Umumnya hama pada belut di antaranya berang-berang, ular, tikus, katak dewasa, burung, serangga, musang air, ikan gabus dan kucing.

Penyakit
Penyakit yang ditimbulkan akibat penanganan tidak tepat seperti pemberian pakan terlalau banyak, kepadatan terlalu tinggi, kualitas air kolam terlalu subur akibatnya banyak kandungan bahan organik dan ini akan memacu pertumbuhan bakteri aeromonas dan pseudomonas. Gejala fiksi yang ditimbulkan ditandai dengan adanya bercak-bercak merah pada tubuh belut, sekresi lendir berlebihn dan terjadinya perdarahan. Pengobatan dapat dilakukan dengan memberikan antibiotik seperti Tetracyclin, kemicitine, dan chlorampenicol sebanyak 250 gram dalam 500 liter air selama dua jam atau 25-35 mg untu setiap 1 kg berat belut, dilakukan tiap hari selama 3-5 hari.
Penyakit lain yaitu protozoa dari jenis Ichtyopthirius multifilis, parasit ini biasanya disebut white spot (bercak putih). Biasanya menyerang bagian insang dan mulut belut. Pencegahan dapat dilakukan dengan proses karantina terhadap individu baru dengan menggunakan berbagai senyawa kimia seperti Metheline Blue, malachite Green, dan formalin dengan dosis 1 g/19 m2 luas kolam setiap 2 hari sekali sampai bintik putih menghilang sepenuhnya.

6. Pemanenan
Umumnya panen belut khusus pembesaran dilaksanakan pada umur empat bulan sejak penebaran benih. Pada umur tersebut jumlah panen 10-25 ekor per kg. Pemanenan dilakukan pada pagi hari lebih awal untuk menghindari terik matahari.

Pemanenan di Kolam Tembok
- Siapkan beberapa peralatan seperti jaring, jeriken, ember dan air bersih
- Buka lubang pembuangan air. Jika panen direncanakan pada pagi hari, anda bisa membuka
tutup lubang pembuangan sejak subuh.
- Keluarkan terlebih dahulu eceng gondok atau tanaman air dari permukaan media, termasuk
kedebong pisang yang mengambang.
- Kuras air yang masih tersisa menggunakan ember. Biasanya, pada saat air dikuras belut
mulai bermunculan dan berkumpul ke sudut-sudut kolam.
- Tangkap belut secara seksama dan masukkan ke dalam jeriken berisi air bersih.
Penangkapan belut terus dilakukan bersamaan dengan pengurasanair dan lumpur hingga
kolam kosong
- Ganti air di dalam jeriken bila tampak keruh.

Pemanenan di Kolam Terpal
Pemanenan di kolam terpal lebih praktis Anda tidak perlu menguras air dan lumpur hingga habis, cukup dengan membuka ikatan terpal.
- Siapkan jeriken, ember dan air bersih
- Keluarkan air kolam melalui celah pembuangan
- Bersihkan tanaman air dari permukaan media
- Keluarkan lagi air yang masih tersisa. Anda dapat menggunakan ember untuk menguras air
kolam.
- Keluarkan sebagian media secara bertahap. Perhatikan jangan sampai belut ikut dengan
media.
- Tangkap belut secara seksama dan masukkan dalam jeriken yang berisi air bersih.
- Ganti air jeriken bila tampak keruh

Setelah panen kolam tembok harus dibersihkan dari media dan dikeringkan. Begitu juga dengan kolam terpal, sebaiknya terpal segera dicuci bersih, dikeringkan, dilipat dan disimpan di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung agar terpal tetap awet.
Media yang telah dikeluarkan dari kolam dikumpulkan di satu tempat. Jika media ini akan dipergunakan lagi, sebaiknya dijemur dulu dan diberi mikroorganisme atau starter organik seperti biotanah untuk menambah jasad renik yang telah defisit setelah proses pemeliharaan selama empat bulan.

Sumber : Agromedia, 2008

0 komentar:

Posting Komentar

 
Free Auto BacklinkFree Auto BacklinkFree Auto Backlink

Great Morning ©  Copyright by BUDIDAYAKU | Template by Blogger Templates | Privacy Policy