Secara umum ada dua jenis patin yang ada di pasaran saat ini yaitu patin lokal dan patin siam. Patin lokal adalah patin asli Indonesia yang berasal dari sungai-sungai besar di Sumatera dan kalimantan. Patin siam merupakan jenis ikan patin yang diintroduksi dari Thailand. Berkiut ini klasifikasi dari setiap jenis patin tersebut.
Patin Siam
Phyllum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Siluriformes
Subordo : Siluroidea
Famili : Pangasiidae
Genus : Periopthalmus
Species : periopthalmus sutchi, atau Pangasius sutchi, atau pangasius
hypothalmus
Nama Asing : thai catfish, stripped catfish
Nama Lokal : patin bangkok, lele bangkok, jambal siam
Patin Jambal
Phyllum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Siluriformes
Sub-ordo : Siluroidae
Famili : Pangasiidae
Genus : Pangasius
Species : Pangasius djambal, atau Pangasius pangasius, atau Pangasius spp
Nama Asing : Schilbeid catfish
Nama Lokal : Patin jambal, patin kipar
Patin dapat bertahan hidup di perairtan dengan derajat keasaman yang agak asam (pH rendah) sampai di perairan yang basa (pH tinggi) dengan pH 5-9. Kandungan oksigen (O2) terlarut yang dibutuhkan bagi kehidupan patin adalah 3-6 ppm. Kadar karbondioksida (CO2) yang bisa ditoleran adalah 9-20 ppm. Tingkat alkalinitas yang dibutuhkan 80-250 ppm.
CARA BUDIDAYA
Pembenihan
Pembenihan dilakukan selama 2-3 minggu sejak persiapan induk, pemijahan, sampai menghasilkan benih berukuran 1-2 cm. Pembenihan bisa dilakukan di dalam bak tembok (beton) atau di kolam tanah berukuran 100 m2.
Selama pemeliharaan di kolam, induk patin diberikan pakan tambahan yang cukup mengandung protein. Komposisi pakan untuk induk patin terdiri atas 35% tepung ikan, 30% dedak halus, 25% menir beras, 10% tepung kedelai, serta 0,5% vitamin dan mineral. Campuran bahan pakan tersebut dibuat menjadi pasta dan diberikan sebanyak 5% per hari dari bobot induk selama 5 hari dalam seminggu. Pemberian pakan dilakukan pada pagi dan sore hari. Untuk mempercepat kematangan gonad, dua kali seminggu induk patin diberi pakan ikan rucah atau ikan-ikan yang tidak layak dikonsumsi manusia sebanyak 10% dari bobot induk yang dipelihara.
Larva yang baru menetas di bak penetasan sampai usia 5 hari tidak diberi pakan karena masih memiliki cadangan pakan berupa kuning telur. Pada hari keenam larva dipindah ke tempat pemeliharaan berupa akuarium atau fibreglass selama 2-3 minggu. Selama pemeliharaan mulai hari pertama sampai hari kesepuluh benih patin diberikan pakan tambahan berupa artemia yang telah ditetaskan di tempat terpisah. Pemberian pakan setiap 3-4 jam sekali. Setelah hari kesepuluh benih patin diberi pakan berupa kutu air. (daphnia sp), jentik nyamuk, atau cacing sutera. Jumlah pakan disesuaikan dengan kebutuhan benih.
Pendederan
Pendederan dilakukan dalam dua tahap. Pendederan I dilakukan selama 3 minggu hingga menghasilkan benih berukuran 3-5 cm. Setelah itu dilanjutkan dengan pendederan II selama 3 minggu untuk menghasilkan benih berukuran 5-8 cm. Pendederan dilakukan di kolam tanah atau kolam tembok dengan luas 100-500 m2 atau disesuaikan dengan luas lahan yang ada. Pakan buatan yang cocok untuk pendederan ikan patin adalah pelet bentuk tepung. Pakan tersebut diberikan sebanyak 3-5% per hari dari total berat benih. Pemberian pakan dilakukan pada pagi, siang, sore dan malam hari.
Pembesaran
Pembesaran dilakukan di kolam tanah atau kolam tembok dengan ukuran di sesuaikan dengan luas lahan yang ada, juga dapat dilakukan di karamba jaring apung (KJA). Lamanya waktu pemeliharaan tergantung dari ukuran ikan yang akan dihasilkan. Biasanya pemeliharaan dilakukan selama 3-4 bulan untuk menghasilkan ikan ukuran konsumsi (minimum 300-450 gram per ekor.
Apabila tersedia waktu dan peralatan pakan untuk ikan patin dapat dibuat sendiri dengan komposisi tepung ikan 30%, tepung kedelai 25%, bungkil kelapa 25% dan dedak halus 20%. Komposisi tersebut diperkirakan memiliki kandungan protein sekitar 20%. Jumlah pakan diberikan sebanyak 3-4% dari berat total ikan yang dipelihara dan diberikan pada pagi, siang, sore dan malam hari.
Sumber : Khairuman, SP dan Khairul Amri, SPi, M.Si.
0 komentar:
Posting Komentar