PENDAHULUAN
Udang Galah (Macrobranchium rosenbergii) termasuk udang asli perairan Indonesia.selain itu ditemukan dibeberapa negara Asia Tenggara terutama di Malaysia. Ada varietas unggul yang dikenal sebagai udang galah gimacro (genetic improvement of macrobranchium rosenbergii) yang memiliki tingkat pertumbuhan lebih cepat. Pada umur lima bulan panjang tubuh udang galah gimacro jantan mencapai 38 cm dengan berat tubuh mencapai 480 gram per ekor. Sedangkan udang galah lokal pada waktu yang sama panjang tubuh hanya mencapai 25-28 cm dengan berat tubuh 200 gram per ekor.
Klasifikasi
Phyllum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Caridae
Famili : Decapoda
Genus : Macrobrachium
Species : Macrobrachium rosenbergii
Nama Asing : Fresh water giant river prawn
Nama Lokal : Udang galah (Riau dan sebagian Sumatera), udang satang
(Jawa dan Sunda), udang watang (Sumatera)
Udang galah bersifat omnivora atau pemakan hewan dan tumbuhan. Dihabitatnya udang ini menyukai cacing, udang kecil, larva serangga, siput, umbi-umbian, daun yang lunak, biji-bijian, plankton, dan detritus. Namun setelah dibudidayakan dapat diberi pakan buatan berupa pelet.
CARA BUDIDAYA
Secara umum, udang galah dapat dibudidayakan di tambak yang berair payau dengan kadar garam kurang dari 7% dan kolam berair tawar yang berkadar garam 0%. Udang galah dapat bertahan hidup di daerah dengan ketinggian 1.000 mdpl.
Pembenihan
Pembenihan udang galah dilakukan di hatchery (tempat atau unit pembenihan) yang tertutup untuk menjaga kestabilan suhu. Bobot induk udang galah yang baik minimum 50 gram per ekor dengan panjang 10-20 cm. Unit hatchery dilengkapi dengan bak pembuatan air payau berukuran 2 x 10 m3, bak penyimpanan air payau, penyaring (filter), bak pemeliharaan larva berukuran 800-1.000 m3, bak penetasan pakan alami (artemia), bak penetasan induk, dan bak penampungan larva (juvenil). Sarana lain yang diperlukan di dalam hatchery adalah aliran listrik PLN, genset untuk cadangan listrik, dan blower untuk aerasi.
Induk yang akan digunakan ditempatkan di wadah khusus dari fibreglass atau bak kayu yang berlapis plastik. Bak tersebut diberi aerasi secara terus menerus. Sebelum dilepas ke dalam bak pemeliharaan induk direndam dulu dalam larutan formalin 15-20 ppm selama 30 menit atau larutan CuSO4 0,6 ppm selama 6 jam untuk menjaga serangan penyakit. Setiap meter kubik (m3) air dipelihara 3 ekor induk dengan perbandingan jantan dan betina 1:5. Selama pemeliharaan induk diberi pakan pelet berkadar protein 40%. Jumlah pakan yang diberikan 3-5% dari bobot udang galah dengan frekuensi pemberian 2-4 kali perhari. Setiap sepuluh hari sekali dilakukan pengamatan terhadap induk yang dipelihara.
Induk yang sudah meletakan telur di bawah perutnya dipisahkan dan ditampung di dalam wadah khusus, misalnya bak fibreglass. Awalnya telur akan berwarna kuning muda, kemudian berubah menjadi cokelat tua. Jika sudah berwarna cokelat tua telur tersebut sudah siap ditetaskan. Telur ditetaskan dalam bak fibreglass yang berisi air dengan salinitas 5-10% dan diberi aerasi secara terus menerus. Telur ini akan menetas dalam waktu 24-30 jam. Setelah itu larva dipelihara di dalam bak beton berukuran 5 m3 atau di dalam bak fibreglass yang diaerasi terus menerus. Penggantian air dilakukan 4-5 hari sekali. Volume air yang diganti cukup sepertiga bagian.
Setelah larva berumur 1-2 hari diberi pakan tambahan Naupli artemia yang ditetaskan di wadah terpisah. Larva udang galah juga diberi pakan buatan yang kandungan proteinnya cukup tinggi agar kebutuhan gizi larva tercukupi. Benih udang galah dipanen dalam bentuk udang muda (juwana) dan siap untuk didederkan di tempat lain.
Pendederan
Luas kolam yang digunakan minimum 400 m2. Bentuk kolam biasanya empat persegi panjang dengan kedalaman yang disarankan minimum 1 m. Sebelum digunakan kolam dikeringkan selama 3-5 hari. Pengeringan kolam berguna untuk membunuh hama atau penykit. Setelah dikeringkan kolam dipupuk dengan kotoran ayam sebanyak 250-500 gram/m2, pupuk TSP 5-10 gram/m2, dan pupuk urea 5-10 gram/m2. Selain pupuk kolam juga perlu dikapur dengan dosis 10-20 gram/m2. Pupuk dan kapur ditebarkan merata ke seluruh permukaan tanah dasar kolam.
Sebagai tempat berlindung udang galah, di dasar kolam diberi substrat (tempat menempel atau berlindung) dari daun kelapa, cabang bambu, atau akar tanaman. Selanjutnya kolam diisi air melalui lubang pemasukan air yang telah disaringan. Kolam dibiarkan selama 3-5 hari sampai fitoplankton atau zooplankton tumbuh.
Agar tidak stres larva ditebar pada pagi atau sore hari. Jumlah larva yang ditebar 25-50 ekor/m2. pertumbuhan udang galah bisa dipacu dengan memberikan pakan buatan berupa pelet butiran yang berkadar protein minimum 35%. Jumlah pakan yang diberikan 5-10% dari berat tubuh udang galah per hari dengan frekuensi pemberian pakan 3-4 kali. Udang galah mencapai bobot 1 gram dalam waktu 40-60 hari.
Pembesaran
Pembesaran dilakukan di kolam atau di tambak. Pembesaran dilakukan dengan monokultur (tanpa dicampur dengan jenis ikan lain) agar mendapat hasil yang besar. Sebelum diisi air lumpur di dasar kolam diangkat, kemudian kolam dikeringkan hingga tanah dasarnya retak. Tujuan pengeringan adalah membunuh hama dan penyakit. Derajat keasaman (pH) tanah bisa ditingkatkan dengan penebaran kapur. Jika pH 6,5-7, kapur yang diberikan sebanyak 10-20 gram/m2. Tanah yang memiliki pH 5-6 perlu diberi kapur sebanyak 40-75 gr/m2. Pengapuran berfungsi untuk membunuh hama dan penyakit. Kesuburan kolam dapat ditingkatkan dengan menebarkan pupuk kandang sebanyak 200-500 gram/m2. Setelah dipupuk kolam diisi air setinggi 70 cm. Tiga hari kemudian kolam dipupuk lagi dengan urea dan TSP masing-masing 5-10 gram/m2. Benih (juwana) ditebar dengan pada penebarannya 20-35 ekor/m2.
Selama masa pemeliharaan udang galah diberi pelet dengan kandungan protein minimum 25%. Pemberian pakan dilaukan sebanyak 3 kali sehari. Pakan ditempatkan di dalam anco (tempat pakan) yang dibenamkan di pinggir kolam.
Panen
Udang galah dapat dipanen setelah mencapai berat 30 gram/ekor. Biasanya ukuran tersebut diperoleh setelah 5-6 bulan pemeliharaan benih ukuran juwana. Panen dilakukan dengan mengeringkan kolam agar udang berkumpul di dalam kamalir, sehingga mudah ditangkap dengan tangan atau seser.
Sumber : Khairuman, SP dan Khairul Amri, SPi, M.Si.
Udang Galah (Macrobranchium rosenbergii) termasuk udang asli perairan Indonesia.selain itu ditemukan dibeberapa negara Asia Tenggara terutama di Malaysia. Ada varietas unggul yang dikenal sebagai udang galah gimacro (genetic improvement of macrobranchium rosenbergii) yang memiliki tingkat pertumbuhan lebih cepat. Pada umur lima bulan panjang tubuh udang galah gimacro jantan mencapai 38 cm dengan berat tubuh mencapai 480 gram per ekor. Sedangkan udang galah lokal pada waktu yang sama panjang tubuh hanya mencapai 25-28 cm dengan berat tubuh 200 gram per ekor.
Klasifikasi
Phyllum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Caridae
Famili : Decapoda
Genus : Macrobrachium
Species : Macrobrachium rosenbergii
Nama Asing : Fresh water giant river prawn
Nama Lokal : Udang galah (Riau dan sebagian Sumatera), udang satang
(Jawa dan Sunda), udang watang (Sumatera)
Udang galah bersifat omnivora atau pemakan hewan dan tumbuhan. Dihabitatnya udang ini menyukai cacing, udang kecil, larva serangga, siput, umbi-umbian, daun yang lunak, biji-bijian, plankton, dan detritus. Namun setelah dibudidayakan dapat diberi pakan buatan berupa pelet.
CARA BUDIDAYA
Secara umum, udang galah dapat dibudidayakan di tambak yang berair payau dengan kadar garam kurang dari 7% dan kolam berair tawar yang berkadar garam 0%. Udang galah dapat bertahan hidup di daerah dengan ketinggian 1.000 mdpl.
Pembenihan
Pembenihan udang galah dilakukan di hatchery (tempat atau unit pembenihan) yang tertutup untuk menjaga kestabilan suhu. Bobot induk udang galah yang baik minimum 50 gram per ekor dengan panjang 10-20 cm. Unit hatchery dilengkapi dengan bak pembuatan air payau berukuran 2 x 10 m3, bak penyimpanan air payau, penyaring (filter), bak pemeliharaan larva berukuran 800-1.000 m3, bak penetasan pakan alami (artemia), bak penetasan induk, dan bak penampungan larva (juvenil). Sarana lain yang diperlukan di dalam hatchery adalah aliran listrik PLN, genset untuk cadangan listrik, dan blower untuk aerasi.
Induk yang akan digunakan ditempatkan di wadah khusus dari fibreglass atau bak kayu yang berlapis plastik. Bak tersebut diberi aerasi secara terus menerus. Sebelum dilepas ke dalam bak pemeliharaan induk direndam dulu dalam larutan formalin 15-20 ppm selama 30 menit atau larutan CuSO4 0,6 ppm selama 6 jam untuk menjaga serangan penyakit. Setiap meter kubik (m3) air dipelihara 3 ekor induk dengan perbandingan jantan dan betina 1:5. Selama pemeliharaan induk diberi pakan pelet berkadar protein 40%. Jumlah pakan yang diberikan 3-5% dari bobot udang galah dengan frekuensi pemberian 2-4 kali perhari. Setiap sepuluh hari sekali dilakukan pengamatan terhadap induk yang dipelihara.
Induk yang sudah meletakan telur di bawah perutnya dipisahkan dan ditampung di dalam wadah khusus, misalnya bak fibreglass. Awalnya telur akan berwarna kuning muda, kemudian berubah menjadi cokelat tua. Jika sudah berwarna cokelat tua telur tersebut sudah siap ditetaskan. Telur ditetaskan dalam bak fibreglass yang berisi air dengan salinitas 5-10% dan diberi aerasi secara terus menerus. Telur ini akan menetas dalam waktu 24-30 jam. Setelah itu larva dipelihara di dalam bak beton berukuran 5 m3 atau di dalam bak fibreglass yang diaerasi terus menerus. Penggantian air dilakukan 4-5 hari sekali. Volume air yang diganti cukup sepertiga bagian.
Setelah larva berumur 1-2 hari diberi pakan tambahan Naupli artemia yang ditetaskan di wadah terpisah. Larva udang galah juga diberi pakan buatan yang kandungan proteinnya cukup tinggi agar kebutuhan gizi larva tercukupi. Benih udang galah dipanen dalam bentuk udang muda (juwana) dan siap untuk didederkan di tempat lain.
Pendederan
Luas kolam yang digunakan minimum 400 m2. Bentuk kolam biasanya empat persegi panjang dengan kedalaman yang disarankan minimum 1 m. Sebelum digunakan kolam dikeringkan selama 3-5 hari. Pengeringan kolam berguna untuk membunuh hama atau penykit. Setelah dikeringkan kolam dipupuk dengan kotoran ayam sebanyak 250-500 gram/m2, pupuk TSP 5-10 gram/m2, dan pupuk urea 5-10 gram/m2. Selain pupuk kolam juga perlu dikapur dengan dosis 10-20 gram/m2. Pupuk dan kapur ditebarkan merata ke seluruh permukaan tanah dasar kolam.
Sebagai tempat berlindung udang galah, di dasar kolam diberi substrat (tempat menempel atau berlindung) dari daun kelapa, cabang bambu, atau akar tanaman. Selanjutnya kolam diisi air melalui lubang pemasukan air yang telah disaringan. Kolam dibiarkan selama 3-5 hari sampai fitoplankton atau zooplankton tumbuh.
Agar tidak stres larva ditebar pada pagi atau sore hari. Jumlah larva yang ditebar 25-50 ekor/m2. pertumbuhan udang galah bisa dipacu dengan memberikan pakan buatan berupa pelet butiran yang berkadar protein minimum 35%. Jumlah pakan yang diberikan 5-10% dari berat tubuh udang galah per hari dengan frekuensi pemberian pakan 3-4 kali. Udang galah mencapai bobot 1 gram dalam waktu 40-60 hari.
Pembesaran
Pembesaran dilakukan di kolam atau di tambak. Pembesaran dilakukan dengan monokultur (tanpa dicampur dengan jenis ikan lain) agar mendapat hasil yang besar. Sebelum diisi air lumpur di dasar kolam diangkat, kemudian kolam dikeringkan hingga tanah dasarnya retak. Tujuan pengeringan adalah membunuh hama dan penyakit. Derajat keasaman (pH) tanah bisa ditingkatkan dengan penebaran kapur. Jika pH 6,5-7, kapur yang diberikan sebanyak 10-20 gram/m2. Tanah yang memiliki pH 5-6 perlu diberi kapur sebanyak 40-75 gr/m2. Pengapuran berfungsi untuk membunuh hama dan penyakit. Kesuburan kolam dapat ditingkatkan dengan menebarkan pupuk kandang sebanyak 200-500 gram/m2. Setelah dipupuk kolam diisi air setinggi 70 cm. Tiga hari kemudian kolam dipupuk lagi dengan urea dan TSP masing-masing 5-10 gram/m2. Benih (juwana) ditebar dengan pada penebarannya 20-35 ekor/m2.
Selama masa pemeliharaan udang galah diberi pelet dengan kandungan protein minimum 25%. Pemberian pakan dilaukan sebanyak 3 kali sehari. Pakan ditempatkan di dalam anco (tempat pakan) yang dibenamkan di pinggir kolam.
Panen
Udang galah dapat dipanen setelah mencapai berat 30 gram/ekor. Biasanya ukuran tersebut diperoleh setelah 5-6 bulan pemeliharaan benih ukuran juwana. Panen dilakukan dengan mengeringkan kolam agar udang berkumpul di dalam kamalir, sehingga mudah ditangkap dengan tangan atau seser.
Sumber : Khairuman, SP dan Khairul Amri, SPi, M.Si.
1 komentar:
PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO
menyediakan OVULAS untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di
Posting Komentar